Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus
22 Juni 2014
Yohanes
6:51-58
“Sebab
daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. (Yohanes
6:55)”
Kedua, makanan yang kita
konsumsi akan memberi tahu kita status sosial seseorang. Fine dining di restoran kelas dunia seminggu sekali menunjukkan
bahwa kita memiliki lebih dari cukup di saku kita. Tapi, jika kita hanya mampu
makan sekali
sehari dan itupun mengutang, maka kita harus mengakui kemiskinan kita. Sekali waktu, seorang
frater tinggal dengan keluarga miskin
yang tinggal di daerah kumuh di Manila. Dia tidak akan pernah melupakan
arti kemurahan hati dalam kemiskinan saat ia makan bersama-sama dengan mereka. Meskipun sang ibu
hanya memiliki satu bungkus kecil mie instan direbus dengan
banyak sup air sebagai makanan lima anaknya, ia masih membagikan sedikit
miliknya kepada frater tersebut.
Terakhir, makanan juga memperlihatkan
bagaimana kita berhubungan dengan
sesama kita. Dalam tradisi Katolik Indonesia, umat memasak
makanan terbaik
bagi para imam paroki mereka
sebagai rasa hormat dan kasih mereka terhadap sang imam. Karena sebagai bangsa Asia, kita
ingin menunjukkan rasa hormat dan keakraban, dengan hidangan terlezat. Di Filipina, selama ada fiesta (pesta perayaan rakyat), masyarakat siap dengan masakan terbaik mereka dan mengundang kerabat dekat dan teman-teman
untuk menikmati pesta bersama-sama.
Pemimpin tertinggi dari Ordo
Pengkhotbah, Romo Bruno Cadore, OP adalah orang Prancis dan
sangat disiplin dalam menjaga
dietnya. Ketika ia mengunjungi Filipina, ia akan mengambil sangat sedikit
dari makanan berlimpah yang
telah disiapkan, dan
seorang imam Filipina
Dominikan dengan
lembut mengingatkan dia bahwa salah satu
cara yang terbaik untuk menunjukkan rasa hormat kepada tuan
rumahnya adalah dengan menikmati hidangan
yang dipersiapkan. Ya,
dia mendengarkan saudaranya, dan mengambil sepotong kecil makanan lain ke
piringnya!
Makanan, meskipun sangat sederhana,
adalah salah satu hal yang sangat diperlukan dalam hidup. Hal ini menyentuh
berbagai aspek kemanusiaan kita dan mereka mengungkapkan siapa kita dan
bagaimana kita berhubungan dengan orang lain, dan Yesus sungguh tahu hal ini. Dia
ingin menjadi bagian
dari kehidupan sehari-hari penting, hal yang memberi kita kehidupan. Inovasi Kristus
datang untuk hidup
kita ketika Dia menyatakan bahwa tubuh-Nya benar-benar
makanan dan darah-Nya benar-benar minuman.
Kemudian, melalui Ekaristi, Tuhan memasuki hampir semua dimensi kehidupan kita.
Sama seperti makanan lainnya, substansi spiritual juga berasimilasi sempurna
untuk tubuh kita. Dia menyentuh tubuh kita dan menjadi satu dengan kesehatan dan kelemahan
kita. Dia miskin dengan
orang miskin dan kaya dengan orang kaya, dan menyatukan
keduanya dalam tubuh-Nya. Dia diterima dan dicintai saat manusia dicintai, dan
Dia ditolak dan dikhianati
saat manusia dibiarkan jatuh martabatnya. Dia ada bersama anak
laki-laki yang baru saja menerima komuni pertama dan Dia ada juga bersama
dengan pasien yang
sakit keras yang mengambil viaticum. Dia bersukacita pada ibu yang
melahirkan putrinya pertamanya, namun menangis juga dengan istri yang suaminya baru saja meninggal.
Yesus dalam Ekaristi adalah
realitas yang paling indah dalam hidup kita, dan kebijaksanaan Allah dalam sebuah kesederhanaan.
Marilah kita selalu bersukacita dan bersyukur karena melalui Ekaristi, Tuhan
ada di dalam kita dalam setiap aspek kehidupan kita.
Br. Valentinus Bayuhadi Ruseno,
OP
No comments:
Post a Comment