Minggu Adven keempat
22 December 2013
Lukas
1:26-38
"Sesungguhnya
aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu" (Luk
1:38).
Maria tidak hanya pengikut Kristus yang paling utama, dia
sebenarnya adalah yang
pertama dan yang paling
setia. Saat Maria menerima Kabar Sukacita,
peristiwa ini menjadi episode yang
mengubah wajah kemanusiaan serta seluruh alam semesta. Malaikat
Gabriel menyatakan kepada
Maria bahwa ia akan mengandung Putra
Allah melalui kuasa Roh Kudus. Dalam kesederhanaan, dia tidak mengerti, “Bagaimana ini bisa terjadi , karena saya tidak mengenal seorang priapun?” ( Luk 1:34
). Namun, satu hal yang ia
pegang teguh adalah bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah. Maria dalam
kebebasannya mengikuti
kehendak Allah yang
membebaskan. Seluruh kosmos yang telah menunggu dalam kecemasan akhirnya bersukacita
dalam ‘Fiat’
yang diucapkan Maria.
Maria menjadi pengikut
Yesus yang pertama saat ia menyatakan
‘Ya’ pada undangan Allah. Dia menjadi orang pertama yang menerima
Kristus tidak hanya dalam jiwanya tetapi dalam rahimnya. Sungguh resepsi
Kristus yang
sempurna! Karena itu, Maria menjadi model yang indah dari
orang-orang Kristiani dari segala zaman. Seperti Maria, kita diundang oleh
Allah untuk menerima Kristus, dan dalam kebebasan, kita membuka diri kepada
Allah. Dengan demikian, dalam baptisan, kita menerima Kristus dalam jiwa kita
dan menjadi bagian
dari Tubuh-Nya,
Gereja. Dalam kasih-Nya, Allah juga
mempersembahkan Putra Tunggal-Nya dalam Ekaristi kepada kita sehingga
kita dapat menerima kepenuhan Kristus tidak hanya dalam jiwa kita, tetapi di
seluruh keberadaan kita. Kita mungkin tidak memahami mengapa Allah memilih
kita, bagaimana Ia memasuki kehidupan kita dan bagaimana Kristus adalah
benar-benar ada dalam
Ekaristi, tapi sama halnya seperti
Maria, kita mengangkat hati kita kepada Tuhan dan percaya bahwa tidak ada yang
mustahil bagi Allah.
Namun, menerima Kristus dalam hidup kita selalu merupakan
pilihan yang radikal. Sering kali, hal ini sangat berbahaya dan mengancam jiwa. Kehamilan Maria praktis
adalah di
luar nikah dan budaya
Yahudi mengatakan bahwa wanita yang hamil di luar pernikahan harus dirajam!
Sungguh, dengan mengatakan ‘Ya’ kepada Yesus,
hidup Maria tidak lagi ‘normal’. Bahkan , seperti Yesus yang mengakhiri
hidup-Nya di dunia ini
dengan tragis, Mariapun
mengikuti Dia sampai salib-Nya. Namun, dalam menghadapi segala pencobaan dan
keperihan hidup, Maria tidak goyah dan berdiri tegak sampai akhir. Sementara murid-murid
laki-laki yang lain
melarikan diri dari Yesus, Maria ada di sana di kaki salib-Nya, tidak menangis,
tidak berlutut dan tidak mengeluh,
tetapi ia berdiri dengan keteguhan hati melihat buah dari
rahimnya disiksa dan
dibunuh seperti binatang. Sama seperti Maria, hidup kita di dalam Kristus
dapat membawa banyak
konsekuensi yang tidak diinginkan: jujur, sementara lainnya mengatakan
kebohongan,
memaafkan, sementara lainnya membalas dendam, dan mengasihi, sementara yang
lain hanya bisa membenci. Namun, kita belajar dari Maria bahwa Kristus akan senantiasa
memberdayakan kita untuk berdiri dengan ketegaran hati sampai akhir.
Br. Valentinus Bayuhadi Ruseno , OP
No comments:
Post a Comment