16 Minggu Biasa Waktu
20 Juli 2014
Matius 13:24 - 30
“Aku mau membuka mulut-Ku mengatakan perumpamaan, Aku mau
mengucapkan hal yang tersembunyi sejak dunia dijadikan. (Mat
13:35).”
Injil hari ini memperlihatkan keahlian Yesus dalam mengajar melalui perumpamaan. Jika kita melihat lebih lanjut,
di dalam Injil sinoptik
(Matius, Markus dan Lukas), perumpamaan sangatlah berlimpah. Pertanyaan sekarang, mengapa Yesus menyampaikan
pesan-Nya dalam perumpamaan? Bukankah
lebih baik untuk berbicara secara gamblang untuk menghindari kebingungan dan salah tafsir?
Salah
satu alasan mengapa
Yesus menggunakan perumpamaan adalah
perumpamaan merupakan sesuatu cara yang sangat Timur. Seperti Konfusius, Buddha,
dan beberapa guru besar lainnya dari Timur,
Yesus memiliki kecenderungan
untuk mengajar melalui cerita dan perumpamaan. Ini adalah cara yang indah untuk mengungkapkan kebenaran justru karena mengena
pada pengalaman harian murid-murid-Nya. Ketika Yesus bertemu
dengan orang-orang dari daerah pertanian, Ia
mengatakan perumpamaan tentang penabur.
Dan, ketika Dia bertemu
orang yang tinggal di kota-kota perdagangan, Dia mengajarkan perumpamaan investasi ‘talenta’.
Namun,
bagi sebagian dari kita, membaca
perumpamaan terkadang memberi kita
kesulitan. Seringkali, kebenaran tampaknya tidak bisa
dimengerti dengan mudah. Apa yang sesungguhnya ingin disampaikan
Yesus? Kita tidak bisa
menyalahkan Yesus mengajar
melalui perumpamaan, tapi kita bisa melacak kecenderungan
kita untuk mencari solusi cepat, terukur dan tepat dari sistem pendidikan yang sangat Barat. Gerhard
Lohfink, seorang penulis “Jesus of
Nazareth”, menunjuk pada obsesi Barat untuk fakta dan data.
Kebenaran harus terukur,
diamati dan diverifikasi.
Dengan demikian, hal-hal yang tidak masuk dalam kategori ini, tidak
memiliki klaim sebagai
kebenaran. Saya tidak mengatakan
bahwa gaya Barat tidak baik,
tapi saya katakan itu sangat berbeda dengan Timur. Bahkan, tanpa ilmu
yang eksakta dan disiplin dari Barat, adalah mustahil bagi
kita untuk memiliki koneksi internet
sekarang ini dan membaca refleksi ini!
Namun, ketika kita menghadapi Yesus dan perumpamaan-Nya, kita
diajak untuk menyisihkan pemikiran barat sejenak dan melihat keindahan di dalam perumpamaan. Di dunia
kita yang bergerak sangat cepat, membaca sebuah perumpamaan terkesan lambat dan membosankan. Kita perlu mengunyahnya perlahan-lahan dan membiarkan kebenaran
meresap ke dalam budi pekerti kita. Sebagai
seorang frater, perumpamaan
yang sangat membantu bagi saya. Ketika saya menulis refleksi tentang salah satu perumpamaan
Yesus, sayapun
harus meluangkan
waktu hening setiap hari selama seminggu, hanya untuk melakukan dialog dengan
perumpamaan tersebut. Bagaimana saya bisa menghubungkan perumpamaan tentang tanah yang baik dengan hidup saya sebagai seorang
pelajar? Bagaimana perumpamaan
tentang ragi berbicara bagi
mereka yang hidup berkeluarga? Hebatnya, perumpamaan-perumpamaan ini selalu memberi saya jawaban-jawaban yang selalu baru.
Saudara-saudari
terkasih, sering, kita seperti para murid. Kita tidak
sabar dan terburu-buru dalam
melihat kunci di balik berbagai kejadian dalam
hidup kita. Mengapa saya gagal dalam ujian? Mengapa
saya tidak memiliki keluarga
biasa dan normal? Mengapa teman dekat saya
harus menderita HIV? Tolong, Tuhan, jawab
aku sekarang! Namun, tidak ada solusi yang mudah dan cepat untuk pertanyaan-pertanyaan ini. Semakin kita menuntut, semakin
kita frustasi. Oleh karena itu, Yesus mengajar kita dengan perumpamaan. Dia memberi kita sebuah metode untuk mengatasi saat-saat yang paling sulit dalam hidup, berjalan lurus dengan dalam jalan
berliku dan bangkit kembali setiap
kali kita jatuh. Father Timothy Radcliffe,
OP, pengarang favorit saya, pernah berkata bahwa harapan bukanlah tentang mencapai impian-impian
kita, tapi di saat hal-hal yang tidak diinginkan terjadi, kita masih dapat menemukan makna
di dalamnya. Mari kita menikmati
setiap perumpamaan yang kita
hadapi, biarkan mereka tenggelam
jauh ke dalam sistem budi pekerti kita dan membawa kita ke kebijaksanaan Allah.
Frater Valentinus Bayuhadi
Ruseno, OP
No comments:
Post a Comment