Hari Minggu Biasa ke-15
14 Juli 2013
Lukas 10:25-37
Kisah
tentang orang Samaria yang baik
hati adalah kisah
keutamaan hidup. Jika
kita melihat lebih dalam karakter-karakter pada kisah ini (sang korban, sang imam, orang
Lewi, dan orang
Samaria), kita akan melihat
kekayaan budaya Yahudi pada zaman Yesus. Mari kita fokus sekarang
pada dua karakter utama kisah
ini: sang
imam dan orang Lewi.
Mengapa sang imam dan
orang Lewi menolak
menolong sang korban yang adalah orang Yahudi juga? Sang Imam dan
Lewi meghindari
sang korban bukan
hanya karena jijik atau kurangnya keahlian medis, tapi itu terutama karena alasan legal/hokum Agama. Hukum Taurat Musa melarang
orang Yahudi khususnya para imam dan orang-orang Lewi untuk menyentuh orang mati
atau darah (Im 15 dan 21).
Sang Imam dan orang Lewi dalam kisah ini pada dasarnya mentaati Hukum dengan sepenuh
hati. Kitab Makabe
menceritakan bagaimana seorang ibu dan tujuh anaknya lebih memilih mati
daripada melanggar Hukum
Taurat dengan makan makanan haram (2 Mak 7). Sang iman dan orang Lewi ini
adalah orang yang pada dasarnya taat hukum, namun
Yesus mengkritik mereka karena
mereka gagal untuk mengenali realitas yang jauh lebih
besar hukum Taurat. Mereka
menolak untuk melihat
kehidupan!
Namun, saya menduga bahwa ada
alasan yang
tersembunyi dibalik
penolakan mereka. Seorang imam dan seorang Lewi terutama hidup dan melayani di
sekitar Bait Allah. Setiap
kali, seorang imam atau seorang Lewi menjadi najis, mereka tidak diperbolehkan
untuk memasuki wilayah
Bait Allah. Ini adalah
pukulan yang sangat
telak bagi mereka. Mereka praktis kehilangan identitas mereka yang terhormat.
Tidak hanya kehilangan kehormatan mereka, kegagalan untuk melakukan tugas suci
mereka di Bait Allah berarti
kehilangan nafkah. Tentu, tak seorang pun ingin menjadi miskin mendadak karena kehilangan
pekerjaan. Di sini, harga diri dan kepentingan ekonomi dapat menutup mata seorang imam dan seorang Lewi
untuk melihat dan menyelamatkan hidup.
Setiap kali, kita menyaksikan kehormatan dan kepentingan bisnis lebih
besar daripada kehidupan, kita menemukan sang
imam dan orang Lewi yang hadir di antara dan bahkan di dalam kita.Ratusan bayi
diaborsi setiap hari, dan
hal ini dibenarkan untuk
menjaga kepentingan ekonomi dan reputasi pribadi. Di beberapa
daerah pedesaan, anak-anak kecil harus berjalan sangat jauh hanya untuk bersekolah di
ruang kelas yang
rusak dan dengan
jumlah guru yang sangat minim. Dimanakah hak
pendidikan mereka
yang layak?
Melalui kisah orang Samaria
yang baik ini,
Yesus mengajak kita untuk melihat hidup kita dan bagaimana kita berhubungan
dengan Tuhan dan sesama kita.
Apakah kita memperlakukan teman-teman kita sebagai sumber pendapatan dan sekedar mitra
bisnis untuk memenuhi kebutuhan kita? Apakah kita berdoa kepada Tuhan hanya
karena ingin keinginan
kita terpenuhi dan dengan demikian,
menjadikan Tuhan sebagai ATM? Tidak!
Mari kita kita memilih untuk menjadi orang Samaria yang baik dan memperjuangkan
hidup.
Frater
Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP
No comments:
Post a Comment