Minggu Biasa ke-26
29
September 2013
Lukas 16:19-31
“Ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh
dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, 21 dan ingin
menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan
anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. (Luk 16:20-21)”
Neraka sungguh nyata, dan apa yang membuat neraka begitu mengerikan
adalah bahwa
neraka bukanlah sekedar realitas di akhirat, tetapi juga hadir di tengah-tengah kita. Lazarus
adalah seorang
contoh yang jelas. Dia praktis hidup di neraka sebelum ia beristirahat di pangkuan Abraham. Secara fisik dia menderita karena kelaparan dan penyakit, dan lebih buruk,
ia melihat kemewahan hidup di depan matanya, namun ia tidak pernah menjangkaunya. Ia adalah korban dari kemiskinan dan ketidakadilan. Sungguh, Neraka hanya terjadi di bumi karena satu alasan: ketidakadilan.
Kemiskinan adalah salah satu
realitas yang paling memuakkan di dunia ini. Orang miskin tidak hanya kehilangan kebutuhan dasar
mereka seperti
sandang, pangan,
papan, kesehatan dan pendidikan, tetapi juga mereka menjadi
bagian masyarakat yang paling rentan terhadap eksploitasi dan pelanggaran hak asasi
manusia. Kejahatan bisa terjadi di
mana saja, namun jumlah kasus kriminal yang sangat tinggi terjadi terutama di daerah-daerah kumuh. Di sini bocah-bocah menjadi
inciran sindikat kriminal yang haus
akan kekerasan. Di sini gadis-gadis kecil digoda memasuki dunia prostitusi. Di sini, anak-anak muda terjerat
narkoba. Mereka tumbuh di dalam dunia yang begitu penuh dengan kekerasan, dan pada gilirannya, mereka menjadi
manusia dewasa yang cinta akan kekerasan.
Ini adalah lingkaran setan yang mengerikan! Memuakkan memang!
Film
“Slumdog Millionaire”
menceritakan kisah Salim dan Jamal Malik yang menjadi korban ketidakadilan dan
kemiskinan di India. Setelah ibu mereka yang terbunuh karena agama, mereka dipaksa untuk tinggal di tempat
pembuangan sampah. Kemudian, mereka
diadopsi oleh sindikat ‘pengemis profesional’. Salah satu adegan yang mengungkapkan realitas
mengerikan
dari ketidakadilan adalah keta Arwind, seorang bocah lelaki dengan
suara indah, dibutakan matanya. Jamal kemudian menjelaskan, “Penyanyi yang buta mendapatkan hasil ganda.” Bagian terburuk dari film ini adalah bahwa film ini
tidak sepenuhnya fiksi, tetapi banyak peristiwa yang sungguh terjadi di dalam
hidup.
Buah
dari ketidakadilan adalah kemiskinan dan kekerasan yang keji. Dan ketidakadilan ini terjadi ketika manusia
dikuasai oleh keserakahan dan
kepentingan diri sendiri. Korupsi, kolusi, menipuan, pencurian dan berbagai bentuk bisnis tidak bermoral terjadi hampir di semua strata
masyarakat modern, dari pejabat pemerintah ke siswa SMA, dari pengusaha besar
ke PKL. Aku ingat seorang pengemis datang ke seminari dan meminta
tolong. Saya mencoba menyapa dan
bertanya tentang keadaannya. Sungguh
mengejutkan bahwa dia berkata
bahwa ia telah dirampok oleh pengemis lainnya!
Lazarus , Salim Malik dan
banyak orang miskin tanpa nama mati karena kemiskinan dan ketidakadilan setiap
detik, dan tanpa disadari, kita adalah orang-orang yang terus
melakukan dan mengabadikan
ketidakadilan ini.
Dalam Injil hari ini, Yesus dengan tegas mengingatkan setiap orang bahwa ‘orang kaya
yang tak pernah peduli dengan sesamanya'
mungkin ada
di setiap hati kita. Jika kita menciptakan neraka di bumi untuk sesama kita, maka pahala kita akan adalah neraka juga. Jadi, sebelum
kita kehilangan surga, mari kita menjadikan bumi sebuah surga
untuk semua orang. Apa
ketidakadilan yang kita lakukan di dalam kehidupan kita sehari-hari? Tindakan
apa yang kita capai untuk menciptakan neraka di antara kita? Apa yang kita
lakukan untuk membuat dunia kita menjadi tempat yang buruk bagi sesama
kita?
Frater
Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP
No comments:
Post a Comment