Hari Minggu
Paskah kelima
18 Mei 2014
Yohanes 14:1-12
“Barangsiapa telah melihat Aku,
ia telah melihat Bapa (Yoh 14:9).”
Dalam Injil hari ini, Yesus mengungkapkan identitas diri-Nya sebagai citra Allah Bapa yang sejati. “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah
melihat Bapa.” Allah Putra dan Allah Bapa adalah dua pribadi yang berbeda, tetapi karena persatuan antara keduanya yang tidak terpisahkan, Yesus menjadi citra sempurna dari Allah Bapa yang tak terlihat. St. Paulus sendiri berkata, “Dia adalah citra Allah yang tidak kelihatan (Kol 1:15).” Karena ini, Gereja juga melihat Yesus sebagai sakramen dari
Allah Bapa.
Sayangnya, Philip dan murid-murid lainnya sepertinya gagal untuk mengenali-Nya dan terus bertanya, “Tuhan,
tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.” Murid-murid
Yesus telah cukup lama bersama Yesus dan pasti Yesus
telah mengajarkan mereka banyak hal
tentang diri-Nya dan Bapa di Surga. Namun, kegelapan menutupi pikiran
mereka untuk melihat kebenaran. Dalam hal ini, para murid praktis berada di level yang sama dengan orang-orang Yahudi
yang menuduh Yesus sebagai penghujat Allah
dan
akhirnya memaku Dia di kayu salib. “Sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya,
mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia (1 Kor 2:8 ).”
Tapi, mengapa para murid sendiri gagal untuk mengenali Yesus? Penjelasan
paling sederhana adalah bahwa seperti orang Yahudi lainnya, para murid juga
memiliki ekspektasi tentang
siapakah Mesias
itu. Jika kita ingat cerita tentang Nathaniel dan Philip,
pada awalnya, Nathaniel meragukan Yesus, “Mungkinkah sesuatu yang baik datang dari Nazaret? (Yoh
1:46 )” dan Philip mencoba menyakinkannya, “Mari
dan lihatlah.” Ya, para murid akhirnya memutuskan untuk datang dan mengikuti Yesus,
tetapi apakah mereka bisa melihat?
Ketidakmampuan para murid pertama untuk melihat Yesus akhirnya
menjadi masalah kronik bagi semua murid-murid Yesus dari zaman ke zaman, termasuk kita hari ini.
Seperti Nathaniel dan Philip, kita bisa
mengikuti-Nya,
tetapi apakah kita sungguh melihat siapa Dia? Seringkali, kita mengeluh bahwa Tuhan tidak menjawab doa-doa kita, tapi sesungguhnya, Dia selalu menjawab doa kita.
Satu-satunya masalah adalah kita tidak bisa
melihat
jawaban-Nya tersebut (atau mungkin kita tidak ingin melihat
jawaban-Nya).
Kita ingin Tuhan menjadi seperti ini atau seperti itu, untuk melakukan ini atau
itu bagi kita, tetapi ini justru membutakan mata
kita untuk melihat jawaban yang telah Ia
berikan. Kita
ingin Tuhan untuk menyembuhkan penyakit kita dengan
segera,
tapi kita mengabaikan fakta bahwa Dia masih memberi kita nafas kehidupan setiap
harinya.
Masa Paskah menjadi waktu
yang tepat bagi kita untuk “datang dan melihat” Tuhan yang telah bangkit. Paus Fransiskus dalam Homili
Minggu Paskah tahun lalu mengingatkan kita bahwa Yesus tidak perlu untuk memindahkan batu raksasa
penutup makam-Nya, tapi Ia melalukan bagi kita untuk masuk
ke dalam makam dan “melihat” sebuah bukti kebangkitan.
Kecuali kita datang dan membiarkan diri kita kosong seperti makam-Nya, kita
tidak akan pernah melihat
Tuhan yang telah bangkit.
Frater
Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP
No comments:
Post a Comment