Minggu Biasa ke-27
5 Oktober 2014
Matius 21:33-43
“Kerajaan Allah akan diambil
dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah
Kerajaan itu (Mat 21:43).”
Bumi
adalah salah satu anugerah terbesar bagi umat manusia. Namun, ketika keserakahan
menguasai manusia, bumi ini menjadi sumber konflik yang mengerikan. Dalam Injil hari ini, kita melihat sebuah konflik antara seorang pemilik kebun
anggur dan para penggarap. Sungguh, pertikaian yang terjadi antara pemilik tanah dan
para pekerja merupakan
siklus kekerasan yang bahkan terjadi sampai sekarang. Sebagai
contoh, di Filipina dan beberapa
negara lain, ribuan petani miskin telah berjuang selama bertahun-tahun untuk mendapatkan keadilan dan hak-hak mereka
dari tuan-tuan tanah. Mereka
dan keluarga mereka praktis kelaparan di tanah yang sangat subur, tanah yang mereka
olah
setiap harinya. Perseteruan ada kalanya menjadi begitu tajam dan bahkan berdarah. Satu pihak mengancam, memaksa dan bahkan dengan
kekerasan mencoba menghancurkan pihak lainnya. Segala cara dibenarkan asalkan
kepemilikan tanah
terjamin.
Konflik atas bumi tidak terbatas antara pemilik dan kelas
pekerja, tetapi juga melibatkan
entitas dari pemerintah, dunia
usaha, dan juga suku-suku lokal. Di Indonesia, khususnya di Pulau Kalimantan, yang
sering disebut sebagai hutan hujan terbesar di dunia,
sekarang telah mengalami kerusakan yang tak terbayangkan karena
penebangan pohon yang tanpa batas dan konversi tanah menjadi
perkebunan raksasa. Tak dapat disangkal
kehancuran ini memberikan kontribusi
terhadap pemanasan global dan efek samping lainnya. Di belahan dunia lainnya, baik perusahaan-perusahaan besar dan penambang-penambang kecil mengeruk mineral berharga dari bumi dan seringkali, penggunakan bahan
kimia berbahaya dan mesin berat.
Pertambangan seperti
ini sangat merusak bumi. Kemudian, masalah
kepemilikan tanah terus meruncing
antara masyarakat adat yang kehilangan tanah
mereka dan beberapa perusahaan besar yang mencaplok tanah
mereka untuk meraup untung yang
sebesar-besarnya.
Ada kalanya, pertikaian memperebutkan bumi berkembang menjadi perang dan pertumpahan darah yang akhirnya mengarah ke kehancuran lebih dasyat bagi sang bumi.
Memang
benar bahwa bumi ini
adalah
anugerah dari Tuhan untuk kita, tapi mentalitas ini
tidak cukup dan bahkan
mungkin mengarahkan kita pada
penyalahgunaan. Karena ini
adalah milik kita, kitapun
bisa melakukan apapun terhadap
bumi ini! Kita merampas tanahnya, menyedot
sumber dayanya, dan meracuni hidupnya.
Tanpa disadari, kita adalah penyebab utama dari kehancuran
bumi ini!
Bumi
adalah anugerah, namun
kita tidak boleh lupa bahwa kita
juga anugerah bagi bumi ini. Jika tidak, kita hanya akan menjadi
sebuah kutukan! Kitab Kejadian menceritakan bagaimana Allah
menciptakan bumi yang indah
terlebih dahulu sebelum Adam dan Hawa sehingga mereka mungkin memiliki lingkungan yang sesuai
untuk kehidupan manusia. Bahkan, kita dibentuk
dari debu tanah bumi ini, dan ini mengapa kita menyebut bumi sebagai ibu. Ketika kita menghormati dan mencintai ibu kita, tentu kita
tidak menyakitinya. Kita mencoba
untuk membuat dia bangga dengan tumbuh menjadi orang-orang
terbaik yang kita bisa. Itulah hadiah untuk
ibu kita. Hal yang sama berlaku dengan ibu bumi.
Dalam Injil, Yesus menjelaskan bahwa kebun
anggur akan diambil dari penyewa yang
tidak layak dan diberikan kepada orang-orang yang berhak. Saya percaya bahwa perkataan Yesus ditujukan
bagi kita semua.
Jika kita tidak
menjadi pekerja
yang setia dan bertanggung jawab, bumi dapat diambil dari kita dan kita semua akan menderita konsekuensinya yang serius. Pertanyaannya kemudian: sudahkah kita berusaha untuk menjadi anugerah
untuk sang
Ibu Bumi?
Frater Valentinus Bayuhadi
Ruseno, OP
No comments:
Post a Comment