Hari Minggu Biasa ke-28
12 Oktober 2014
Matius
22:1-14
“Perjamuan kawin telah tersedia,
tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu
(Mat 22:8).”
Biasanya, kita suka menerima undangan
untuk menghadiri sebuah perayaan seperti halnya
pesta ulang tahun, pernikahan, wisuda, pesta
Natal, pertemuan keluarga, malam mingguan bersama teman-teman atau despedida
(perpisahan). Dari lahir sampai
mati, kita terbiasa menandai peristiwa-peristiwa penting dalam perjalanan hidup kita dengan sebuah perayaan.
Tetapi, adakalanya kita
tidak bisa menghadiri undangan sebuah perayaan. Mungkin kita sudah memiliki komitmen sebelumnya
atau karena
kita sakit. Tentu,
ini bisa dimengerti, tetapi, ada saatnya alasan ketidakhadiran ini tidak
masuk akal. Perumpamaan pada Injil hari ini memberi kita contoh. Seorang raja mempersiapkan perjamuan dan mengundang rakyatnya. Itu adalah pernikahan megah tentunya. Mereka menjadi
tamu kehormatan dan dan
tentunya perlakuan VIP sudah siap untuk menyambut mereka. Sayangnya, karena
alasan yang tidak begitu jelas, orang-orang yang terundang ini memilih
untuk tidak datang dan melakukan bisnis mereka seperti biasa. Beberapa bahkan melakukan kekerasan terhadap
utusan Raja.
Sikap orang-orang ini tidak masuk akal, tapi tidak berarti bahwa hal ini tidak nyata dan
sekedar imajinatif. Anehnya, ada kalanya, kita bertindak seperti tamu-tamu undangan ini. Seorang teman dari Filipina menceritakan
bahwa dia merasa kesulitan dalam memilih pekerjaan. Ia ditawari sebuah
pekerjaan yang jauh lebih baik, dengan gaji yang lebih
besar, rekan kerja yang ramah, dan
jalur karir memikat. Dia juga mengakui bahwa
perusahaan saat ini tidak bisa lagi memberinya upah yang lebih tinggi, apalagi posisi dan
pertumbuhan pribadi. Namun, meskipun
fakta-fakta yang jelas, dia tidak bisa mengambil
keputusan. Dia menjelaskan lebih
jauh alasan bahwa ia sudah lebih nyaman dengan
dunianya serta takut
dengan tantangan yang tak terduga.
Alasan mungkin tidak logis, tetapi nyata.
Selain ‘comfort
zone’ kita dan ketakutan, John
Maxwell dalam bukunya The Difference Maker, mengidentifikasi dua masalah besar yang menghambat pertumbuhan kita. Tentunya ada hal-hal lain selain dari ‘comfort
zone ‘ dan ketakutan yang berperan sebagai penghambat, tapi semua ini adalah patogen
psikologis karena mereka berada di dalam kita dan mempengaruhi perilaku kita. Hal-hal ini melumpuhkan kita untuk
mengambil resiko, untuk mengalami pertumbuhan dan untuk merayakan kehidupan.
Yesus mengundang kita untuk memasuki Kerajaan Allah. Ini adalah di mana kebaikan, kebenaran dan kehidupan dirayakan. Tapi
tidak seperti pesta-pesta duniawi, Kerajaan
Allah tidak memberi kita kepuasan instan. Seringkali,
Kerajaan
Allah menantang kita untuk mengambil risiko dan berdiri teguh dalam
pencobaan dan penganiayaan. Karena tantangan dan kesulitan
ini, patogen psikologis mulai merayap
masuk dan meracuni
keberanian kita untuk
memasuki Kerajaan Allah.
Setiap
kali badai typhoon menghantam Manila, Gereja
Santo Domingo menjadi
pusat mengungsian
dan lebih dari dua ribu orang berlindung di Gereja kami. Beberapa
keluhan seperti “mengapa kami harus membuka pintu
untuk masyarakat miskin ini?”,
“Bukankah
ini pekerjaan pemerintah?”, “Aku lelah.” datang
dan
menggangu pikiran saya. Untungnya, para frater yang lain bergerak
dengan cepat dan memberikan yang terbaik dalam membantu. Sayapun tersadarkan bahwa ini
adalah undangan bagi saya untuk memasuki Kerajaan Allah. Saya pun diberdayakan
kembali untuk turun tangan dan bekerja keras. Kamipun menerima semua orang, miskin, tunawisma
dan orang sakit. Kami mengeluarkan semua sumber
daya yang
ada untuk memberi penampungan yang layak dan menyediakan makanan
sederhana namun sehat. Hal ini sangat melelahkan, namun kami semua sadar bahwa Gereja Santo
Domingo telah menjadi sebuah Kerajaan Allah kecil di tengah-tengah kami.
Undangan Kerajaan Allah dapat
datang kapan saja dan di mana saja. Sekarang pilihan kita untuk menerima dan
datang.
Frater Valentinus Bayuhadi
Ruseno, OP
No comments:
Post a Comment