Minggu Adven kedua
7 Desember 2014
Markus 1: 1-8
“Inilah permulaan
Injil tentang Yesus Kristus…(Mrk 1:1)”.
Apakah Anda
tahu rahasia dari kebahagiaan?
Salah satu rahasia kebahagiaan adalah kemampuan kita untuk mendengarkan serta
membagikan kabar baik.
Sepertinya, hal ini sangat biasa karena setiap hari kita mendengarkan berita dan
menceritakan kembali
kepada orang lain. Namun, jika kita mencoba untuk memperhatikan berita
atau kabar yang kita terima di berbagai media seperti koran, TV dan internet, hampir semua tidak bisa dianggap
sebagai kabar baik. Virus Ebola mematikan
ratusan manusia di
Afrika Barat dan menyebar kepanikan global; negara Islam di Suriah memenggal
kepala semakin banyak
orang, sementara terus merekrut pengikut fanatik dari seluruh dunia; di Indonesia, tingkat ketimpangan ekonomi dan kesejahteraan sangat
mencolok dan masih banyak orang hidup dalam kemiskinan.
Kitapun dapat melihat dalam kehidupan
kita sendiri untuk
melihat bagaimana kabar-kabar yang kurang baik ini. Kita butuh uang tetapi kenyataannya kita
tidak punya. Kita ingin sehat, tetapi kenyataannya
kita sering sakit. Kita ingin lulus, tapi kenyataannya kita gagal untuk mendapatkan
nilai bagus di sekolah. Banyak hal tidak bekerja seperti yang kita harapkan. Dengan
demikian, kita dikondisikan untuk mendengar
kabar buruk daripada yang baik. Ini menciptakan masalah besar:
kebahagiaan kemudian tetap menjadi
rahasia.
Injil kita hari ini merupakan karangan St. Markus
dan apa yang unik baginya adalah bahwa hanya Markus yang menyebut
Injilnya
sebagai ‘Injil’ atau
Kabar Baik. “Permulaan dari
Injil Yesus Kristus (Mrk 1:1)”. Tiga pengarang
Injil lainnya menamakan 'Injil' mereka
dengan nama lain: Matius melihat ‘Injilnya’
sebagai ‘buku' (Mat 1:1), Lukas
namakan karyanya
sebagai ‘narasi' (Luk 1:1) dan
Yohanes menyebut
tulisannya sebagai ‘kesaksian’
(Yoh 1:13). Dari perbedaan ini, kita dapat mendeteksi niat dari Markus.
Terinspirasi oleh Roh Kudus, Markus mengungkapkan kepada kita rahasia
kebahagiaan, yakni untuk menemukan sebuah kabar baik di tengah-tengah berita
buruk yang menutupi mata kita dan bahkan untuk membagikan kabar baik ini.
Kita
sekarang memasuki Minggu Adven
kedua. Ini adalah masa
persiapan bagi kita
menyambut kedatangan Kristus,
dan Markus mengajarkan kita bagaimana untuk menyambut-Nya. Kita harus
memperhatikan cerita-cerita
dan kabar-kabar kecil, sederhana tetapi mengembirakan dalam
kehidupan kita dan kehidupan orang lain
karena ini adalah injil-injil di dalam hidup kita. Kita
sekarang sadar bahwa dunia modern membentuk kita untuk menempelkan mata kita pada
makna negatif dalam
peristiwa-peristiwa hidup, dan masa Adven adalah saatnya bagi kita untuk membuat perubahan radikal ini.
Namun, St. Markus
tidak hanya mendorong kita menjadi optimistis
dengan hidup kita,
bahwa pekerjaan dan rencana kita, meskipun sulit,
semua akan berjalan dengan baik pada akhirnya. Tidak hanya itu! St. Markus
mengajarkan kita menjadi setia dan penuh harapan, dan ada perbedaan yang besar
antara menjadi positif dengan menjadi seorang yang penuh harapan. Kabar Baik atau Injil selalu
berpusat pada Kristus, bukan pada kita. Dengan demikian, kita ditantang untuk menemukan
Kristus dalam cerita kita, bukan untuk mencari diri kita sendiri.
Kabar baik adalah ketika seorang biarawati memegang
teguh panggilannya meskipun kehidupan membiara
sangat dan menantang. Kabar
baik adalah ketika
seorang siswa
menolak untuk menyontek
bahkan saat dia sedang kesulitan
dalam studinya. Dan kabar baik adalah
ketika kita memilih untuk berlutut
dan berdoa di masa-masa
sulit hidup kita. Seperti Bunda Teresa dari Calcutta mengatakan, “Tuhan tidak
memanggil kita untuk menjadi sukses, tapi untuk setia.” Ini adalah rahasia kebahagian.
Frater Valentinus Bayuhadi
Ruseno, OP
No comments:
Post a Comment