Kedua Minggu Prapaskah
1
Maret 2015
Markus
9: 2-10
“Betapa
bahagianya kita berada di tempat ini!” Ini adalah kata-kata yang secara
alami keluar dari mulut Petrus.
Sungguh, melihat Tuhan dalam kemegahan-Nya
adalah sesuatu yang luar biasa. Sungguh membahagiakan bertemu dengan dua tokoh besar Israel, Elia dan Musa. Sebuah pengalaman surgawi untuk
mendengar suara Allah Bapa. Bagi Petrus, Yohanes dan
Yakobus, pengalaman ini adalah sebuah citarasa surgawi. Ini adalah pengalaman mereka saat
berada di puncak
gunung bersama Yesus.
Pengalaman Petrus ini
sebenarnya tidak asing bagi kita. Ketika kita
mencapai sukses dalam pekerjaan, ketika kita menang sebuah kompetisi, atau ketika kita mendapatkan gelar dan penghargaan, ini adalah saat-saat mahkota
kehidupan kita. Bagi kita yang bekerja di
Gereja, kita merasa melihat Tuhan ketika pelayanan kita berhasil,
ketika kita mengumpulkan cukup uang untuk mendanai proyek besar untuk orang-orang
miskin, atau ketika orang menghargai bantuan kita untuk mereka. Beberapa
minggu lalu, para frater OP mengadakan
bakti sosial di Guagau,
Pampanga, sekitar dua jam dari kota Manila. Kami
memimpin lebih dari 100
relawan, mengumpulkan banyak obat-obatan dan kami mampu membantu hampir seribu
pasien miskin. Itu adalah prestasi besar dan pasti memberi kami perasaan yang
luar biasa.
Kita mendaki pegunungan hidup
kita, gunung keluarga, karir, dan pelayanan.
Tanyakan setiap pencinta alam dan pendaki gunung, mereka akan menceritakan bahwa mendaki gunung
bukanlah sesuatu yang mudah dan kadang-kadang
sangat
berbahaya. Namun, setelah
semua jalan yang sulit dan berbahaya dilalui, tiba di puncak adalah pengalaman
yang sangat luar biasa. Pada puncak dari kehidupan kita, seperti Petrus, kita juga
berseru, “Betapa bahagianya kami berada
di tempat ini!”. Dengan demikian, Petrus pun berkata, “Mari kita membuat tiga kemah.” Kita,
seperti tiga murid ini, ingin berlama-lama tinggal di puncak gunung.
Namun, ini bukanlah
yang Yesus inginkan dari mereka. Dia
tidak
meminta mereka untuk
tinggal berlama-lama
tapi turun dari gunung. Siapa di antara kita ingin turun dari keberhasilan hidup kita? Tentunya, wajar bagi
kita untuk mempertahankan posisi kita atau bahkan naik ke prestasi
yang lebih tinggi.
Tetapi kita diingatkan bahwa momen transfigurasi berumur pendek. Setelah beberapa saat bercahaya
dalam kemuliaan, Yesus kembali ke penampilan
manusia-Nya yang sederhana. Dia mengajak kita semua untuk
melihat semua prestasi kita
dalam kerendahan hati. Keberhasilan
kita dalam hidup, pekerjaan dan pelayanan memang
berkat dan usaha kita, tapi kita tidak boleh melekat
kepada mereka.
Keberhasilan dan kesuksesan bisa sangat memuaskan, dan
kita mungkin akan terpaku pada cahaya
keberhasilan yang
mempesona ini dan kitapun
gagal untuk melihat hal yang
paling penting dalam hidup kita. Injil hari
ini mengingatkan kita bahwa hal yang
paling penting adalah untuk mendengarkan dan mengikuti
Yesus. Kita diingatkan bahwa
semua prestasi dalam hidup adalah baik namun
juga tidak abadi. Mereka bisa
datang dan pergi kapan saja. Dengan demikian, kita tidak boleh melupakan apa yang benar-benar penting dalam hidup kita, karena ketika semua hal ini hilang, hanya Yesus yang akan tetap
setia pada
kita.
Frater Valentinus Bayuhadi
Ruseno, OP
No comments:
Post a Comment