Kedua Minggu Paskah
April 12, 2015
Yohanes 20: 19-31
"Murid-murid
bersukacita ketika mereka melihat Tuhan (Yoh 20:20)."
Mengapa
Tuhan yang bangkit hanya menampakan diri kepada
beberapa murid? Mengapa tidak kepada
penguasa Romawi dan Yahudi? Mengapa tidak ke seluruh dunia? Penampakan
secara publik mungkin
akan menghapus semua keraguan pada kebangkitan-Nya, namun ini
bukan rencana-Nya. Mengapa?
Kehadirannya
di antara para murid
itu tidak hanya untuk membuktikan kekuatan-Nya yang dasyat, tetapi untuk sesuatu yang
jauh lebih bermakna. Kita harus ingat bahwa kelompok kecil yang berada di ruang
atas terdiri dari teman-temen
dekat Yesus yang berbagi kisah-kisah pribadi dengan-Nya. Mereka telah dipanggil
dan dipilih. Mereka telah mendengarkan ajaran-Nya. Mereka telah menyaksikan
mukjizat-Nya. Mereka yakin bahwa Yesus adalah Mesias yang ditunggu. Namun, Yesus
ditangkap, menjadi bahan cemoohan dan akhirnya dibunuh secara brutal. Mereka
mengkhianati-Nya, menyangkal Dia, dan lari dari-Nya. Harapan mereka hancur,
kelompok mereka bubar, dan
kisah mereka berakhir dengan tragedi yang menyakitkan. Merekapun kehilangan
makna hidup mereka.
Dalam latar
belakang yang sedih
dan penuh trauma
ini, Yesus hadir. Dia hadir di sana untuk memberikan kedamaian Roh Kudus
yang menghilangkan semua rasa takut. Yesus menyembuhkan luka mereka dan
mengajarkan
mereka juga untuk menyembuhkan orang lain melalui kuasa pengampunan.
Ia memperlihatkan tubuh-Nya yang mulia yang masih menyimpan luka
penyaliban. Namun, luka tersebut tidak lagi dilihat sebagai tanda kekerasan dan
kekalahan, namun tanda cinta
kasih dan kemenangan. Dia menunjukkan mereka bagaimana untuk benar-benar
mencintai secara
radikal, bagaimana pengorbanan
itu berbuah kebahagiaan
sejati. Ketika segala sesuatu tampak hilang dan tidak masuk akal, Yesus datang
untuk memberi terang. Kisah
mereka yang gelap
dan tidak lengkap mulai masuk akal dan menjadi utuh di hadapan Jesus.
Dia mengungkapkan bahwa Dia adalah makna dari seluruh drama penebusan ini, dan ketika
murid-murid melihat ini,
mereka menemukan kebahagian sejati.
Hidup kita
seperti halnya
para murid. Kadang-kadang, kita menghadapi kekosongan makna. Kita kehilangan
anggota keluarga kita, teman kita yang sakit parah, atau kita tersedak dengan
permasalahan
keuangan. Kadang-kadang, kegiatan menggereja
menjadi hambar, kehidupan pernikahan kita terguncang dengan bermasalah, dan
karya-karya kita terasa
tidak berbuah dan sia-sia. Ini bisa sangat menyedihkan dan kita tidak tahu
apa yang harus dilakukan.
Masalah
sebenarnya adalah bahwa kita seperti Thomas: kita hanya fokus pada luka
Kristus. Namun, seperti
halnya Yesus yang
mengundang Thomas, Ia juga meminta kita untuk melihat seluruh tubuh-Nya
yang mulia. Luka tidak akan masuk akal tanpa totalitas Tuhan yang bangkit. Kita
diminta untuk memperluas perhatian kita dari masalah kita kepada Kristus.
Seringkali, kita terlalu asyik dengan masalah-masalah kita, dan mengenyampingkan kebangkitan-kebangkitan kecil yang
terjadi di sekitar kita. Paskah pada dasarnya adalah tentang perjumpaan dengan
Tuhan yang bangkit dan kita tahu hidup kita menemukan makna yang paling penuh
di dalam Dia. Menggemakan pesan Kardinal
Luis Antonio Tagle,
uskup Manila, kita tidak hanya orang-orang Jumat Agung, tapi kita
adalah orang-orang Minggu Paskah!
Frater Valentinus
Bayuhadi Ruseno, OP
No comments:
Post a Comment