Minggu
Paskah ke-4
26 April 2015
Yohanes 10:
11-18
“Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku
dan domba-domba-Ku mengenal Aku (Yoh 10:14).”
Salah satu
gelar yang paling indah yang Yesus pilih untuk menggambarkan diri-Nya adalah
gembala. Tidak hanya sekedar gembala biasa, Dia adalah gembala yang baik.
Namun, ada kebenaran
yang kita
sering abaikan,
bahwa Yesus adalah juga pemilik seluruh penggembalaan. Oleh
karena itu, lebih dari gembala biasa
atau pekerja bayaran,
sebagai pemilik, Dia memegang tanggung jawab terbesar bagi kehidupan
setiap domba-Nya. Setiap domba-Nya sangat berharga karena mereka penting bagi-Nya.
Kemudian, kita mungkin bertanya ‘apa
alasan Yesus menyebut diri-Nya
sebagai gembala yang baik dan kita, sebagai domba-Nya?’
Injil hari
ini tidak menyebutkan alasan tersebut, tetapi jika kita mencoba untuk kembali pada zamannya
Yesus, kita dapat menemukan realitas yang lebih mendalam tentang gembala dan
domba-dombanya. Saat
Yesus berkunjung ke Yerusalem, Dia bisa melihat ada beberapa kelompok penggembala tidak jauh dari kota, mengurus domba dalam sejumlah
besar. Mereka
pada dasarnya orang-orang yang memasok kebutuhan anak domba untuk upacara
kurban di Bait Allah Yerusalem.
Permintaan untuk domba mencapai puncaknya terutama saat Perayaan
Paskah Yahudi,
ketika banyak keluarga Yahudi pergi ke Yerusalem, mempersembahkan kurban di
Bait Allah dan juga membutuhkan
domba panggang sebagai bagian penting dari ritual perjamuan Paskah. Penggembalaan
domba memang menjadi
salah satu bisnis yang menguntungkan di Israel abad pertama.
Sekarang,
jika kita mengenal bahwa
Yesus adalah Gembala dan juga sang pemilik pengembalaan,
kita dapat menemukan alasan mengapa Yesus memanggil kita sebagai
domba-domba-Nya. Hal ini karena Ia mempersiapkan kita, domba-domba-Nya, untuk
menjadi korban tak
bercacat bagi Allah. Tentu saja, Yesus tidak memiliki motif komersial, namun
tujuan tunggal-Nya
adalah untuk membawa anak domba yang sehat sebagai persembahan yang layak di
hadapan Tuhan. Oleh karena ini, tidak aneh jika Dia sungguh mempertaruhkan hidup-Nya
demi domba-domba-Nya, menghadapi semua
bahaya dan menjaga mereka siang dan malam. Dengan mempertaruhkan hidup-Nya, Dia
akan memastikan bahwa kita,
domba-domba-Nya, siap untuk
menghadapi Allah di Bait-Nya.
Sekarang, kita tahu bahwa mengapa hidup kita sangat berharga di mata-Nya.
Ketika kita
menyebut Yesus sebagai Gembala yang baik dan percaya kita adalah domba-domba-Nya, ini berarti bahwa Dia
memberikan diri-Nya bagi kita, supaya kita dimampukan untuk menyerahkan hidup
kita bagi Allah dan bagi
sesama.
Kisah Gembala yang baik ini tidaklah
hanya tentang Kristus, tetapi pada dasarnya ini adalah tentang kita, domba-domba-Nya sebagai
korban bakaran yang
baik. Dengan demikian, hidup kita harus sesuai dengan
panggilan terdalam kita sebagai kurban
bakaran yang sempurna. Untuk menjadi domba-domba Kristus
berarti kita siap menyerahkan hidup kita bagi keluarga kita, menjadi pasangan yang setia sampai
akhir, dan melakukan
pengorbanan untuk membesarkan anak-anak kita. Untuk menjadi domba Yesus
berarti kita sepenuhnya berkomitmen untuk melayani umat Allah, untuk bekerja
bagi keadilan dan perdamaian di antara kita tanpa lelah. Ketika kita setia
sampai akhir, kitapun terbakar seluruhnya oleh api cinta dan menjadi persembahan yang sempurna di mata
Allah.
Tentunya,
untuk menjadi persembahan
yang total adalah sulit karena
ini bertentangan dengan
kecenderungan egois kita, kesukaan
kita untuk mencari keuntungan
pribadi, dan
keengganan kita untuk menghadapi
rasa sakit dan
kesulitan.
Dan sering kali, kitapun
melarikan diri dari-Nya dan menjadi domba yang hilang. Namun, kita tidak boleh
kehilangan harapan karena kita memiliki Kristus sebagai gembala kita. Ketika
kita hilang, kita yakin bahwa Ia akan mencari kita, menaruh kita pada
bahu-Nya dan membawa kita pulang. Kita terus berdoa bahwa Kristus terus merawat
kita dan mempersiapkan kita untuk menjadi anak-anak domba yang paling menyenangkan
bagi Allah kita.
Frater Valentinus
Bayuhadi Ruseno, OP
No comments:
Post a Comment