Minggu Biasa ke-13
28 Juni 2015
Markus 5:
21-43
“Datanglah
kiranya dan letakkanlah tangan-Mu atasnya, supaya ia selamat dan tetap
hidup." (Mrk 5:23)."
Optimus
Prime, pemimpin Autobots dari film Transformers, pernah berkata bahwa manusia
adalah makhluk yang berkemampuan menghancurkan sangat besar tetapi juga berkamampuan untuk mengasihi
secara mendalam.
Dan salah satu cara untuk mewujubkan kemampuan ini adalah dengan tubuh kita.
Tubuh kita adalah bahasa yang sangat
kuat. Ilmu komunikasi telah membuktikan bahwa kata-kata yang kita ucapkan sebenarnya hanya
menempati kurang dari 10% dari
‘bahasa’ yang menjalin hubungan manusia. Sebagain besar dari sacara komunikasi
manusia sebenarnya
dibangun oleh ekspresi tubuh kita. Kita tidak perlu mengucapkan
apa-apa ketika kita marah, orang bisa melihat dari gerak tubuh dan raut wajah
yang mulai berubah secara signifikan. Demikian
pula, sebuah senyum kecil
namun lembut dapat mengkomunikasikan sebuah kebahagiaan dan keakraban.
Sayangnya,
tubuh kita dapat menjadi sumber bencana dan
penderitaan yang tak terbayangkan. Kekerasan dalam rumah tangga dan
pelecehan seksual mungkin hanya dimulai
dengan sebuah sentuhan
lembut. Sementara para
pelaku mungkin luput dari hukuman, para
korban pasti akan membawa pengalaman sangat traumatis ini selama hidup
mereka. Kemarahan orang
tua, yang ditambah
dengan gerakan fisik seperti
mengangkat jari telunjuk akan menimbulkan dampak
psikologis yang mendalam bagi anak-anak mereka. Luka
emosional ini
dapat memanifestasi
diri dalam berbagai bentuk
sikap yang tidak diinginkan bahkan sebagai anak-anak tumbuh dewasa.
Banyak hubungan tidak
berjalan dengan baik hanya karena kita gagal untuk mengenali kebutuhan pihak lain yang diungkapkan
melalui gerakan tubuh mereka. Kita tidak sensitif dan peka terhadap keinginan sahabat kita untuk menyendiri
dan atau pasangan kita
yang rindu untuk
dengarkan.
Namun, sentuhan
kita yang sama dapat
berubah menjadi sumber kebaikan yang besar. Yesus mengetahui hal ini dengan
sangat baik. Dia mengizinkan wanita dengan pendarahan untuk menyentuh-Nya
sehingga dia bisa sembuh. Yairus, kepala
rumah ibadat, percaya bahwa sentuhan Yesus pada putri yang sekarat bisa
menyelamatkannya. Imannya memang dibenarkan ketika Yesus mengangkat gadis itu
dengan tangan-Nya dan
membangkitkan dia
dari kematian. Dan,
banyak dari mukjizat-Nya dilakukan melalui kontak jasmani. Keterlibatan jasmani
ini, akhirnya, mempersiapkan kita untuk tindakan terakhir-Nya yang tertinggi yakni Dia memberikan Tubuh dan
Darah-Nya sendiri untuk para murid.
Ini
sebenarnya dasar dari tujuh sakramen Gereja Katolik: sentuhan Yesus. Melalui
tubuh-Nya sendiri yang bertemu dengan
tubuh kita, kasih
dan rahmat Allah mengalir dan
menjadi nyata. Itulah sebabnya sakramen menggunakan realitas yang badani seperti air,
minyak, roti dan anggur
suci, dan tubuh manusia untuk menandakan kenyataan rahmat
ilahi. Gereja tidak menciptakan sakramen-sakramen ini untuk
kenyamanan kita, tapi kita sebenarnya
mau setia mengikuti Kristus.
Kita mungkin
tidak memiliki kekuatan untuk menyembuhkan atau untuk membangkitkan orang mati,
tapi kita memiliki karunia yang luar biasa yakni sentuhan tubuh kita. Hal ini
cukup untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Kita dapat memberikan
pelukan untuk anak-anak kita. Kita datang,
memberikan waktu dan mendengarkan cerita-cerita dari teman kita yang sedang bermasalah.
Kita menepuk bahu saudara
dan saudari kita dan mendorong mereka untuk bergerak maju. John Maxwell, seorang ahli
kepemimpinan, mengatakan "Semua
sertifikat dan pengakuan yang kita terima dalam hidup akan memudar.
Monumen kita membangun akan runtuh. Piala yang kita terima terkorosi. Tapi apa yang kita lakukan untuk orang lain akan
membuat dampak yang langgeng di dunia ini.”Dan
kontribusi terbesar kita dan abadi bagi dunia ini adalah sebuah sentuhan
kuat namun penuh kasih bagi sesama.
Frater Valentinus
Bayuhadi Ruseno, OP
No comments:
Post a Comment