Minggu Biasa
ke-30
27 Oktober 2013
Lukas 18:9-14
“Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini (Luk
18:13).”
Seorang teman pernah bertanya mengapa saya masuk seminari
dan terlibat dalam karya kerasulan. Jawaban saya spontan, “Saya ingin masuk surga!” Kemudian, ia
bereaksi, “Jadi,
kamu berbuat baik karena
kamu menginginkan surga untuk dirimu sendiri. Bukankah itu egois?” Saya tersentak! Saya
tidak bisa menjawab apa-apa dan terus merenungkan kata-katanya selama beberapa
hari. Sampai saya
membaca sebuah anekdot tentang surga dari Cina.
Ceritanya seperti ini: Surga dan Neraka praktis adalah tempat yang sama dimana masakan terlezat telah dihidangkan.
Namun, orang-orang
di sana harus mengunakan sumpit yang sangat panjang sehingga
mereka tidak bisa
memasukan makanan tersebut ke mulut mereka sendiri. Sungguh neraka, jika kita sekedar
menatap makanan yang paling lezat tanpa bisa
memakannya! Lalu, apa yang terjadi di surga? Orang-orang di surga menggunakan sumpit tidak
untuk mereka sendiri tetapi untuk menyuapi sesamanya!
Surga bukan tempat untuk orang egois, tetapi bagi mereka yang memiliki
belas kasihan bagi
sesama,
dan hanya karena belas kasih Allah, kita bisa menikmati surga
bersama-sama. Dalam Injil hari ini, Yesus mengingatkan kita bahwa kesuksesan dan prestasi
kita dalam hidup tidaklah cukup untuk
membawa kita kepada Tuhan. Bahkan, didorong oleh motif-motif egoistis,
kesuksesan hidup membawa kita
semakin jauh dari Tuhan. Kita bisa memperoleh banyak pujian karena pekerjaan
sosial kita bagi orang miskin, atau karena khotbah-khotbah kita yang inspiratif dan berbagai pelayanan kita dalam
Gereja. Namun,
semua hal ini tidak membuat kita lebih baik dari orang Farisi sombong dalam
Injil hari ini.
Hanya belas kasih-Nya yang mampu membuat kita semakin dekat dengan-Nya,
dan tak diragukan lagi belas kasih-Nya memampukan
kita untuk bekerja tanpa kenal lelah untuk keselamatan orang lain. Dengan
demikian, seperti pemungut cukai dalam Injil, doa kita pun, “Tuhan,
kasihanilah kami, orang berdosa.”
Sebagaimana Allah telah berbelas kasih kepada kita, kitapun harus berbelas kasih terhadap sesama!
Ketika saya memasuki Ordo Pengkhotbah (OP), pimpinan saya bertanya,
“Apa yang kamu cari?” Saya dan kandidat lainnya bersujud di lantai dan berkata,
“Belas Kasih dari Tuhan
dan darimu”.
Sesungguhnya, seluruh hidup saya sebagai
seorang Dominikan
adalah kisah kemurahan hati Tuhan dan
komunitas saya. Saya
sadar bahwa saya tidak layak untuk kehidupan suci. Saya tidak pintar, dan
pasti tidaklah
tampan apalagi berbakat. Aku bergulat dengan banyak hal dan memiliki banyak
kelemahan. Saya
melakukan kesalahan yang tak
lagi terhitung jumlahnya. Sungguh, saya tidak pantas. Namun, saya
masih di sini dan tumbuh berkembang
sebagai Dominikan. Hanya
satu jawaban saya bisa gali:
belas kasih Tuhan benar-benar bekerja
dan melakukan mujizat dalam hidup saya.
Apakah Anda
merasakan belas kasihan Tuhan dalam hidup Anda? Apakah Anda
bersedia untuk berbagi elas
kasih dengan orang lain?
Berbelas kasihlah seperti Bapa kita di
surga juga penuh belas kasihan.
Frater
Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP
No comments:
Post a Comment