Minggu
Biasa ketiga
26
Januari 2014
Matius
4:12-23
“Lalu
merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia (Mat 4:20)”
Sebuah
pertanyaan klasik: “Bagaimana kamu tahu bahwa kamu sungguh terpanggil dalam
hidup membiara?” Pertanyaan
ini sungguh 'klasik' bukan hanya karena orang selalu melontarkan ini kepada saya, tapi karena saya juga bisa melemparkan pertanyaan ini
kembali kepada hampir semua orang. “Apakah
kamu
yakin bahwa
dia akan menjadi istri yang baik dan setia?” Atau “Apakah kamu percaya bahwa menjadi guru adalah profesi terbaik hidupmu?”
Setelah merenungkan
pertanyaan tentang
panggilan ini
untuk sekian lama,
saya harus mengakui bahwa saya tidak tahu jawaban yang pasti. Beberapa
orang memiliki karunia khusus yang
membuat mereka dapat melihat atau mendengar instruksi dari Tuhan.
Beberapa yang lain
memilih menimbang dari
sisi praktisnya:
keuntungan material, faktor kesehatan, keluarga, dll. Tapi, pada akhirnya, ketika kita dihadapkan
dengan dua atau lebih pilihan yang akan mengubah hidup kita secara radikal,
sebagian besar dari kita tidak tahu mana yang harus dipilih.
Namun,
belajar dari Injil hari ini, kita dapat melihat bahwa panggilan bukan terutama
tentang ‘kepastian
ataupun
pertimbangan yang matang’ tapi tentang bagaimana
kita mengambil sebuah tindakan nyata. Saya percaya kita perlu
membaca episode
Injil ini dari perspektif
yang lebih manusiawi. Empat murid pertama, Petrus, Andreas, Yakobus
dan Yohanes,
belum mengenal Yesus sebagai Sang
Allah Putra,
tapi mungkin mengenalnya
sebagai Mesias yang
telah dijanjikan. Ketika Yesus
memanggil mereka dan mengundang untuk mengikuti-Nya, mereka
melihat bahwa untuk menjadi
pengikut sang pengkhotbah karismatik ini adalah sama baiknya dengan memilih tetap
bekerja sebagai
nelayan yang cakap demi keluarga mereka. Namun, mereka tidak bisa
selamanya menimbang-nimbang. Yesus
bergegas pergi menuju
daerah lain dan waktu tidaklah
cukup untuk
terus berpikir ke kiri atau ke kanan. Kemudian, mereka akhirnya membulatkan tekad dan membuat
keputusan.
Kisah para murid
bukanlah
tentang apakah mereka memiliki panggilan atau tidak, tetapi apakah mereka
membuat panggilan mereka menjadi kenyataan yang indah atau sebuah langkah
disesalkan. Seperti para murid, setiap kali kita menghadapi beberapa pilihan
yang mengubah hidup, kita
ditantang untuk dengan tegas memilih dan membuat pilihan kita menjadi panggilan
kita sendiri. Ini bukan tentang ‘pertimbangan’,
namun secara nyata bertindak atas keputusan kita dan mencurahkan jiwa kita ke dalamnya.
Sungguh, hal ini tidaklah mudah.
Para murid
menghadapi jalan yang terjal.
Terkadang mereka tidak mengerti ajaran sang Guru.
Mereka juga harus
mengikuti perintah Yesus yang
sangat sulit. Mereka juga
menghadapi permusuhan dari orang-orang Yahudi. Akhirnya, mereka harus menerima
kenyataan pahit bahwa Yesus,
sang Guru, mengakhiri hidupnya di kayu salib. Namun, hal-hal inilah yang
merubah panggilan mereka menjadi sangat bermakna dan mendalam. Mereka melakukan tindakan
nyata untuk mengikuti Yesus
di dalam senang maupun susah, dan pada
akhirnya merekapun siap untuk melihat Kristus yang bangkit.
Seperti para murid, kitapun ditantang untuk memberikan totalitas hidup kita ke
dalam panggilan yang
telah kita pilih meskipun hal ini tidak pernah mudah, sehingga
kitapun
dapat menemukan kepenuhan hidup di
dalam Kristus.
Frater Valentinus Bayuhadi
Ruseno, OP
No comments:
Post a Comment