Pesta
Anak-Anak Yesus
19
Januari 2014
Matius
18:1-5,10
“Sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi
seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga (Mat
18:3).”
Hari ini, Gereja Katolik
Filipina merayakan hari raya Santo Niño (pesta Kanak-kanak
Yesus). Bersama dengan Black Nazarene (Kristus yang menderita),
Sto. Niño telah menjadi dua pilar devosi bangsa Filipina. Sembilan Januari
lalu, diperkirakan 12 juta orang menghadiri hari raya Black Nazarene di Gereja
Quiapo, Manila. Jika jumlah ini benar, maka lebih dari 10 % populasi
Filipina berbondong-bondong
menuju patung Yesus yang dihormati ini! Hari ini, kita akan
menyaksikan sekali lagi jutaan umat Katolik Filipina berjalan menuju Basilika Sto.
Niño di
kota Cebu.
Merenungkan lebih dalam tentang devosi yang sangat
populer ini, kita dapat melihat
bahwa kedua devosi ini mencerminkan dasar-dasar iman kita. Sto.
Niño menunjuk kepada
misteri Inkarnasi, sedangkan Black Nazarene mencerminkan sengsara, wafat dan
kebangkitan Tuhan kita
yang adalah puncak penebusan umat manusia. Jelas, teman-teman Katolik dari Filipina
tidak datang ke gereja-gereja
ini karena mereka menyadari fondasi teologis yang luhur ini,
tetapi karena
mereka sungguh menaruh kepercayaan pada Penyelenggaraan Ilahi. Saya
sendiri sering mengunjungi gereja Quiapo untuk berdoa kepada Black Nazarene, dan saya
harus mengakui ada semacam magnet spiritual yang menarik saya lebih dekat
kepada-Nya. Saya menemukan juga suasana ziarah dan pengorbanan saat saya harus mengantre
panjang hanya untuk menyentuh kaki Black Nazarene (secara tradisional ini disebut
'Pahalik').
Sesuatu yang terkadang tidak saya temukan di Indonesia.
Ada sesuatu yang mendalam dan indah dengan dua devosi ini
yang membawa kita ke inti iman kita. Bahwa kita diselamatkan oleh Allah
melalui dua momen di mana Yesus adalah sungguh lemah. Raja segala raja lahir
sebagai bayi yang lemah lembut di tempat yang sangat miskin,
dan Juruselamat kita menyelesaikan misi-Nya sebagai korban ketidakadilan di
salib
yang paling keji. Namun, mengapa Tuhan menggunakan realitas ini untuk
menunjukkan kuasa-Nya yang menakjubkan? Saya percaya karena Allah seorang pembebas, tetapi bukan
sebagai komandan militer yang
membebaskan dari penjajah atau politikus lihat yang membawa perubahan politik,
tetapi bahwa Ia membebaskan kita dari konsep manusia sangat terbatas mengenai dirinya
sendiri, secara harfiah Ia membebaskan kita dari diri
kita sendiri!
Dalam Injil hari ini, murid-murid bertanya kepada Yesus, “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Sorga
?” Mungkin, orang yang memiliki kekayaan sangat berlimpah,
atau orang yang memiliki koleksi mobil mewah, atau orang yang memperoleh gelar pendidikan dari Universitas
terkenal. Tapi, Yesus memanggil seorang anak kecil dan
menempatkannya sebagai model. Yesus menantang konsep keberhasilan dan kebesaran
manusia
yang sebenarnya bermasalah. Sungguh
bermasalah karena ini adalah prestasi yang diperoleh dengan mengorbankan
orang lain. Kita perlu
menginjak kepala orang lain hanya untuk berada di atas dan mereka yang di bawah tidak melihat
apa-apa kecuali pantat
kita! Sebuah
gambaran
yang menyedihkan, tapi dunia modern mempromosikan hal ini!
Mengapa kita harus naik ke puncak dan akhirnya tidak menemukan
apa-apa selain diri kita sendiri? Tuhan memang datang tidak sebagai jendral-penakluk
atau seorang politikus cerdas,
tetapi Dia adalah seorang bayi kecil dan seorang hamba yang
menderita. Yesus ada di sini untuk menghancurkan dosa, dan salah satu dosa
terbesar adalah bahwa kita begitu penuh dengan diri kita sendiri. Dan, ketika
Tuhan telah membebaskan kita dari diri kita sendiri, penebusan dan kepenuhan
hidup dapat mengalir di dalam hidup kita dan komunitas kita.
Frater
Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP
No comments:
Post a Comment