5 Januari 2014
Matius 2:1-12
Hari Raya Epiphani
Ketika mereka
melihat bintang itu, sangat bersukacitalah mereka. (Mat 2:10)
Perjalanan tiga orang bijak dari Timur menjadi symbol
dari kerinduan terdalam manusia untuk kehidupan yang bermakna
dan kebahagiaan sejati. Balthazar, Melchior dan Gaspar, sebagaimana tradisi menyebut mereka, bukanlah orang Yahudi ataupun Kristiani. Dalam naskah kuno Yunani dari Injil, kata
yang digunakan untuk mendeskripsikan mereka adalah 'magos', yang
berarti 'seseorang dengan kekuatan magis' atau 'penyihir', dan melakukan magis/sihir adalah kejahatan di mata
orang-orang Yahudi (2 Taw 33:6). Meskipun kita tidak bisa memastikan apakah mereka
sungguh penyihir apa bukan, satu hal yang
pasti bahwa mereka membaca tanda-tanda zaman dan mengikuti sang bintang. Karena itu, mereka sering dituduh sebagai astrolog, pembaca bintang untuk memprediksi perilaku manusia dan masa depan, hal yang
dilarang banyak agama, tapi saya berpendapat bahwa
mereka sebenarnya adalah astronom.
Seperti pelaut yang menatap bintang-bintang dan berharap bahwa bintang-bintang
ini akan membimbing mereka pulang, orang majus ini juga melihat bintang dan percaya bahwa mereka akan berjalan di
jalan yang
benar.
Mereka adalah orang-orang yang disebut sebagai
“bangsa-bangsa lain” atau “kafir”, orang-orang yang tidak
tahu apa-apa tentang Tuhan, dan orang-orang yang
dipercaya akan binasa karena mereka jauh dari Hukum Allah. Namun, Tuhan tidak akan
menutup mata-Nya terhadap mereka yang dengan tulus mencari Dia. Sungguh,
tiga majus ini menjadi salah satu dari antara orang-orang pertama kepada siapa Allah memilih untuk menampakan diri-Nya, dan bersama-sama dengan mereka adalah para
gembala sederhana. Anehnya, orang-orang istimewa ini bukanlah
orang Yahudi yang terpelajar, bangsawan kaya
raya ataupun Raja Herodes yang agung.
Perjalanan dari orang-orang bijak secara tepat bisa kita dianggap sebagai sebuah perziarahan
karena mereka memiliki Tuhan sebagai tujuan akhir mereka. Ini bukanlah sekedar piknik untuk menyegarkan
diri sendiri. Ini bukanlah wisata pendidikan untuk menambah pengetahuan. Tentunya, ini bukanlah perjalanan bisnis untuk membuat mereka kaya.
Injil menyatakan
bahwa mereka mencari “Raja orang Yahudi yang baru lahir” dan berniat
untuk memberi
penghormatan. Namun, mengapa mereka harus memberikan hormat kepada bayi yang lemah ini
sementara ada banyak raja-raja yang lebih berkuasa di sekitar mereka? Hal ini karena mereka sadar bahwa Raja ini bukanlah seorang
panglima perang maupun politisi yang haus akan kekuasaan, tapi Raja yang akan memenuhi keinginan hati: sebuah kepenuhan hidup dan kebijaksanaan sejati. Mereka memang
mencari Allah dan ini membuat mereka benar-benar bijaksana.
Jauh di dalam lubuk hati kita, selalu ada kerinduan untuk kebahagiaan sejati dan kepenuhan yang
sempurna. Namun, kita sering seperti Herodes Agung yang mengunci
dirinya sendiri di
dalam istana buatan manusia karena kita mencari jawaban dalam
diri kita sendiri, dalam kekayaan, kekuasaan dan kenikmatan sesaat. Hal ini hanya membawa kita pada kekosongan dan frustasi. Perziarahan tiga orang bijak
dari timur harus menjadi perziarahan
kita juga. Tiga orang majus ini memberi kita contoh otentik dengan melihat jawabannya
tidak dalam diri kita sendiri tetapi hanya kepada Allah, dan hanya kepada-Nya
kita dapat menemukan sukacita kita sejati.
Frater
Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP
No comments:
Post a Comment