Minggu ke-20 dalam Masa Biasa
17 Agustus 2014
Matius 15:21-28
“Hai
ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki (Mat 15:28).”
Ada kalanya saat nama kita berkaitan dengan hewan mungkin terdengar keren
dan membanggakan. “Kita adalah garuda-garuda muda
Indonesia,” Mahasiswa-mahasiswa muda
Indonesia dengan bangga menyebut diri mereka. Tidak
hanya mahasiswa
dan pelajar, banyak dari kita ingin mengembalikan
kejayaan masa lalu dan menyebut Indonesia sebagai macan asia. Namun, mengasosiasikan
diri dengan hewan juga bisa berarti negatif. Kadang-kadang, disebut sebagai hewan membuat telinga
kita terbakar. Seseorang
bisa mengamuk setelah ia sebuat sebagai
babi liar. Karikatur yang biasa kita lihat di
Koran atau majalah untuk mengambarkan koruptor adalah
tikus atau buaya.
Membaca Injil hari ini, kita menemukan Yesus mengkaitkan perempuan
Kanaan dengan hewan anjing. Jelas di sini, untuk disamakan dengan “anjing” bukanlah
sesuatu yang menggembirakan.
Hal ini agak menghina dan bahkan merendahkan di dalam telinga. Hal ini bisa
saja jauh
lebih manusiawi jika Yesus memanggil dia
sebagai chiwawa atau pudel! Melihat totalitas teks Injil hari ini, Yesus setidaknya melakukan
tiga hal yang tidak biasa. Pertama, Dia mendiamkan perempuan yang menangis dalam kesulitan. Kedua, Dia menolak untuk membantu sang perempuan karena dia bukan
orang Israel. Terakhir, Dia
membandingkan orang-orang Yahudi dengan
anak-anak dari
tuan rumah sedangkan sang perempuan dengan anjing yang
menunggu di bawah meja. Ini menjadi sebuah pertanyaan besar bagi kita semua: jika Yesus penuh belas kasih, lalu kenapa Dia menolak
untuk
memenuhi permohonan sang perempuan tersebut? Mengapa Yesus memperlakukan
perempuan ini dengan cara yang
tidak seharusnya?
Jawabannya mungkin sulit untuk dipahami, tapi pengalaman sang perempuan
Kanaan
ini adalah pengalaman kita juga. Pada
saat tantangan besar datang dalam
hidup kita, kita merasa bahwa
Allah begitu diam meskipun
upaya kita untuk memohon bantuan dan rahmat-Nya. Kadang-kadang, permohonan
kita ditolak. Kita
berdoa untuk mendapat
promosi di tempat kerja, tapi kemudian bos kita mengatakan
bahwa hal itu tidak akan menjadi milik kita dalam waktu dekat. Kadang-kadang, kita juga disakiti dan dicela atas upaya yang
baik dan jujur di dalam usaha dan
kerja kita. Seorang ayah menjual
seluruh miliknya untuk
menyelamatkan putrinya dari kanker
tulang, namun semuanya hangus ketika sang putri meninggal. Hidup bisa sangat hancur dalam
keheningan Allah.
Kita
kemudian bertanya mengapa Tuhan
melakukan ini kepada kita? Sebuah
petunjuk dapat ditemukan pada
jawaban Yesus terhadap sang perempuan,
“Besar imanmu!” Yesus mengizinkan hal-hal yang tidak begitu
baik terjadi di dalam hidup sang perempuan sebagai ujian iman dan iman pun
dapat tumbuh lebih besar.
Sungguh, sang
perempuan tidak menyerah dan akhirnya menang. Kita diminta untuk berpegang teguh pada iman kita meskipun Dia terkesan diam. Mari kita ingat Ayub, hamba Allah yang kudus. Dia bahkan sangat menderita dan dihina oleh teman-temannya. Namun, dia
tidak pernah meninggalkan
imannya kepada Allah. Mari kita membuat perempuan
Kanaan sebagai model kita dalam ketahanan dan ketekunan dalam
iman. Masa-masa kelam kehidupan terjadi bukan tanpa alasan. Dalam iman, kita percaya
bahwa Allah memiliki alasan yang
baik untuk kita semua.
Selamat
HUT Republik Indonesia!
Frater Valentinus Bayuhadi
Ruseno, OP
No comments:
Post a Comment