Minggu ke-3 Prapaskah
8 Maret 2015
Yohanes 2:13-25
“Cinta
untuk rumah-Mu menghanguskan Aku (Yoh
2:17).”
Bait Allah di Yerusalem
adalah tempat paling suci bagi bangsa Israel. Di sana, Allah memilih untuk
tinggal (Mazmur 78:68). Di sana, orang-orang Yahudi dari segala penjuru mata
angin berkumpul untuk menyembah Tuhan. Bait Allah adalah simbol pemersatu dan identitas
Yahudi, kebanggaan mereka dan kejayaan
mereka yang berharga. Yesus sendiri menyebut
Bait Allah sebagai rumah Bapa-Nya (lih Mat 2:49).
Namun,
tempat suci ini
telah dinajiskan. Sayangnya, penodaan
ini dilakukan oleh otoritas agama Yahudi itu sendiri. Bait Allah telah
dimanipulasi untuk sekedar
mencari keuntungan finansial dan memajukan agenda politik pribadi segelintir orang.
Dengan membiarkan Bait
Allah berubah menjadi kawasan komersial, mereka pasti mendapat banyak keuntungan.
Dengan mengeluarkan
peraturan yang menharuskan orang-orang Yahudi sederhana
untuk membeli hewan kurban dan untuk membeli mata uang khusus dari pedagang-pedagang ‘berizin’,
mereka menindas
rekan-rekan
senegara mereka
sendiri. Dengan menyuap para pejabat Romawi, mereka dengan licik
mempertahankan posisi dan kekuasaan mereka. Sungguh, melihat hal ini, Yesus pun geram karena rumah
Bapa-Nya telah menjadi pasar dan sarang penyamun.
Injil hari ini kemudian
menceritakan bagaimana Yesus, yang
terbakar oleh api cinta bagi Bait Allah, mengusir para pedagang dan berhadapan dengan para
pemimpin agama. Para
pemimpin Yahudi
pun mempertanyakan otoritas-Nya, dan Yesus
mengatakan kepada mereka untuk menghancurkan Bait Allah dan Dia akan
membangunnya kembali dalam tiga hari. Namun, Yohanes penginjil lebih lanjut
menjelaskan bahwa Bait
Allah sebenarnya adalah
tubuh Yesus sendiri. Kita tahu
sekarang bahwa tempat tersuci di Israel tidak lagi Bait Allah, tapi tubuh
Yesus sendiri.
Inilah sebabnya mengapa kita, orang-orang Kristiani, tidak lagi pergi ke
Yerusalem, tapi kita
datang ke gereja-gereja di mana Tubuh dan Darah Kristus yang menjadi nyata dan hadir dalam
Ekaristi Kudus.
Karena kita
dibaptis dan menjadi anggota Tubuh Kristus, kita juga berpartisipasi dalam Bait Allah suci ini. Bahkan, St. Paulus
mengingatkan kita bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus (lih. 1 Kor
6:19). Kita dijadikan kudus karena Roh Kudus memilih untuk berdiam di dalam
kita. Namun, pertanyaan sesungguhnya adalah: apakah kita memperlakukan Bait
kita sendiri sebagai rumah Roh Kudus? Injil hari ini sebenarnya mengajarkan
tentang tindakan simbolis Kristus di dalam diri kita karena seringkali, kita mengisi Bait kita tidak
dengan Roh Kudus tetapi dengan sesuatu yang lain.
Seperti Bait
Allah di Yerusalem, Bait
kita juga merupakan pusat kehidupan kita dan apa yang ada di dalamnya, praktis
mengatur sikap kita terhadap diri kita sendiri dan orang lain. Apakah kita
membiarkan uang untuk menempatinya, sehingga prioritas kita adalah untuk
mengumpulkan kekayaan sebanyak mungkin dan kadang-kadang mengorbankan hubungan
kita dengan Tuhan, keluarga dan teman-teman? Apakah kita menempatkan popularitas dan kesuksesan di Bait kita,
dan dengan demikian kita bekerja keras untuk mendaki tangga karier, sampai pada titik yang menghancurkan diri
kita sendiri? Apakah kita memasukkan kemarahan dan kedengkian dalam Bait kita, sehingga kita hanya melihat orang lain sebagai musuh untuk dihancurkan dan hidup
sebagai permasalah
besar?
Permasalahan nomor
satu orang Yahudi dalam Perjanjian Lama adalah penyembahan berhala. Tuhan
menuntut kesetiaan kepada-Nya, namun
bangsa Yahudi kerap berbelok pada dewa-dewa
kecil yang mereka ciptakan
sendiri. Paus Fransiskus dalam suratnya Lumen Fidei menulis, “Idols
exist, we begin to see, as a pretext for setting ourselves at the center of
reality and worshiping the work of our own hands (LF 13).” Oleh karena itu, mengapa Yesus menjadi geram di Bait Allah
bukan hanya karena komersialisasi tempat suci, tapi terutama karena telah
terjadi penyembahan berhala. Mereka telah mengubah Allah yang hidup dengan dewa-dewa
kecil buatan mereka
sendiri dan
menempatkannya di dalam Bait yang kudus.
Musim
Prapaskah ini adalah waktu yang tepat bagi kita semua untuk memeriksa apa yang
ada di dalam Bait kita. Kita mungkin akan terkejut bahwa apa yang ada bukanlah
Tuhan sama sekali. Kemudian, kita perlu melakukan sesuatu, sebelum Yesus datang
dan marah pada kita, sambil berseru, “Rumah-Ku
akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun. (Mat 21:13).”
Frater Valentinus
Bayuhadi Ruseno, OP
No comments:
Post a Comment