Minggu
Paskah Keenam
10 Mei 2015
Yohanes 15: 9-17
“Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah
mengasihi kamu. (Jh 15:12)”
Sehari
sebelum laga melawan Floyd Mayweather Jr, Manny "Pacman" Pacquiao, petinju legandaris Filipina, mengatakan kepada dunia, “Allah
itu ada. Dia adalah Allah yang
dapat mengangkat seseorang dari nol menjadi besar.
Dia adalah Yesus. Semua
pujian dan kemuliaan adalah milik-Nya!” Sungguh, Pacquiao mengatakan sebuah kebenaran. Namun,
sayangnya, dia kalah dalam laga tersebut. Dan hal ini mengingatkan kita pada kebenaran yang
lebih mendasar
bahwa Allah memang membawa kita dari nol
menjadi besar,
tetapi Dia juga membawa kita turun dari kemegahan menjadi bukan apa-apa, dan
sungguh,
baik dalam ketiadaan maupun dalam keberhasilan, segala kemuliaan dan pujian adalah milik-Nya. Seperti
halnya Maria berkidung, “Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan
mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang
yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; (Luk 1:
51-52).”
Ada saat-saat
dalam kehidupan kita, kita
merasa berprestasi, berhasil, dan juara. Kita memenangkan penghargaan, kita mendapatkan
ketenaran, kita terus naik ke dalam tangga karier. Tapi, kita tidak boleh lupa
bahwa sekali waktu kita
juga pernah berada
dalam ketiadaan. Sebelum kita
dilahirkan, kita benar-benar tidak ada, dan bahkan setelah kita dilahirkan, kita
membawa bersama kita kehampaan ini. Beberapa dari kita berjuang melawan
kemiskinan dan kesulitan finansial,
beberapa dari kita
berhadapan dengan masalah di keluarga, dan
banyak dari kita menghadapi
permasalahan dalam
relasi kita dengan sesama. Melihat semua ini, kita
menyadari bahwa kita bukanlah
apa-apa.
Namun
beberapa orang datang ke dalam hidup kita untuk menkasihi kita, membuat
perubahan dan menciptakan perbedaan.
Mereka adalah orang tua kita yang memutuskan untuk melahirkan
kita dan melakukan banyak pengorbanan untuk membawa kita ke tempat yang lebih
baik. Mereka adalah
keluarga dan kerabat yang berbagi waktu dan hasil kerja keras mereka
sehingga kita mungkin dapat mencapai puncak kehidupan
ini. Mereka adalah teman-teman
kita yang memperlihatkan
kita bahwa
persahabatan sejati bukanlah sesuatu yang mustahil. Mereka adalah orang-orang
yang namanya kita bahkan tidak ingat,
tetapi mereka telah memberikan kontribusi berharga bagi siapa kita
sekarang ini.
Saat kita
berjalan dengan piala, piagam dan monumen kita, janganlah kita lupa bahwa kita
juga pernah berada di titik rendah kehidupan. Saatnya akan tiba dimana semua
medali, kehormatan dan kebanggaan kita
akan memudar. Dan dalam menghadapi ini, kita akan jatuh berlutut dan sekali
lagi mengakui ketidakberdayaan kita. Namun, hanya ketika kita berlutut dalam
doa, kita menjadi rendah
hati. Dan, dalam kerendahan hati,
kita diingatkan apa yang benar-benar penting dalam hidup kita bahwa ada
orang-orang yang sungguh mengasihi kita walaupun kita bukanlah apa-apa, dan
bahwa melalui mereka
Tuhan sungguh mengasihi kita.
Ini adalah kasih
dalam bentuk yang paling sederhana: untuk menkasihi seperti Yesus telah
mengasihi kita. Kita dikasihi dan kasih ini membentuk kita
menjadi besar dan ketika giliran kita datang, kita dipanggil juga
untuk membagikan
kemegahan kita dalam kasih. Kita dipanggil untuk mengasihi
orang lain sehingga merekapun
dapat diberdayakan untuk mengasihi. Ini adalah kasih Yesus: kasih yang
melahirkan kasih.
Semua pujian
dan kemuliaan adalah milik Tuhan!
Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP
No comments:
Post a Comment