Minggu
Paskah Kelima
3 Mei 2015
Yohanes
15:1-8
“Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia
berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. (Yoh
15:5).”
Yesus adalah pokok anggur yang
benar dan kita adalah ranting-ranting-Nya.
Seperti halnya Gembala yang
baik, pokok anggur yang benar juga berbicara tentang hubungan Tuhan dengan kita.
Bahkan, hubungan ini adalah sangat pribadi dan intim. Dia adalah sumber
kehidupan kita, Dia menopang pertumbuhan kita dan Dia menjamin kebahagian kita.
Saat kita memutuskan diri kita dari-Nya, kita perlahan-lahan layu, menjadi
ranting yang mati,
dan kitapun siap dibakar.
Kebenaran yang Yesus ajarkan hari ini
memang sangat mendasar dalam hidup kita. Mengapa
calon suami-istri harus pergi ke Gereja dan diberkati untuk pernikahan mereka?
Jawabannya kembali kepada
Yesus sang pokok anggur yang benar. Ketika kita masuk ke dalam sebuah pernikahan
dan kehidupan berkeluarga,
kita tidak hanya mendirikan sebuah institusi manusia, tapi kita sebenarnya berpartisipasi
pada rencana
ilahi-Nya. Uskup Fulton Sheen pernah mengatakan bahwa, “Pernikahan
tidaklah
sulit, ini hanyalah tidak mungkin
secara manusiawi!” Begitu banyak permasalahan, dari
keuangan sampai
masalah kesehatan, akan menghantam pernikahan dan keluarga kita. Hampir tidak mungkin bagi
kita untuk setia sampai kematian memisahkan kita. Juga luar biasa sulit
untuk membesarkan anak-anak kita sampai mereka berdiri di atas kaki mereka sendiri. Melihat semua realitas manusiawi
ini, hanya pokok anggur yang benar yang dapat
membuat pernikahan dan keluarga kita menjadi suatu kenyataan dan bahkan
berbuah. Uskup Sheen pun berkata, “Dalam
semua pernikahan, kita harus menyadari bahwa setiap pria menjanjikan seorang
wanita, dan setiap wanita menjanjikan sang pria sesuatu
yang tidak dapat mereka berikan, karena hanya Tuhan saja yang bisa memberikan, yaitu, kebahagiaan yang sempurna.”
Hal yang
sama juga berlaku bagi kami yang mendedikasikan hidup dalam pelayanan bagi umat Allah.
Saat imam ditahbiskan, ia menjadi seorang imam untuk selamanya, dan selamanya, ia akan melayani umat Allah. Hal ini
juga berlaku untuk kami, pria dan wanita rohaniwan. Ketika saya mengucapkan
kaul terakhir saya di tahun 2013, saya berjanji bahwa saya akan taat, tidak hanya selama satu
tahun atau selama saya senang di Ordo, tapi sampai mati. Tidak diragukan lagi,
ini sangat sulit. Seringkali
kita disalahpahami oleh teman-teman sekerja, disalah mengerti oleh
orang-orang yang kita layani, dan disalahartikan oleh saudara-saudara kita
sendiri di
Kongregasi. Namun,
meskipun sulit, kita diharapkan untuk bertahan sampai akhir. Sekali
lagi, jika hanya dengan kekuatan kita sendiri, hidup kita adalah ssesuatu yang
mustahil. Inilah sebabnya mengapa dalam ritus pengucapan kaul, saya akan
ditanya oleh pimpinan,
“Apa yang kamu cari?”, dan saya bersujud dan berkata, “Belas
kasih Allah dan
Anda!” Hanya belas kasih Tuhan yang dapat membuat
hidup kita menjadi kenyataan dan
bahkan berbuah.
Ketika Yesus
mengatakan kepada kita bahwa Dia adalah pokok anggur dan kita adalah ranting-Nya,
ini
berarti terpisah dari-Nya, kita tidak
akan bertahan lama. Dia memberikan apa yang secara fundamental kurang dalam
diri kita: kekuatan, makna
hidup dan kebahagiaan. Dengan demikian, kita harus menyadari
bahwa pergi ke Gereja
setiap hari Minggu bukan hanya sebuah
kewajiban, tetapi merupakan upaya
kita untuk berhubungan kembali dengan sumber kehidupan. Berdoa
rosario setiap hari bukan tentang tradisi keluarga yang kuno, tapi upaya
untuk menemukan makna dalam Misteri Kristus. Kemudian, pertanyaan bagi kita:
Mengapa kita harus
membawa keluarga kita untuk Gereja setiap hari Minggu? Apakah kita meluangkan waktu
bersama-Nya hari ini? Apakah kita memandang disalibkan Tuhan dan berseru,
“Tuhan, aku membutuhkan-Mu.”?
Frater
Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP
No comments:
Post a Comment