Minggu
Biasa ke-30
25
Oktober 2015
Markus 10: 46-52
“Apa yang
kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?(Mrk 10:51)”
Kisah Bartimeus adalah salah satu
kisah yang paling indah di
dalam Injil Markus.
Kisah ini sungguh menawan karena mencerminkan perjalanan iman dari Bartimeaus dan
juga perjalanan iman
kita. Bartimeus adalah seorang pengemis buta dan meskipun ia bekerja keras
setiap hari, ia
tetap menjadi seorang pengemis. Kadang-kadang, kita seperti Bartimeus,
kita juga pengemis buta. Mungkin bukan pengemis makanan atau
uang, tapi kita mencari
sesuatu yang lebih dalam dan bermakna dalam hidup kita, namun kita tidak tahu
di mana kita bisa menemukannya.
Kita mencoba sebaik mungkin untuk memuaskan kerinduan
ini. Beberapa dari kita bekerja keras dan mendapatkan banyak
uang. Kemudian, kita
bisa menghabiskan uang ini untuk pakaian yang mahal dan modis, untuk gadget canggih dan terbaru, untuk
arloji, mainan, dan banyak hal. Tapi, tidak peduli seberapa keras kita bekerja,
dan seberapa besar kita dapatkan, jauh di dalam hati, kita merasa ada yang
kurang. Beberapa mungkin mencari
hobi yang memberi kesenangan, ada yang sehat, tetapi beberapa juga tidak sehat dan mengarah pada
kecanduan, seperti minum, judi dan seks. Namun, terlepas dari semua kesenangan
yang kita dapatkan, kita menyadari bahwa semua
ini tidak sempurna. Kemudian, kita
menyadari bahwa kita tetaplah seorang pengemis buta.
Namun, ketika Bartimeus mendengar bahwa Yesus datang ke kota,
ia tahu saat itu apa yang ia benar-benar inginkan dalam hidupnya. Lalu, dia melakukan semua upaya untuk mencapai Yesus, untuk menyentuh Dia
dan untuk berkomunikasi dengan-Nya. Seperti Bartimeus, Yesus datang pada hidup kita di waktu dan cara yang tak terduga, tetapi kehadiran-Nya membawa kita
kegembiraan dan jiwa kita tahu apa yang kita benar-benar cari. Sekarang,
terserah kepada kita untuk mengambil kesempatan dan bergerak lebih dekat kepada
Yesus. Beberapa belas tahun lalu, saya masuk seminari dengan tujuan
terselubung. Ada tujuan
lain yakni untuk mendapat
pendidikan yang terbaik. Namun, saat saya mulai menghidupi formasi di seminari, saya perlahan-lahan menemukan bahwa Yesus datang
mendekati saya. Saya menemukan sukacita sederhana namun mendalam dalam melayani
orang lain tanpa mengharapkan balasan; ketenangan dalam doa dan Ekaristi;
inspirasi yang bermakna saat membaca dan merenungkan Alkitab. Mungkin, keterlibatan awal kita di Gereja,
dengan organisasi-organisasi amal atau pelayanan
bukanlah rencana awal kita;
ini berasal mungkin dari undangan dari seorang teman, tantangan dari rekan kerja
atau tradisi orang
tua kita. Tapi, saat kita menghidupi dan menjadi bagian dari
pelayanan ini, tanpa
terduga, kita menemukan
Yesus.
Kemudian Yesus menyodorkan kepada Bartimeus pertanyaan yang paling penting dalam hidupnya, “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat
bagimu?” Bartimeus pun memberi respon yang tepat, “Rabuni, supaya aku dapat melihat!” Tentunya, ketika ia membuka
matanya untuk pertama kali, orang pertama ia lihat adalah Yesus. Seperti Bartimeus, kita juga
pengemis buta dengan begitu banyak hal dalam hidup, seperti masalah, kecanduan,
kemarahan, dan kebencian. Jadi, ketika Yesus datang kepada kita dan menyodorkan
pertanyaan ini, akankah kita memberikan jawaban yang tepat kita kepada-Nya? Apakah kita bersedia untuk memungkinkan Yesus untuk membuka
mata kita untuk melihat-Nya? Pada akhir masa formasi
di seminari menengah
Mertoyudan, saya bertemu
titik kritis dalam hidup saya: apakah untuk meminta Yesus untuk membuka mata
dan melihat-Nya, atau tetap menjadi pengemis yang buta? Mungkin pertanyaan ini juga berlaku dengan kita semua
yang mulai melayani Gereja dan juga berlaku bagi kita yang telah melakukan bertahun-tahun.
Apakah kita akan menjadi pengemis untuk seluruh hidup
kita? Apakah kita mengakui kehadiran Yesus dalam hidup kita? Apakah kita
bersedia untuk membuat semua upaya untuk mendekati-Nya? Ketika Yesus bertanya
apa yang Anda apa, apakah kita siap untuk menjawab, "Saya ingin melihat
Anda, Tuhan."?
Frater
Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP
No comments:
Post a Comment