Saturday, June 21, 2014

Kita Adalah Apa Yang Kita Makan



Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus
22 Juni 2014
Yohanes 6:51-58

Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. (Yohanes 6:55)


“Kita adalah apa yang kita makan.” Tanpa kita sadari apa yang kita makan menunjukkan berbagai dimensi kemanusiaan kita: kesehatan tubuh kita, status sosial dan bahkan relasi kita dengan sesama. Pertama, hal-hal yang masuk ke mulut kita mungkin tidak menajiskan kita, tapi semua pasti akan mempengaruhi kesehatan kita. Untuk melahap sejumlah besar makanan dengan kolesterol tidak sehat mungkin mengarah ke kematian mendadak. Namun, mengkonsumsi makanan bergizi dan sehat, dapat menambahkan beberapa tahun ke dalam kehidupan kita.
Kedua, makanan yang kita konsumsi akan memberi tahu kita status sosial seseorang. Fine dining di restoran kelas dunia seminggu sekali menunjukkan bahwa kita memiliki lebih dari cukup di saku kita. Tapi, jika kita hanya mampu makan sekali sehari dan itupun mengutang, maka kita harus mengakui kemiskinan kita. Sekali waktu, seorang frater tinggal dengan keluarga miskin yang tinggal di daerah kumuh di Manila. Dia tidak akan pernah melupakan arti kemurahan hati dalam kemiskinan saat ia makan bersama-sama dengan mereka. Meskipun sang ibu hanya memiliki satu bungkus kecil mie instan direbus dengan banyak sup air sebagai makanan lima anaknya, ia masih membagikan sedikit miliknya kepada frater tersebut.
Terakhir, makanan juga memperlihatkan bagaimana kita berhubungan dengan sesama kita. Dalam tradisi Katolik Indonesia, umat memasak makanan terbaik bagi para imam paroki mereka sebagai rasa hormat dan kasih mereka terhadap sang imam. Karena sebagai bangsa Asia, kita ingin menunjukkan rasa hormat dan keakraban, dengan hidangan terlezat. Di Filipina, selama ada fiesta (pesta perayaan rakyat), masyarakat siap dengan masakan terbaik mereka dan mengundang kerabat dekat dan teman-teman untuk menikmati pesta bersama-sama. Pemimpin tertinggi dari Ordo Pengkhotbah, Romo Bruno Cadore, OP adalah orang Prancis dan sangat disiplin dalam menjaga dietnya. Ketika ia mengunjungi Filipina, ia akan mengambil sangat sedikit dari makanan berlimpah yang telah disiapkan, dan seorang imam Filipina Dominikan dengan lembut mengingatkan dia bahwa salah satu cara yang terbaik untuk menunjukkan rasa hormat kepada tuan rumahnya adalah dengan menikmati hidangan yang dipersiapkan. Ya, dia mendengarkan saudaranya, dan mengambil sepotong kecil makanan lain ke piringnya!
Makanan, meskipun sangat sederhana, adalah salah satu hal yang sangat diperlukan dalam hidup. Hal ini menyentuh berbagai aspek kemanusiaan kita dan mereka mengungkapkan siapa kita dan bagaimana kita berhubungan dengan orang lain, dan Yesus sungguh tahu hal ini. Dia ingin menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari penting, hal yang memberi kita kehidupan. Inovasi Kristus datang untuk hidup kita ketika Dia menyatakan bahwa tubuh-Nya benar-benar makanan dan darah-Nya benar-benar minuman. Kemudian, melalui Ekaristi, Tuhan memasuki hampir semua dimensi kehidupan kita. Sama seperti makanan lainnya, substansi spiritual juga berasimilasi sempurna untuk tubuh kita. Dia menyentuh tubuh kita dan menjadi satu dengan kesehatan dan kelemahan kita. Dia miskin dengan orang miskin dan kaya dengan orang kaya, dan menyatukan keduanya dalam tubuh-Nya. Dia diterima dan dicintai saat manusia dicintai, dan Dia ditolak dan dikhianati saat manusia dibiarkan jatuh martabatnya. Dia ada bersama anak laki-laki yang baru saja menerima komuni pertama dan Dia ada juga bersama dengan pasien yang sakit keras yang mengambil viaticum. Dia bersukacita pada ibu yang melahirkan putrinya pertamanya, namun menangis juga dengan istri yang suaminya baru saja meninggal.
Yesus dalam Ekaristi adalah realitas yang paling indah dalam hidup kita, dan kebijaksanaan Allah dalam sebuah kesederhanaan. Marilah kita selalu bersukacita dan bersyukur karena melalui Ekaristi, Tuhan ada di dalam kita dalam setiap aspek kehidupan kita.
Br. Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

No comments:

Post a Comment