Hari Raya Kenaikan Tuhan ke Surga
Lukas 24: 46-53
12 Mai 2013
“Goodbye”
‘…dan
ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke
sorga (Luke 24:51).’
Piscine “Pi” Molitor Patel, karakter utama dalam film “Life of Pi”, mengatakan bahwa hidup ini sebenarnya adalah sebuah rangkaian perpisahan,
namun bagian yang paling sulit adalah ketika kita tidak bisa mengucapkan
‘goodbye’. Memang, hakekat dari dunia ini adalah kesementaraan. Manusia lahir kemarin dan pergi keesokan harinya, dan sebagai pemazmur menulis, “manusia seperti mimpi, seperti rumput
yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut
dan layu (Mazmur 90:6).”
Hubungan setiap manusia
di bumi ini pasti akan berakhir. Bahkan orang-orang yang kita paling
kasihi, cepat atau lambat, kita
harus melihat mereka berada jauh dari kita. Saya ingat ketika saya hendak masuk novisiat di Filipina, ibu saya menangis dan memelukku erat
seolah-olah dia tidak akan membiarkan saya pergi. Namun, ia melepaskan
pelukannya. Dia memberi saya
kebebasan untuk menghidupi
panggilan saya.
Perpisahan tidak dapat kita
dihindari dan biasanya hal
ini sangat melukai kita. Namun,
Tuhan Yesus hari ini
mengajarkan kita untuk menerimanya, belajar untuk mengucapkan ‘goodbye’ dan membuat perpisahan ini berbuah. Saat Ia naik ke surga, Ia menunjukkan murid-Nya bahwa perpisahan adalah
nyata dan menyakitkan, tapi Ia juga mengungkapkan keyakinan-Nya dalam murid-murid-Nya
bahwa mereka akan sungguh-sungguh
tumbuh, justru tanpa kehadiran fisik-Nya. Datang dan pergi adalah dua sisi dari dinamika kehidupan.
Tanpa hal ini, kita akan
memulai membusuk dan manusia akan menghadapi kepunahannya. Seorang ibu hamil perlu untuk membiarkan bayinya
meninggalkan rahimnya dan bernapas dengan paru-paru sendiri dan hidup. Orang tua harus merelakan anak-anak mereka untuk keluar dari rumah
mereka dan membangun keluarga mereka sendiri dan hidup.
Kembali ke ‘Pi’, dia mengingatkan kita untuk mengatakan ‘goodbye’ karena suatu alasan yang mendalam. ‘Goodbye’ bukan hanya sebuah kata yang menunjukkan
perpisahan, tapi ‘goodbye’ sebenarnya adalah versi singkat
dari ‘God be (with) ye’ (Tuhan
besertamu). ‘Goodbye’ sesungguhnya adalah sebuah berkat dan doa.
Ketika kita membiarkan ‘goodbye’
keluar dari luar mulut, kita
mempercayakan orang yang kita kasihi kepada Tuhan. Kita yakin bahwa bahkan tanpa kehadiran kita, mereka akan
lebih bertambah dewasa karena
Allah bersama mereka. Yesus sendiri memberkati murid-murid-Nya
sebelum keberangkatannya ke surga, sebuah tindakan yang mewujudkan kepercayaan Yesus pada
murid-murid-Nya dan bimbingan
Roh Kudus. Memang, setelah hampir 2 ribu tahun ditinggalkan oleh Kristus
secara fisik, Gereja telah berubah
menjadi komunitas hidup terbesar di seluruh dunia. Saat
mendekati kematiannya, St. Dominikus berbisik kepada
saudara-saudaranya bahwa mereka tidak harus menangisi kepergiannya karena dia akan lebih berguna bagi mereka di surga. Tak dapat
disangkal, Ordo Pengkhotbah tetap menjadi salah satu tarekat religius paling vibran sampai sekarang, hamper 800 tahun
setelah Dominikus wafat.
Dalam Kenaikan-Nya, Yesus menjelaskan kepada kita arti yang lebih dalam dari
sebuah perpisahan, sebuah pertumbuhan dan kehidupan. Kita diajak
untuk merangkul moment perpisahan, berani mengatakan berkat dan membuat setiap perpisahan sebuah kesempatan untuk berbuah.
Kita adalah orang Kristiani,
dan kita bisa hidup sebagai
orang Kristiani karena
Kristus berani untuk memerdekakan kita dan memungkinkan kita untuk hidup dan bersinar dalam Roh Kudus.
Frater Valentinus Bayuhadi
Ruseno, OP
No comments:
Post a Comment