Saturday, May 11, 2013

Arti sebuah "Goodbye"


Hari Raya Kenaikan Tuhan ke Surga
Lukas 24: 46-53
12 Mai 2013
      
“Goodbye”

‘…dan ketika Ia sedang memberkati mereka, Ia berpisah dari mereka dan terangkat ke sorga (Luke 24:51).’

Piscine “Pi” Molitor Patel, karakter utama dalam film Life of Pi, mengatakan bahwa hidup ini sebenarnya adalah sebuah rangkaian perpisahan, namun bagian yang paling sulit adalah ketika kita tidak bisa mengucapkan ‘goodbye’. Memang, hakekat dari dunia ini adalah kesementaraan. Manusia lahir kemarin dan pergi keesokan harinya, dan sebagai pemazmur menulis, “manusia seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu (Mazmur 90:6).”

Hubungan setiap manusia di bumi ini pasti akan berakhir. Bahkan orang-orang yang kita paling kasihi, cepat atau lambat, kita harus melihat mereka berada jauh dari kita. Saya ingat ketika saya hendak masuk novisiat di Filipina, ibu saya menangis dan memelukku erat seolah-olah dia tidak akan membiarkan saya pergi. Namun, ia melepaskan pelukannya. Dia memberi saya kebebasan untuk menghidupi panggilan saya.

Perpisahan tidak dapat kita dihindari dan biasanya hal ini sangat melukai kita. Namun, Tuhan Yesus hari ini mengajarkan kita untuk menerimanya, belajar untuk mengucapkan ‘goodbye’ dan membuat perpisahan ini berbuah. Saat Ia naik ke surga, Ia menunjukkan murid-Nya bahwa perpisahan adalah nyata dan menyakitkan, tapi Ia juga mengungkapkan keyakinan-Nya dalam murid-murid-Nya bahwa mereka akan sungguh-sungguh tumbuh, justru tanpa kehadiran fisik-Nya. Datang dan pergi adalah dua sisi dari dinamika kehidupan. Tanpa hal ini, kita akan memulai membusuk dan manusia akan menghadapi kepunahannya. Seorang ibu hamil perlu untuk membiarkan bayinya meninggalkan rahimnya dan bernapas dengan paru-paru sendiri dan hidup. Orang tua harus merelakan anak-anak mereka untuk keluar dari rumah mereka dan membangun keluarga mereka sendiri dan hidup.
 
Kembali ke Pi, dia mengingatkan kita untuk mengatakan ‘goodbye’ karena suatu alasan yang mendalam. ‘Goodbye’ bukan hanya sebuah kata yang menunjukkan perpisahan, tapi ‘goodbye’ sebenarnya adalah versi singkat dari ‘God be (with) ye’ (Tuhan besertamu). ‘Goodbye’ sesungguhnya adalah sebuah berkat dan doa. Ketika kita membiarkan goodbye’ keluar dari luar mulut, kita mempercayakan orang yang kita kasihi kepada Tuhan. Kita yakin bahwa bahkan tanpa kehadiran kita, mereka akan lebih bertambah dewasa karena Allah bersama mereka. Yesus sendiri memberkati murid-murid-Nya sebelum keberangkatannya ke surga, sebuah tindakan yang mewujudkan kepercayaan Yesus pada murid-murid-Nya dan bimbingan Roh Kudus. Memang, setelah hampir 2 ribu tahun ditinggalkan oleh Kristus secara fisik, Gereja telah berubah menjadi komunitas hidup terbesar di seluruh dunia. Saat mendekati kematiannya, St. Dominikus berbisik kepada saudara-saudaranya bahwa mereka tidak harus menangisi kepergiannya karena dia akan lebih berguna bagi mereka di surga. Tak dapat disangkal, Ordo Pengkhotbah tetap menjadi salah satu tarekat religius paling vibran sampai sekarang, hamper 800 tahun setelah Dominikus wafat.

Dalam Kenaikan-Nya, Yesus menjelaskan kepada kita arti yang lebih dalam dari sebuah perpisahan, sebuah pertumbuhan dan kehidupan. Kita diajak untuk merangkul moment perpisahan, berani mengatakan berkat dan membuat setiap perpisahan sebuah kesempatan untuk berbuah. Kita adalah orang Kristiani, dan kita bisa hidup sebagai orang Kristiani karena Kristus berani untuk memerdekakan kita dan memungkinkan kita untuk hidup dan bersinar dalam Roh Kudus.
Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

No comments:

Post a Comment