Saturday, July 13, 2013

Belajar Melihat Sebuah Hidup



Hari Minggu Biasa ke-15
14 Juli 2013
Lukas 10:25-37

 Kisah tentang orang Samaria yang baik hati adalah kisah keutamaan hidup. Jika kita melihat lebih dalam karakter-karakter pada kisah ini (sang korban, sang imam, orang Lewi, dan orang Samaria), kita akan melihat kekayaan budaya Yahudi pada zaman Yesus. Mari kita fokus sekarang pada dua karakter utama kisah ini: sang imam dan orang Lewi.
Mengapa sang imam dan orang Lewi menolak menolong sang korban yang adalah orang Yahudi juga? Sang Imam dan Lewi meghindari sang korban bukan hanya karena jijik atau kurangnya keahlian medis, tapi itu terutama karena alasan legal/hokum Agama. Hukum Taurat Musa melarang orang Yahudi khususnya para imam dan orang-orang Lewi untuk menyentuh orang mati atau darah (Im 15 dan 21). Sang Imam dan orang Lewi dalam kisah ini pada dasarnya mentaati Hukum dengan sepenuh hati. Kitab Makabe menceritakan bagaimana seorang ibu dan tujuh anaknya lebih memilih mati daripada melanggar Hukum Taurat dengan makan makanan haram (2 Mak 7). Sang iman dan orang Lewi ini adalah orang yang pada dasarnya taat hukum, namun Yesus mengkritik mereka karena mereka gagal untuk mengenali realitas yang jauh lebih besar hukum Taurat. Mereka menolak untuk melihat kehidupan!
Namun, saya menduga bahwa ada alasan yang tersembunyi dibalik penolakan mereka. Seorang imam dan seorang Lewi terutama hidup dan melayani di sekitar Bait Allah. Setiap kali, seorang imam atau seorang Lewi menjadi najis, mereka tidak diperbolehkan untuk memasuki wilayah Bait Allah. Ini adalah pukulan yang sangat telak bagi mereka. Mereka praktis kehilangan identitas mereka yang terhormat. Tidak hanya kehilangan kehormatan mereka, kegagalan untuk melakukan tugas suci mereka di Bait Allah berarti kehilangan nafkah. Tentu, tak seorang pun ingin menjadi miskin mendadak karena kehilangan pekerjaan. Di sini, harga diri dan kepentingan ekonomi dapat menutup mata seorang imam dan seorang Lewi untuk melihat dan menyelamatkan hidup.
Setiap kali, kita menyaksikan kehormatan dan kepentingan bisnis lebih besar daripada kehidupan, kita menemukan sang imam dan orang Lewi yang hadir di antara dan bahkan di dalam kita.Ratusan bayi diaborsi setiap hari, dan hal ini dibenarkan untuk menjaga kepentingan ekonomi dan reputasi pribadi. Di beberapa daerah pedesaan, anak-anak kecil harus berjalan sangat jauh hanya untuk bersekolah di ruang kelas yang rusak dan dengan jumlah guru yang sangat minim. Dimanakah hak pendidikan mereka yang layak?
Melalui kisah orang Samaria yang baik ini, Yesus mengajak kita untuk melihat hidup kita dan bagaimana kita berhubungan dengan Tuhan dan sesama kita. Apakah kita memperlakukan teman-teman kita sebagai sumber pendapatan dan sekedar mitra bisnis untuk memenuhi kebutuhan kita? Apakah kita berdoa kepada Tuhan hanya karena ingin keinginan kita terpenuhi dan dengan demikian, menjadikan Tuhan sebagai ATM? Tidak! Mari kita kita memilih untuk menjadi orang Samaria yang baik dan memperjuangkan hidup.
Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

No comments:

Post a Comment