Saturday, September 14, 2013

Indah Adanya



Minggu Biasa ke-24
15 September 2013
Lukas 15:1-32

“Kita patut bersukacita dan bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali ( Luk 15:32) . "

Dalam Injil hari ini, Yesus mengingatkan kita akan kebenaran yang sering luput dari mata kita: Allah sungguh telah jatuh cinta dengan setiap insan manusia. Di antara semua ciptaan-Nya, Manusia diciptakan di dalam rupa dan citra Allah, dan Ia sungguh bergembira setiap kali Ia melihat kita karena Ia Dia melihat kembali refleksi diri-Nya sendiri, sebuah kesempurnaan sejati. Pria mana yang tidak jatuh hati kepada wanita yang super cantik and super baik!
Salah satu lagu favorit saya adalah ‘Just the Way You Are’ oleh Bruno Mars, bukan hanya karena melodinya yang indah, tetapi juga karena liriknya memiliki kekayaan teologis yang mendalam! Dengan cara sederhana, lagu menangkap ekspresi cinta-buta Allah pada diri kita, manusia. Setiap kali Allah melihat kita, seperti Bruno Mars, Dia akan mengatakan, “When I see your face there's not a thing that I would change 'cause you're amazing just the way you are.” Allah menciptakan kita begitu menakjubkan dan berharga, dan itulah kita insan manusia!
Sayangnya, seringkali kita sendiri gagal untuk menemukan keindahan dan kebaikan di dalam diri kita sendiri dan sesama. Beberapa orang bahkan sekedar memanfaatkan sesama mereka untuk kepentingan pribadi belaka. Sungguh, objektifikasi manusia dan pendangkalan hidup adalah salah satu penyakit terburuk dari umat manusia. Manusia berharga sejauh mereka menawarkan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat. Manusia yang tidak lagi produktif dan memberatkan dan harus dibuang’ dari masyarakat, seperti halnya barang-barang tua lainya yang tidak berguna lagi. Oleh karena itu, statistik dan angka berubah menjadi alat yang ampuh untuk mengendalikan hidup individu manusia!
Dalam novelnya, “Night” , Elie Wiesel menceritakan pengalamannya di kamp konsentrasi Jerman Nazi di Auschwitz, Polandia, di mana diduga sejuta orang Yahudi telah dibunuh hanya karena mereka Yahudi. Dia selamat dari hukuman mati, dan ia masuk kamp kerja paksa. Saat ia masuk kamp ini, penjaga mentato tangan kirinya dan menempatkan nomor permanen di mana semua orang bisa melihatnya. Wiesel kemudian menulis, “Saya menjadi A - 7713. Sejak saat itu, saya tidak punya nama lain. Orang-orang menjadi nomor tanpa nama dan hanya seperti nomor lain, mereka dapat dengan mudah dikurangi dari perhitungan. Bruno Mars akan terus bernyanyi, And it's so, it's so sad to think that she don't see what I see.” Tuhan sungguh sedih ketika kita tidak lagi mampu melihat aspek yang paling indah dari kemanusiaan kita.
Namun, cerita kita tidak hanya serangkaian kegagalan tragis, tetapi juga kisah perjuangan untuk mempertahankan keutamaan hidup dan melawan setiap bentuk ketidakadilan yang mendistorsi visi kita tentang hidup. Pada Agustus 2013, badai tropis ‘Maring’ menghantam Metro Manila dan beberapa provinsi lainnya di Pulau Luzon, Filipina. Hujan deras tidak berhenti selama beberapa hari dan sungai-sungaipun meluap. Pagi 20 Agustus, penduduk sekitar mulai mengungsi di Gereja Santo Domingo, di mana saya tinggal. Kami kemudian membuka rumah Tuhan dan mengubahnya menjadi sebuah pusat evakuasi sementara. Saya ditugaskan untuk menuliskan nama-nama pengungsi dan membuat statistik sederhana. Kami menjadi tuan rumah untuk lebih dari 1.500 orang pengungsi atau sekitar 350 keluarga. Ini adalah jumlah yang mengejutkan dan kami tidak memiliki sumber daya yang cukup. Namun para frater dan sesama relawan menolak untuk memperlakukan para pengungsi sebagai angka belaka, tapi kami bertekad untuk melayani mereka sebagai manusia dengan martabat, meskipun mereka adalah anak-anak kecil, orang-orang sakit dan tua, dan mungkin di antara mereka adalah pecandu narkoba dan kriminal. Sangat melelahkan, tapi kami percaya setiap orang sangat berharga dan patut diperjuangkan.
Kabar baiknya adalah bahwa kita tidak sendirian dalam upaya sederhana untuk membantu sesama dan dengan demikian, menunjukkan kepada dunia bahwa sungguh hidup tak ternilai harganya. Tuhan bersukacita dalam setiap pribadi. Dia tidak pernah kehilangan harapan dalam mencari domba yang hilang atau berharap pada kedatangan anak yang hilang, karena setiap orang dari kita sangat berharga dan menakjubkan, karena itulah kita!

Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

No comments:

Post a Comment