Friday, December 20, 2013

Maria, Sang Pengikut Yesus yang Pertama



Minggu Adven keempat
22 December 2013
Lukas 1:26-38

"Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu" (Luk 1:38).


Maria tidak hanya pengikut Kristus yang paling utama, dia sebenarnya adalah yang pertama dan yang paling setia. Saat Maria menerima Kabar Sukacita, peristiwa ini menjadi episode yang mengubah wajah kemanusiaan serta seluruh alam semesta. Malaikat Gabriel menyatakan kepada Maria bahwa ia akan mengandung Putra Allah melalui kuasa Roh Kudus. Dalam kesederhanaan, dia tidak mengerti, Bagaimana ini bisa terjadi , karena saya tidak mengenal seorang priapun? ( Luk 1:34 ). Namun, satu hal yang ia pegang teguh adalah bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah. Maria dalam kebebasannya mengikuti kehendak Allah yang membebaskan. Seluruh kosmos yang telah menunggu dalam kecemasan akhirnya bersukacita dalam ‘Fiat yang diucapkan Maria.
Maria menjadi pengikut Yesus yang pertama saat ia menyatakan ‘Ya’ pada undangan Allah. Dia menjadi orang pertama yang menerima Kristus tidak hanya dalam jiwanya tetapi dalam rahimnya. Sungguh resepsi Kristus yang sempurna! Karena itu, Maria menjadi model yang indah dari orang-orang Kristiani dari segala zaman. Seperti Maria, kita diundang oleh Allah untuk menerima Kristus, dan dalam kebebasan, kita membuka diri kepada Allah. Dengan demikian, dalam baptisan, kita menerima Kristus dalam jiwa kita dan menjadi bagian dari Tubuh-Nya, Gereja. Dalam kasih-Nya, Allah juga mempersembahkan Putra Tunggal-Nya dalam Ekaristi kepada kita sehingga kita dapat menerima kepenuhan Kristus tidak hanya dalam jiwa kita, tetapi di seluruh keberadaan kita. Kita mungkin tidak memahami mengapa Allah memilih kita, bagaimana Ia memasuki kehidupan kita dan bagaimana Kristus adalah benar-benar ada dalam Ekaristi, tapi sama halnya seperti Maria, kita mengangkat hati kita kepada Tuhan dan percaya bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah.
Namun, menerima Kristus dalam hidup kita selalu merupakan pilihan yang radikal. Sering kali, hal ini sangat berbahaya dan mengancam jiwa. Kehamilan Maria praktis adalah di luar nikah dan budaya Yahudi mengatakan bahwa wanita yang hamil di luar pernikahan harus dirajam! Sungguh,  dengan mengatakan ‘Ya’ kepada Yesus, hidup Maria tidak lagi ‘normal’. Bahkan , seperti Yesus yang mengakhiri hidup-Nya di dunia ini dengan tragis, Mariapun mengikuti Dia sampai salib-Nya. Namun, dalam menghadapi segala pencobaan dan keperihan hidup, Maria tidak goyah dan berdiri tegak sampai akhir. Sementara murid-murid laki-laki yang lain melarikan diri dari Yesus, Maria ada di sana di kaki salib-Nya, tidak menangis, tidak berlutut dan tidak mengeluh, tetapi ia berdiri dengan keteguhan hati melihat buah dari rahimnya disiksa dan dibunuh seperti binatang. Sama seperti Maria, hidup kita di dalam Kristus dapat membawa banyak konsekuensi yang tidak diinginkan: jujur​​, sementara lainnya mengatakan kebohongan, memaafkan, sementara lainnya membalas dendam, dan mengasihi, sementara yang lain hanya bisa membenci. Namun, kita belajar dari Maria bahwa Kristus akan senantiasa memberdayakan kita untuk berdiri dengan ketegaran hati sampai akhir.

Br. Valentinus Bayuhadi Ruseno , OP

No comments:

Post a Comment