Tuesday, August 5, 2014

Teori Big Bang dan Kita


Hari Minggu Biasa ke-18
3 Agustus 2014
Matius 14: 13-21

“…menyingkirlah Ia dari situ, dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi (Mat 14:13).”

Familiar dengan teori ‘Big Bang? Ini adalah teori yang sangat populer tentang asal-usul alam semesta. Teori ini menyatakan bahwa alam semesta kita bermula dari miliaran tahun lalu ketika sebuah ‘titik’ yang tak terbayangkan kecilnya berexpansi dengan keceptan yang menakjubkan. Sampai sekarang, dunia kita masih terus berekspansi dan menciptakan bintang-bintang  yang tak terhitung jumlahnya di dalam proses ekspansi ini. Apa yang membuat teori ini sangat menarik adalah bahwa teori ini tidak hanya berbicara tentang alam semesta saja, tetapi juga mencerminkan umat manusia. Kita bermula dari homo sapiens yang sederhana namun kita terus berekspansi meningkatkan diri kita, menciptakan inovasi yang tak terhitung jumlahnya dalam proses ekspansi ini.
Namun, teori Big Bang bukan hanya tentang ekspansi dan perkembangan yang tak berkesudahan. Beberapa ilmuwan memprediksi bahwa alam semesta kita tidak akan bertahan selamanya. Alam ini akan kehabisan gas’, berhenti berekspansi dan akhirnya mati. Sepertinya dunia ini, kitapun akan kehabisan gas dan kehilangan diri kita dalam berbagai kemajuan kita telah buat. Siapa di antara kita menjadi budak dari gadget elektronik dan selalu ingin membeli model terbaru? Siapa di antara kita yang panik ketika sinyal HP atau internet hilang? Siapa yang tidak lumpuh dan tak tahu apa yang harus dilakukan saat mati lampu terjadi? Manusia sekarang terlalu banyak bekerja dan sibuk luar biasa justru karena kecepatan dan kemewahan yang kita nikmati di zaman digital ini. Kitapun menjadi gelisah seperti halnya alam semesta.
Beruntung, dalam Injil hari ini, Yesus memberi kita petunjuk untuk mengatasi masalah kronik ini. Setelah kematian sepupunya, Yohanes Pembaptis, Yesus pergi ke tempat terpencil dan sendirian di dalam doa. Matius mengkontraskan Yesus dengan orang-orang yang gelisah dalam mencari Yesus untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Sementara banyak orang yang berlari mengejar apa yang mereka inginkan, entah itu kekayaan, kejayaan ataupun kekuasaan, Yesus mengambil istirahat-Nya, membuat perhentian-Nya dan tenggelam dalam doa. Yesus menjadi tanda kontradiksi terhadap lingkaran setan kegelisahan atas nama kemajuan dan perkembangan.
Namun, ini bukan pertama kalinya Tuhan mengingatkan kita tentang nilai istirahat dan keheningan. Kembali ke Kitab Kejadian, setelah Allah menciptakan dunia dalam 6 hari, Dia beristirahat di hari yang  ketujuh. Allah yang Mahakuasa tentunya tidak membutuhkan liburan, namun Ia beristirahat agar kita, manusia, juga dapat mengikuti teladan-Nya. Orang-orang Yahudi menjalankan dengan ketat istirahat Sabat. Kemudian, Yesus mengingatkan kita tujuan sebenarnya dari Sabat itu adalah untuk kepentingan kita, bahwa kitapun memerlukan waktu untuk istirahat dalam keheningan. Akhirnya, setelah penderitaan dan kematian-Nya, Yesus beristirahat untuk sementara waktu di dalam kematian.
Sekali lagi, Tuhan mengetuk pintu kita dan mengingatkan untuk beristirahat di dalam doa. Benar bahwa kita diciptakan sebagai pekerja, namun bukan sebagai mesin yang tidak kenal lelah. Ada saatnya kita berhenti sehingga kita memiliki waktu untuk bernapas, untuk merefleksikan hidup kita, dan menikmati hal-hal terbaik dalam hidup (kesehatan, keluarga, persahabatan, dll). Kita perlu memahami bahwa kita adalah bagian dari alam semesta, tetapi bukan budak dari alam ini. Kita beristirahat karena kita ingin menjadi manusia yang utuh.
Br. Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

No comments:

Post a Comment