Saturday, September 6, 2014

Gereja: Tuhan di antara Kita



Hari Minggu Biasa ke-23
7 September 2014
Matius 18:15-20

Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka (Mat 18:20).”

Apa itu Gereja? Kita mungkin membayangkan sebuah bangunan di mana kita bisa berdoa bersama-sama atau mungkin sekedar mencari inspirasi. Pemahaman kita tentang Gereja sebagai sebuah tempat benar adanya, tetapi belum lengkap. Mengapa? Mari kita lihat realitas konkret dalam kehidupan kita sehari-hari. Di Filipina dan Indonesia, kebanyakan gereja disesaki oleh umat setiap hari Minggu dan banyak kegiatan yang berlansung di sana. Namun, sayangnya, di beberapa negara Eropa, gereja-gereja sudah ditinggalkan umatnya dan siap untuk dikonversi menjadi musium ataupun kedai kopi. Di sini, kita bisa menarik kesimpulan bahwa kita yang berkumpul dalam doa, adalah umat yang mengubah tempat tertentu menjadi Gereja. Apa yang membuat gereja sebuah Gereja bukanlah bangunan fisiknya tapi kita, umat yang bersatu. Dengan demikian, Gereja adalah kita!
Namun, orang-orang seperti apakah yang membentuk sebuah Gereja? Apa yang membedakan kita dari perkumpulan atau organisasi-organisasi lain? Apa yang membuat hubungan kita unik dan berbeda dari jejaring raksasa seperti Facebook? Apa yang membedakan kita dari perusahaan-perusahaan multi-nasional seperti Google? Jawabannya benar-benar sederhana, namun hal ini menjadikan pembeda yang krusial dan mendasar.
Dalam Injil hari ini, Yesus mengatakan bahwa ketika kita berkumpul dalam nama-Nya, Dia berada di tengah-tengah kita (lih Mat 18:20). Kita berkumpul dalam nama-Nya dan ini mengubah segalanya. Kita tidak datang bersama-sama untuk bersenang-senang dan bersantai, bukan untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan pastinya bukan untuk mempromosikan agenda politik kelompok kecil kita. Bahkan ketika kita bersatu untuk melakukan perbuatan baik, tetapi tidak dalam nama-Nya, kita hanya menjadi seperti pekerja sosial yang baik, tetapi tidak lebih dari itu. Ini mengapa Paus Francis di awal kepausannya, mengingatkan kita bahwa tanpa Kristus, kita hanyalah organisasi non-pemerintah, dan bukan Gereja.
Namun Gereja yang bersatu di dalam nama Yesus bukanlah akhir dari segalanya. Yesus menyelesaikan kata-katanya, Aku ada di tengah-tengah mereka.” Perkataan Yesus ini lebih mudah dimengerti sebagai “kehadiran rohani” dan bukan fisik. Namun, kita tidak boleh lupa bahwa Yesus tidak pernah berkata bahwa Ia akan bersama kita hanya secara ‘rohani’. Apakah mungkin bahwa Yesus benar-benar hadir di tengah-tengah kita setelah dua ribu tahun yang lalu Ia naik ke surga? Lalu bagaimana mungkin ini terjadi? Jawabannya cukup sederhana: Dia memanifestasikan diri-Nya dalam Ekaristi. Hosti suci dan anggur benar-benar menjadi Tubuh dan Darah Kristus dan Diapun hadir secara fisik di antara kita yang berkumpul dalam nama-Nya dan bahkan Ia menjadi bagian dari tubuh dan hidup kita saat kita menyantap hosti dan anggur suci ini. Untuk mengingatkan akan perjamuan suci ini, Romo Gerard Timoner, OP, romo provincial OP dari Filipina, selalu membuka perayaan Ekaristi dengan, Kita berkumpul di dalam Nama Bapa, Putra dan Roh Kudus.” Kita diingatkan bahwa Ekaristi adalah kumpulan orang, atau tepatnya komunitas, di dalam nama Tuhan, dan Dia dengan umat-Nya. Melalui Ekaristi, kita menjadi Gereja, dan kebenaran kata-kata Yesus, Ketika dua atau tiga berkumpul dalam nama-Ku, Aku ada di tengah-tengah mereka.” menjadi sebuah kenyataan. Saat kita berkumpul dalam Misa suci, kita menjadi sungguh umat yang disatukan oleh Yesus sendiri, dan ini adalah identitas kita yang sejatinya.

Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

No comments:

Post a Comment