Monday, April 1, 2013

Suka-Cita Paskah


Minggu Paskah
Yohanes 20:1-9
31 Maret 2013
  
"...dia melihat dan percaya (Yohanes 20:8)."

Banyak telah saya tulis tentang penderitaan dan makna dari harapan di tengah-tengah penderitaan manusia. Namun, ‘berharap’ bukanlah benar-benar titik terminal menjadi seorang Kristiani. Blaise Pascal, seorang filsuf Katolik dari Prancis, pernah berkomentar bahwa ‘Tidak ada yang melebihi kegembiraan orang Kristiani sejati.” Sungguh benar! Tapi, berapa banyak dari kita, dalam kenyataan, memiliki kebahagiaan yang Pascal bicarakan? Lebih dekat dengan realitas kita adalah komentar dari filsuf eksistensialis Jerman, Friedrich Nietzsche – seorang kritikus terhadap Gereja – Menurutnya ‘Murid-murid Kristus harus lebih terlihat sebagai orang tertebus!’
 
Benar adanya! Kita telah ditebus dan ini adalah sumber sukacita terbesar dalam hidup kita. Yesus memang telah wafat untuk menebus kita dari dosa-dosa dan kematian, tapi apa sungguh meyakinkan kita bahwa Dia benar-benar menebus kita adalah Kebangkitan-Nya. Dalam kata-kata Kardinal Luis Antonio Tagle, Uskup Agung Manila, “Kita adalah Easter People!” Jika klimaks dari Tri Hari Suci adalah Minggu Paskah, dan Minggu Paskah adalah tentang kebangkitan Kristus, maka sukacita memang sungguh menjadi karakter kita. Oleh karena ini, St Thomas Aquino pernah berkomentar bahwa ‘Joy is the noblest human act.’

Sayangnya, sebagian dari kita tidak menampakan sukacita Paskah ini. Bahkan, yang lain mengeluh tepatnya karena mereka adalah seorang Kristiani! Beberapa dari kita hanya tidur selama imam berkhotbah, dan membuat liturgi Gereja seperti lagu pengiring tidur. Di beberapa negara di mana umat Kristiani merupakan minoritas, menjadi Kristiani kadang-kadang dianggap sebagai kutukan dan bukan berkat. Orang dengan nama Kristiani didiskriminasi dan bahkan dianiaya. Namun, di mana orang-orang Kristiani adalah kelompok yang dominan, kita beralih menjadi pelaku dari ketidakadilan dan korupsi. Akhirnya, bagaimana kita bisa benar-benar bahagia dan bersukacita jika dunia kita begitu rusak dan penuh penderitaan?

Kita akan kehilangan seluruh ini makna refleksi ini jika kita hanya sekedar mengaitkan sukacita umat tertebus dengan emosi yang baik atau perasaan yang menyenangkan. Ini tidak berarti kita akan tertawa terbahak-bahak saat ritual pemakaman seorang anggota keluarga dan berkata kepada setiap orang, ‘Hi, kita adalah umat Kristiani, kita harusnya senang sepanjang waktu!’ Kebahagian ini juga tidak mengalir dari alkohol, narkoba dan tindakan seksual yang terlarang. Sukacita Kristiani adalah sesuatu yang lebih substansial dan lebih dalam.

Mari kita lihat Injil hari ini untuk melihat lebih dalam kebahagian umat Kristiani. Ketika murid-murid menemukan makam yang kosong, sangatlah alami bagi mereka untuk menjadi bingung dan sangat sedih. Di manakah Tuhan? Siapa yang berani untuk mengambil Tubuh-Nya? Petrus menatap makam dalam kebingungan dan pulang kembali, tak tahu harus berbuat apa. Maria Magdalena tetap tinggal, namun dia hanya bisa menangis. Hanya murid yang dikasihi Yesus melihat makam yang kosong, dan ia percaya. Yohanes menatap kekosongan, tapi ia tidak hanya merasakan kehampaan. Dia melihat ke dalam kekosongan makam dan menemukan makna. Hari Minggu Paskah dimulai dari tempat pemakaman yang kosong, dan sungguh iman kita kepada Yesus yang bangkit dimulai dalam kekosongan yang makam ini!

Sukacita kita bukanlah tentang perasaan ‘baik’ atau ‘nyaman’, tetapi sukacita ini bersumber  dari rahmat Allah yang memampukan kita untuk melihat makna kehidupan kita, dan bahkan dalam kekosongan hidup itu sendiri. Untuk tetap setia dan penuh harapan dalam kepahitan hidup memang kualitas terbaik dari umat Kristiani, tetapi untuk dapat menggali makna di balik peristiwa-peristiwa ini akan membawa kita ke tingkat lain sebagai seorang Kristiani. 

Ini adalah sukacita seorang istri yang bisa melihat makna kesetiaan terhadap janji pernikahannya walaupun berbagai kepahitan kehidupan berkeluarga. Ini adalah kebahagian seorang guru yang melihat murid-muridnya berhasil dalam hidup, walaupun dia tetap hidup pas-pasan. Ini kegembiraan seorang imam yang memberikan yang terbaik bagi umatnya, walaupun banyak kesulitan dan cercaan yang ia harus tanggung.

Fr. Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

No comments:

Post a Comment