Saturday, April 13, 2013

Tuhan yang ‘Biasa-Biasa Saja’


Minggu Paskah Ketiga
Yohanes 21:1-19
April 14, 2013

Kata Yesus kepada mereka: “Marilah dan sarapanlah.” … mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan
 (Yoh 21:12).

Hal-hal terbaik dalam hidup sejatinya gratis dan hampir ditemukan dimana-mana. Kehidupan, cinta-kasih, perdamaian, persahabatan, dan kesehatan adalah beberapa hal terbaik dalam hidup yang banyak orang inginkan. Sungguh, hal-hal ini tidak membutuhkan biaya apapun, tetapi jangan salah, bukan berarti hal-hal in murahan. Seringkali, nilai sejati dari hal-hal ini baru kita sadari ketika hal-hal sederhana ini diambil dari kita. Saat kita kehilangan kemampuan untuk ‘tidur’, kita mulai merasakan betapa tidak enaknya membuka mata lebih dari 24 jam. Kita mungkin bisa pergi berbelanja ke berbagai mal, dan membeli tempat tidur besar yang nyaman, tapi tidak ada toko yang mampu menjual ‘tidur’ yang nyenyak dan alami.

Sayangnya, karena hal-hal terbaik ini gratis dan seringkali berada dalam genggaman kita, kita cenderung untuk tidak memperdulikan hal-hal ini. Seringkali, kita melupakan hal-hal ini sangatlah berharga. Lebih buruk lagi, kita menyebut hal-hal ini sebagai hal yang ‘biasa, monoton dan bahkan membosankan. Siapa di antara kita yang benar-benar menghargai ibu kita yang bangun setiap pagi buta untuk mempersiapkan sarapan yang bergizi untuk seluruh keluarga? Siapa yang menghargai detak jantung kita yang sangat monoton dan hampir tak terdengar? Kita gagal untuk menjaga hal-hal terbaik dalam hidup kita dan akhirnya hal-hal ini terlepas dari tangan kita. Yang terburuk adalah kita mulai melupakan realitas yang paling penting dalam kehidupan kita yakni Tuhan sendiri, hanya karena Dia begitu biasa.

Rm. Roberto Reyes, seorang imam diosesan dan aktifis dari Manila, baru-baru ini berkomentar bahwa penurunan jumlah umat yang pergi ke gereja di Filipina adalah karena homili para romo cenderung membosankan dan liturgi kita kering. Rm. Reyes menyimpulkan bahwa jika umat Katolik menjauh dari Gereja, ini karena liturgi Gereja membosankan, dan umat lalu berkesimpulan bahwa ‘Allah yang Gereja coba tawarkan pasti juga ‘membosankan. Kita adalah generasi yang  begitu terhanyut dalam media massa yang setiap detik menyuap kita dengan hiburan-hiburan instan dan sangat sensual. Generasi ini menjadi selalu haus akan sesuatu yang menghibur dan menyenangkan, dan kita menjadi begitu tidak sabar dengan hal-hal yang ‘biasa dan ‘sederhana’. Kita bahkan tidak bisa lagi menghargai ‘kesederhanaan hidup dan bahkan melihat Allah di balik ‘kesahajaan hidup’.

Para murid dalam Injil hari ini membawa kita ke tingkat yang lebih dalam untuk memahami Tuhan. Mereka mengajak kita untuk melihat Allah bahkan dalam kesederhanaan dan rutinitas hidup. Mereka menemukan Tuhan dalam sarapan pagi yang sederhana (Yoh 21:12)! Gerakan memecahkan roti dan membagikan ikan adalah sangat ‘biasa’, tetapi gerakan yang sama mengungkapkan Tuhan yang telah Bangkit. Hal-hal terbaik dalam hidup tidak menampilkan sesuatu yang luar biasa, tetapi dalam kesahajaan, hal-hal ini mengungkap kehidupan dan sumber kehidupan itu sendiri, yakni Tuhan.

Bersabarlah jika liturgi Gereja cenderung ‘berulang-ulang dan homili berubah menjadi obat tidur, karena hal ini tidak berarti Tuhan kita juga ‘boring’. Rahmat-Nya sungguh bekerja dan membentuk kita dengan cara yang paling sederhana, bahkan di luar kesadaran kita. Saya juga tidak berasumsi bahwa anda akan berubah secara instan setalah membaca refleksi ini, tapi saya berharap untuk berpartisipasi dalam rahmat Tuhan yang membentuk kita secara perlahan-lahan. Cobalah kita berhenti sejenak dan menghitung berkat yang luar biasa yang kita terima dalam hidup: sahabat-sahabat kita, keluarga, rekan kerja, para pendidik dan bahkan petani yang kita tidak kenal tapi menanam padi, sumber makanan kita. Allah mengungkapkan diri-Nya dan  membentuk kita melalui hal-hal biasa dan sederhana, yang sejatinya adalah hal-hal terbaik dalam hidup.

Fr. Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

No comments:

Post a Comment