Friday, January 31, 2014

Allah yang Setia



Pesta Yesus dipersembahkan di Kanisah
2 Februari 2014
Lukas 2:22-40

“…sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu…(Luk 2:30)”


Allah setia pada janji-janji-Nya. Dalam Injil hari ini  Simeon dan Anna melihat dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana Tuhan menggenapi janji-Nya kepada mereka berdua. “Dia tidak mengalami kematian sebelum ia melihat Mesias dari Tuhan, Simeon dan Annapun memeluk sang bayi Mesias. Bahkan, seluruh Kitab Suci adalah tentang kesetiaan Allah kepada orang-orang yang dikasihi-Nya. Namun, kita harus mencatat bahwa cara-cara Allah untuk mewujudkan janji-Nya bukanlah dengan cara-cara yang kita bayangkan. Simeon dan Anna sudah lanjut usianya ketika Sang Bayi Kudus diberikan pada dekapan mereka. Abraham sudah berambut putih dan Sara mandul ketika Tuhan memberikan Ishak. Israel adalah bangsa kecil dan lemah ketika Allah membebaskannya dari bangsa Mesir yang kuat. Akhirnya, Allah membebaskan seluruh ciptaan dari belenggu dosa dan kematian melalui Yesus yang mati di kayu salib.
Salah satu alasan mengapa saya bertahan dalam panggilan ini adalah karena Allah setia pada janji-Nya. Ketika saya mengingat kembali perjalanan hidup saya, saya hanya kagum pada kesetiaan dan penyelenggaraan ilahi. Awalnya, saya tidak punya rencana yang solid untuk menjadi seorang imam, sampai tiba-tiba teman dekat saya mengajak untuk mengambil ujian masuk di sebuah seminari menengah. Empat tahun berselang setelah saya masuk, rencana awal saya setelah lulus adalah kembali ke keuskupan saya sendiri dan menjadi imam projo, tapi sekali lagi rencana saya berubah ketika tiba-tiba, Rm. Adrian Adiredjo OP, datang dan melakukan promosi panggilan tentang Ordo Dominikan. Dan saat ini, saya bertekad untuk fokus pada formasi intelektual dan theologi saya di Manila, tapi sekali lagi rencana saya berubah, ketika dalam keadaan paling aneh, saya terpilih menjadi koordinator kelompok kerasulan kaum pemuda. Hidup saya begitu mendebarkan dan penuh kejutan. Hal ini juga menantang dan sungguh sulit karena semua rencana saya pada akhirnya hancur berantakan. Namun, satu hal yang saya yakini, bahwa setiap kali saya mengatakan ya pada panggilan-Nya, Allah akan selalu setia kepada janji-Nya: Dia akan berserta saya melalui suka duka hidup.
Karena itu, ketika orang-orang bertanya kepada saya mengapa saya masih bertahan dalam panggilan saya, jawabannya sederhana: ini bukan karena saya setia, tetapi karena Allah setia kepada saya. Jika pasangan suami-istri bisa setia kepada pasangan mereka dalam suka dan duka, sehat dan sakit, kaya dan miskin, ini bukan karena mereka baik, tetapi karena Allah itu baik pada mereka. Mungkin ini sebabnya Uskup Fulton Sheen pernah mengatakan bahwa pernikahanlah tidak sulit, tapi hanya secara manusiawi mustahil!
Ini sebenarnya penyebab yang sama mengapa kadang-kadang kita gagal, bukan karena Allah tidak setia, tetapi karena kita tidak mempercayakan diri kita pada penyelenggaraan-Nya yang penuh kasih dan kita gagal untuk mengingat bagaimana Allah telah memenuhi firman-Nya di masa lalu. Ingatlah firman Allah dalam Yesaya 49:15, Dapatkah seorang perempuan melupakan bayinya, sehingga ia tidak menyayangi anak dari kandungannya? Sekalipun dia melupakannya, Aku tidak akan melupakan engkau.
Saya menyadari bahwa masa depan saya tidaklah lagi dalam gemgaman, tapi satu hal yang saya percaya, bahwa Tuhan selalu bersama saya. Seperti St. Paulus menyakinkan kita semua, “Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus (Flp 1:6).
Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

No comments:

Post a Comment