Saturday, March 15, 2014

Kekuatan Sebuah Sentuhan



Minggu Pra-Paskah kedua
16 Maret 2014
Matius 17:1-9

Yesus datang kepada mereka dan menyentuh mereka sambil berkata: "Berdirilah, jangan takut!"(Mat 17:7)

 Kita, manusia, memiliki panca indera, dan percaya atau tidak yang paling mendasar di antara lima indra ini adalah indra peraba/kemampuan untuk merasakan, untuk disentuh dan menyentuh. Bahkan, semua indera lainnya juga bergantung pada indra yang satu ini. Mata harus bersentuhan dengan spektrum cahaya untuk melihat. Gendang telinga kita menerima getaran suara. Indra pengecap kita diaktifkan ketika lidah kita mengalami kontak dengan zat-zat kimia yang berasal hal-hal yang kita kunyah. Dan tidak seperti indra lain yang menempati hanya sebagian kecil dari tubuh kita (mata, lidah, telinga dan hidung), indra peraba hampir mencakup seluruh tubuh kita. Namun, sayangnya, karena indra ini yang paling mendasar dan umum, kita cenderung untuk mengabaikannya.
Sekarang, menyadari bahwa kita didominasi oleh indra peraba, setiap kontak fisik yang kita alami adalah sangat sederhana namun juga sangat berpengaruh. Menjadi makhluk peraba, setiap gerakan jasmani dapat membangun atau menghancurkan seseorang. Suatu hari, saya mengunjungi sebuah panti asuhan di tengah Quezon City. Saya bertemu anak-anak kecil dari usia 4 sampai 6, banyak dari mereka yang ditinggalkan orang tua mereka. Saat berinteraksi dengan mereka, satu hal yang mereka ingin selalu lakukan adalah memeluk saya dan meminta saya untuk mengendon mereka. Ada kedekatan emosional yang anak-anak ini ingin dari saya, semua ini karena mereka tidak memiliki hal yang paling penting pada usia mereka: kedekatan dan sebuah cinta kasih di dalam keluarga yang terekspresi melalui sentuhan, pelukan dan kecupan.
Ketika saya masih novis, saya ditugaskan di rumah sakit khusus untuk penderita kusta di Tala, Metro Manila. Di sana, saya membantu dalam perawatan luka-luka beberapa pasien, dan lebih penting lagi, saya ada di sana untuk mendengarkan cerita mereka. Orang-orang ini sebenarnya memiliki kasus luar biasa karena meskipun kusta dapat disembuhkan, ada sesuatu dalam sistem tubuh mereka yang menolak proses pengobatan, dan mereka harus tinggal di rumah sakit itu untuk waktu yang lama. Beberapa bahkan tidak tahu lagi harus kemana. Apa mengerikan tentang Kusta adalah bahwa penyakit ini perlahan-lahan memakan indra peraba kita! Pelan-pelan penyakit ini menghancurkan saraf-saraf perasa mereka dan, secara bertahap, anggota badan mereka hancur akibat luka-luka yang mereka tidak rasakan! Rasa dari sentuhan sangatlah penting dan kekurangan atau kelebihan dari sebuah sentuhan bisa membunuh kita secara emosional dan bahkan literal.
Yesus sangat menyadari kekuatan dari sebuah sentuhan. Dalam Injil hari ini, Yesus mengungkapkan keintiman kepada ketiga murid pada waktu yang tepat dan cara yang benar. Dia tidak hanya berubah diri  dalam rupa yang kuat dan menakutkan, dan dipuja bahkan oleh Musa dan Elia, tetapi Dia juga menyentuh tiga teman-Nya yang gemetar dan meyakinkan mereka bahwa semua akan baik-baik saja. Bahkan, membaca keempat Injil, kita mungkin akan kagum pada Yesus yang menyentuh orang-orang dan mengubah hidup mereka. Dia merangkul banyak orang, termasuk orang-orang berdosa dan orang-orang dengan penyakit menular, Dia menikmati persahabatan dengan murid-Nya, dan akhirnya, ia menyerahkan tubuh dan darah-Nya sendiri sebagai korban suci untuk keselamatan kita. “Ambillah, makanlah: Inilah Tubuh-Ku!
Yesus tahu bahwa setiap orang merindukan keintiman yang tulus dan persahabatan yang berarti, dan Yesus memahami bahwa keinginan dasar ini dapat dipenuhi oleh sebuah sentuhan atau gerakan tubuh yang penuh kasih. Satu hal yang saya perhatikan ketika saya memasuki Ordo Dominikan adalah bahwa saudara-saudara yang lebih senior yang akan merangkul para yunior setiap kali, para yunior ini melewati tahap-tahap penting dalam kehidupan membiara mereka, seperti penjubahan, mengucap kaup dan pentahbisan. Kita menyebutnya “abraso. Ini adalah tanda indah untuk penerimaan, tetapi lebih dari merupakan simbol yang lebih kuat yang memberitahu mereka, “Jangan khawatir, kamu sekarang aman karena kita bersamamu!”
Sebagai pengikut Kristus , kita harus berani untuk menyentuh dan disentuh, dan membiarkan gerakan tubuh kita yang sederhana ini menjadi pertanda kasih sejati. Seperti Yesus menyentuh hidup kita, kitapun dimampukan untuk menyentuh hidup orang lain.
Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

No comments:

Post a Comment