Friday, October 3, 2014

Anugerah bagi Sang Bumi



Minggu Biasa ke-27
5 Oktober 2014
Matius 21:33-43

Kerajaan Allah akan diambil dari padamu dan akan diberikan kepada suatu bangsa yang akan menghasilkan buah Kerajaan itu (Mat 21:43).

Bumi adalah salah satu anugerah terbesar bagi umat manusia. Namun, ketika keserakahan menguasai manusia, bumi ini menjadi sumber konflik yang mengerikan. Dalam Injil hari ini, kita melihat sebuah konflik antara seorang pemilik kebun anggur dan para penggarap. Sungguh, pertikaian yang terjadi antara pemilik tanah dan para pekerja merupakan siklus kekerasan yang bahkan terjadi sampai sekarang. Sebagai contoh, di Filipina dan beberapa negara lain, ribuan petani miskin telah berjuang selama bertahun-tahun untuk mendapatkan keadilan dan hak-hak mereka dari tuan-tuan tanah. Mereka dan keluarga mereka praktis kelaparan di tanah yang sangat subur, tanah yang mereka olah setiap harinya. Perseteruan ada kalanya menjadi begitu tajam dan bahkan berdarah. Satu pihak mengancam, memaksa dan bahkan dengan kekerasan mencoba menghancurkan pihak lainnya. Segala cara dibenarkan asalkan kepemilikan tanah terjamin.
Konflik atas bumi tidak terbatas antara pemilik dan kelas pekerja, tetapi juga melibatkan entitas dari pemerintah, dunia usaha, dan juga suku-suku lokal. Di Indonesia, khususnya di Pulau Kalimantan, yang sering disebut sebagai hutan hujan terbesar di dunia, sekarang telah mengalami kerusakan yang tak terbayangkan karena penebangan pohon yang tanpa batas dan konversi tanah menjadi perkebunan raksasa. Tak dapat disangkal kehancuran ini memberikan kontribusi terhadap pemanasan global dan efek samping lainnya. Di belahan dunia lainnya, baik perusahaan-perusahaan besar dan penambang-penambang kecil mengeruk mineral berharga dari bumi dan seringkali, penggunakan bahan kimia berbahaya dan mesin berat. Pertambangan seperti ini sangat merusak bumi. Kemudian, masalah kepemilikan tanah terus meruncing antara masyarakat adat yang kehilangan tanah mereka dan beberapa perusahaan besar yang mencaplok tanah mereka untuk meraup untung yang sebesar-besarnya. Ada kalanya, pertikaian memperebutkan bumi berkembang menjadi perang dan pertumpahan darah yang akhirnya mengarah ke kehancuran lebih dasyat bagi sang bumi.
Memang benar bahwa bumi ini adalah anugerah dari Tuhan untuk kita, tapi mentalitas ini tidak cukup dan bahkan mungkin mengarahkan kita pada penyalahgunaan. Karena ini adalah milik kita, kitapun bisa melakukan apapun terhadap bumi ini! Kita merampas tanahnya, menyedot sumber dayanya, dan meracuni hidupnya. Tanpa disadari, kita adalah penyebab utama dari kehancuran bumi ini!
Bumi adalah anugerah, namun kita tidak boleh lupa bahwa kita juga anugerah bagi bumi ini. Jika tidak, kita hanya akan menjadi sebuah kutukan! Kitab Kejadian menceritakan bagaimana Allah menciptakan bumi yang indah terlebih dahulu sebelum Adam dan Hawa sehingga mereka mungkin memiliki lingkungan yang sesuai untuk kehidupan manusia. Bahkan, kita dibentuk dari debu tanah bumi ini, dan ini mengapa kita menyebut bumi sebagai ibu. Ketika kita menghormati dan mencintai ibu kita, tentu kita tidak menyakitinya. Kita mencoba untuk membuat dia bangga dengan tumbuh menjadi orang-orang terbaik yang kita bisa. Itulah hadiah untuk ibu kita. Hal yang sama berlaku dengan ibu bumi.
Dalam Injil, Yesus menjelaskan bahwa kebun anggur akan diambil dari penyewa yang tidak layak dan diberikan kepada orang-orang yang berhak. Saya percaya bahwa perkataan Yesus ditujukan bagi kita semua. Jika kita tidak menjadi pekerja yang setia dan bertanggung jawab, bumi dapat diambil dari kita dan kita semua akan menderita konsekuensinya yang serius. Pertanyaannya kemudian: sudahkah kita berusaha untuk menjadi anugerah untuk sang Ibu Bumi?

Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

No comments:

Post a Comment