Saturday, December 6, 2014

Injil: Sebuah Rahasia Kebahagian



Minggu Adven kedua
7 Desember 2014
Markus 1: 1-8

“Inilah permulaan Injil tentang Yesus Kristus…(Mrk 1:1)”.
 
Apakah Anda tahu rahasia dari kebahagiaan? Salah satu rahasia kebahagiaan adalah kemampuan kita untuk mendengarkan serta membagikan kabar baik. Sepertinya, hal ini sangat biasa karena setiap hari kita mendengarkan berita dan menceritakan kembali kepada orang lain. Namun, jika kita mencoba untuk memperhatikan berita atau kabar yang kita terima di berbagai media seperti koran, TV dan internet, hampir semua tidak bisa dianggap sebagai kabar baik. Virus Ebola mematikan ratusan manusia di Afrika Barat dan menyebar kepanikan global; negara Islam di Suriah memenggal kepala semakin banyak orang, sementara terus merekrut pengikut fanatik dari seluruh dunia; di Indonesia, tingkat ketimpangan ekonomi dan kesejahteraan sangat mencolok dan masih banyak orang hidup dalam kemiskinan.
Kitapun dapat melihat dalam kehidupan kita sendiri untuk melihat bagaimana kabar-kabar yang kurang baik ini. Kita butuh uang tetapi kenyataannya kita tidak punya. Kita ingin sehat, tetapi kenyataannya kita sering sakit. Kita ingin lulus, tapi kenyataannya kita gagal untuk mendapatkan nilai bagus di sekolah. Banyak hal tidak bekerja seperti yang kita harapkan. Dengan demikian, kita dikondisikan untuk mendengar kabar buruk daripada yang baik. Ini menciptakan masalah besar: kebahagiaan kemudian tetap menjadi rahasia.
Injil kita hari ini merupakan karangan St. Markus dan apa yang unik baginya adalah bahwa hanya Markus yang menyebut Injilnya sebagai ‘Injil’ atau Kabar Baik. “Permulaan dari Injil Yesus Kristus (Mrk 1:1)”. Tiga pengarang Injil lainnya menamakan 'Injil' mereka dengan nama lain: Matius melihat ‘Injilnya’ sebagai ‘buku' (Mat 1:1), Lukas namakan karyanya sebagai ‘narasi' (Luk 1:1) dan Yohanes menyebut tulisannya sebagai kesaksian’ (Yoh 1:13). Dari perbedaan ini, kita dapat mendeteksi niat dari Markus. Terinspirasi oleh Roh Kudus, Markus mengungkapkan kepada kita rahasia kebahagiaan, yakni untuk menemukan sebuah kabar baik di tengah-tengah berita buruk yang menutupi mata kita dan bahkan untuk membagikan kabar baik ini.
Kita sekarang memasuki Minggu Adven kedua. Ini adalah masa persiapan bagi kita menyambut kedatangan Kristus, dan Markus mengajarkan kita bagaimana untuk menyambut-Nya. Kita harus memperhatikan cerita-cerita dan kabar-kabar kecil, sederhana tetapi mengembirakan dalam kehidupan kita dan kehidupan orang lain karena ini adalah injil-injil di dalam hidup kita. Kita sekarang sadar bahwa dunia modern membentuk kita untuk menempelkan mata kita pada makna negatif dalam peristiwa-peristiwa hidup, dan masa Adven adalah saatnya bagi kita untuk membuat perubahan radikal ini.
Namun, St. Markus tidak hanya mendorong kita menjadi optimistis dengan hidup kita, bahwa pekerjaan dan rencana kita, meskipun sulit, semua akan berjalan dengan baik pada akhirnya. Tidak hanya itu! St. Markus mengajarkan kita menjadi setia dan penuh harapan, dan ada perbedaan yang besar antara menjadi positif dengan menjadi seorang yang penuh harapan. Kabar Baik atau Injil selalu berpusat pada Kristus, bukan pada kita. Dengan demikian, kita ditantang untuk menemukan Kristus dalam cerita kita, bukan untuk mencari diri kita sendiri.
Kabar baik adalah ketika seorang biarawati memegang teguh panggilannya meskipun kehidupan membiara sangat dan menantang. Kabar baik adalah ketika seorang siswa menolak untuk menyontek bahkan saat dia sedang kesulitan dalam studinya. Dan kabar baik adalah ketika kita memilih untuk berlutut dan berdoa di masa-masa sulit hidup kita. Seperti Bunda Teresa dari Calcutta mengatakan, “Tuhan tidak memanggil kita untuk menjadi sukses, tapi untuk setia.” Ini adalah rahasia kebahagian.

Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

No comments:

Post a Comment