Saturday, December 20, 2014

Pertanyaan Tersulit



Minggu Keempat Adven
21 Desember 2014
Lukas 1: 26-38

Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. (Lukas 1:30).”

Apakah seseorang pernah memberikan sebuah pertanyaan yang membutuhkan jawaban dari lubuk hati kita terdalam? Apakah teman dekat kita pernah menyodorkan kata-kata yang mengubah hidup kita? Apakah orang yang paling penting dalam hidup kita penah mengatakan sebuah kebenaran yang menyakitkan tetapi juga membuka mata kita? Ini adalah momen kebenaran, sebuah persimpangan jalan kehidupan bagi kita karena jawaban yang kita sodorkan akan mengubah kita selamanya.
Saya ingat 12 tahun yang lalu, sahabat saya mengajak saya untuk menemani dia mengambil ujian masuk ke seminari menengah. Walaupun menjadi imam adalah cita-cita masa kecil, saya tidak punya rencana saat itu untuk masuk seminari, tetapi saya tetap mengatakan yakarena dia adalah teman terdekat saya. Tentunya kata ‘ya yang saya ucapkan bukanlah hasil pemikiran panjang, tapi inilah kata ‘yayang mengubah hidup saya secara radikal. Tentu saja, pertanyaan yang paling sulit untuk dijawab bukan dari ajakan teman saya ini, melainkan dari ibu saya setelah beliau tahu bahwa saya telah lulus ujian dan diterima, "Bayu, apakah kamu benar-benar ingin masuk seminari?" Ini menjadi titik balik hidup saya.
Injil hari ini menceritakan salah satu kisah terindah dalam Alkitab. Kita mendengar bahwa Malaikat Gabriel memberikan Kabar Suka Cita kepada Maria bahwa dia akan mengandung, dan anak ini akan menjadi Sang Penebus dunia. Sungguh, kisah ini menjadi titik nadir setiap manusia. Hal ini karena Gabriel berani bertanya kepada Maria sebuah pertanyaan yang sangat sulit, dan hampir mustahil. Pertanyaan ini tidak hanya sulit dijawab, tetapi juga membuat bingung, gelisah dan takut Maria. "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Syukurlah, Maria menerima kabar ini, dan seluruh dunia bergembira. Oleh karena jawaban ‘Ya’ Maria ini, duniapun berubah menjadi baru.
Sekarang, mari kita mengarahkan mata kita ke protagonis kedua dalam drama hari ini, malaikat Gabriel. Tentunya, sebagai malaikat yang setia dan penuh kuasa, ia tidak memiliki keraguan pada kekuatan Allah, namun masalahnya adalah bagaimana meyakinkan Maria untuk menerima kehendak Allah. Kita ingat bahwa Gabriel juga menjalankan misi yang hampir sama untuk Zachariah dan dia bisa dibilang ‘gagal untuk menyakinkan Zachariah. Dia kemudian harus menghukum Zachariah dengan kebisuan sehingga ia bisa belajar dari kesalahannya. Syukurlah, Gabriel tidak perlu membisukan Maria seperti halnya Zachariah.
Melihat dari sudut pandang ini, misi malaikat Gabriel ini banyak menyebabkan sakit kepala baginya. Dia bisa saja meminta Tuhan untuk menjalankan rencana-Nya tanpa dia, atau mengirim malaikat lain seperti Mikael. Namun, ia tahu betul bahwa seseorang harus menghadapkan Maria dengan pertanyaan yang sulit ini. Diapun mengambil resiko.
Karena keberanian Gabriel, Mariapun harus berhadapan dengan pertanyaan yang tentunya membawa kebingungan, mungkin ketakutan dan bahkan menyakitinya. Ini adalah pertanyaan yang membuat setiap manusia bergetar, menarik kita keluar dari comfort zone, dan menghancurkan manusia lama dalam diri kita. Pertanyaan ini menyakitkan dan meresahkan, namun tanpa pertanyaan ini, kita mungkin akan kehilangan kesempatan untuk melihat kehendak Allah dalam hidup kita. Kita mungkin menjadi manusia hangat-hangat kuku dan bahkan pecundang. Ini adalah pertanyaan yang membuka kepenuhan hidup kita. Gabriel tahu ia akan memberi rasa sakit bagi Maria, namun karena kasihnya bagi Allah dan Maria lebih besar dari rasa takut ini, dia pun mengambil keputusan yang tepat. Di surge, Maria tentunya berterima kasih kepada Gabriel yang telah berani menghadapinya dan kitapun harus berterima kasih kepada orang-orang yang berani menyodorkan pertanyaan-pertanyaan sulit ini dalam hidup kita.
Masa Adven menjadi waktu yang tepat bagi kita untuk berefleksi dan mengingat kembali pertanyaan-pertanyaan sulit dalam hidup kita dan juga jawaban yang kita berikan. Ketika saatnya tiba kitapun dipanggil untuk juga menghadapi orang yang kita cintai dan mengajukan pertanyaan yang membuka mata mereka, walaupun hal ini terkadang menyakitkan mereka. Mark Twain, seorang  penulis dari Amerika, pernah berkata, Dua hari yang paling penting dalam hidup Anda adalah hari yang Anda dilahirkan dan hari Anda mengerti mengapa Anda dilahirkan.” Kita harus berterima kasih orang-orang yang berani untuk membantu kita menemukan ini mengapa’ kita di sini sekarang, dan pada gilirannya, kita juga harus membantu sahabat-sabahat kita untuk menemukan ‘mengapa’ dalam hidup mereka.

Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

No comments:

Post a Comment