Saturday, March 7, 2015

Bait Allah



Minggu ke-3 Prapaskah
8 Maret 2015
Yohanes 2:13-25

“Cinta untuk rumah-Mu menghanguskan Aku (Yoh 2:17).”

Bait Allah di Yerusalem adalah tempat paling suci bagi bangsa Israel. Di sana, Allah memilih untuk tinggal (Mazmur 78:68). Di sana, orang-orang Yahudi dari segala penjuru mata angin berkumpul untuk menyembah Tuhan. Bait Allah adalah simbol pemersatu dan identitas Yahudi, kebanggaan mereka dan kejayaan mereka yang berharga. Yesus sendiri menyebut Bait Allah sebagai rumah Bapa-Nya (lih Mat 2:49).
Namun, tempat suci ini telah dinajiskan. Sayangnya, penodaan ini dilakukan oleh otoritas agama Yahudi itu sendiri. Bait Allah telah dimanipulasi untuk sekedar mencari keuntungan finansial dan memajukan agenda politik pribadi segelintir orang. Dengan membiarkan Bait Allah berubah menjadi kawasan komersial, mereka pasti mendapat banyak keuntungan. Dengan mengeluarkan peraturan yang menharuskan orang-orang Yahudi sederhana untuk membeli hewan kurban dan untuk membeli mata uang khusus dari pedagang-pedagang ‘berizin’, mereka menindas rekan-rekan senegara mereka sendiri. Dengan menyuap para pejabat Romawi, mereka dengan licik mempertahankan posisi dan kekuasaan mereka. Sungguh, melihat hal ini, Yesus pun geram karena rumah Bapa-Nya telah menjadi pasar dan sarang penyamun.
Injil hari ini kemudian menceritakan bagaimana Yesus, yang terbakar oleh api cinta bagi Bait Allah, mengusir para pedagang dan berhadapan dengan para pemimpin agama. Para pemimpin Yahudi pun mempertanyakan otoritas-Nya, dan Yesus mengatakan kepada mereka untuk menghancurkan Bait Allah dan Dia akan membangunnya kembali dalam tiga hari. Namun, Yohanes penginjil lebih lanjut menjelaskan bahwa Bait Allah sebenarnya adalah tubuh Yesus sendiri. Kita tahu sekarang bahwa tempat tersuci di Israel tidak lagi Bait Allah, tapi tubuh Yesus sendiri. Inilah sebabnya mengapa kita, orang-orang Kristiani, tidak lagi pergi ke Yerusalem, tapi kita datang ke gereja-gereja di mana Tubuh dan Darah Kristus yang menjadi nyata dan hadir dalam Ekaristi Kudus.
Karena kita dibaptis dan menjadi anggota Tubuh Kristus, kita juga berpartisipasi dalam Bait Allah suci ini. Bahkan, St. Paulus mengingatkan kita bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus (lih. 1 Kor 6:19). Kita dijadikan kudus karena Roh Kudus memilih untuk berdiam di dalam kita. Namun, pertanyaan sesungguhnya adalah: apakah kita memperlakukan Bait kita sendiri sebagai rumah Roh Kudus? Injil hari ini sebenarnya mengajarkan tentang tindakan simbolis Kristus di dalam diri kita karena seringkali, kita mengisi Bait kita tidak dengan Roh Kudus tetapi dengan sesuatu yang lain.
Seperti Bait Allah di Yerusalem, Bait kita juga merupakan pusat kehidupan kita dan apa yang ada di dalamnya, praktis mengatur sikap kita terhadap diri kita sendiri dan orang lain. Apakah kita membiarkan uang untuk menempatinya, sehingga prioritas kita adalah untuk mengumpulkan kekayaan sebanyak mungkin dan kadang-kadang mengorbankan hubungan kita dengan Tuhan, keluarga dan teman-teman? Apakah kita menempatkan popularitas dan kesuksesan di Bait kita, dan dengan demikian kita bekerja keras untuk mendaki tangga karier, sampai pada titik yang menghancurkan diri kita sendiri? Apakah kita memasukkan kemarahan dan kedengkian dalam Bait kita, sehingga kita hanya melihat orang lain sebagai musuh untuk dihancurkan dan hidup sebagai permasalah besar?
Permasalahan nomor satu orang Yahudi dalam Perjanjian Lama adalah penyembahan berhala. Tuhan menuntut kesetiaan kepada-Nya, namun bangsa Yahudi kerap berbelok pada dewa-dewa kecil yang mereka ciptakan sendiri. Paus Fransiskus dalam suratnya Lumen Fidei menulis, “Idols exist, we begin to see, as a pretext for setting ourselves at the center of reality and worshiping the work of our own hands (LF 13).” Oleh karena itu, mengapa Yesus menjadi geram di Bait Allah bukan hanya karena komersialisasi tempat suci, tapi terutama karena telah terjadi penyembahan berhala. Mereka telah mengubah Allah yang hidup dengan dewa-dewa kecil buatan mereka sendiri dan menempatkannya di dalam Bait yang kudus.
Musim Prapaskah ini adalah waktu yang tepat bagi kita semua untuk memeriksa apa yang ada di dalam Bait kita. Kita mungkin akan terkejut bahwa apa yang ada bukanlah Tuhan sama sekali. Kemudian, kita perlu melakukan sesuatu, sebelum Yesus datang dan marah pada kita, sambil berseru, “Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun. (Mat 21:13).”

Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

No comments:

Post a Comment