Friday, March 20, 2015

Tuhan yang Mengerti



Minggu Pra-Paskah ke-5
22 Maret 2015
Yohanes 12:20-33

“Sekarang jiwa-Ku cemas… (Yoh 12:27)”

Ada kalanya kita merasa bahwa kita sedang memanggul beban yang sangat berat. Hati kita terasa letih dan tubuh sangat lelah. Permasalahan datang dalam hidup kita dan kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan. Ada saatnya anggota keluarga kita sakit cukup parah, dan segala energi kita terkuras dalam menolongnya. Mungkin, kita terjerat dalam masalah keuangan yang pelik karena beberapa orang yang ingin mencuri apa yang kita miliki. Ada saat dimana kerja keras atau pelayanan kita tidak dihargai dan dianggap tidak berarti bahkan oleh teman-teman kita sendiri. Kita merasa lelah, dikhianati, dan sakit hati. Jiwa kitapun yang terluka, dan tak kuat menahan luapan emosi, kitapun menangis.
Kita kemudian berlutut dan bertanya kepada Tuhan, Mengapa hidup ini begitu sulit? Mengapa Tuhan mengizinkan hal-hal buruk ini terjadi? Kita tahu bahwa kita telah menjadi pengikut Kristus yang baik dan juga anggota Gereja yang aktif, namun Tuhan tidak melepaskan kita dari ujian ini. Saya juga tidak memiliki jawaban yang memuaskan untuk pertanyaan-pertanyaan ini. Namun, sebagai pribadi-pribadi beriman, kita tidak boleh kehilangan harapan. Mengapa? Karena iman kita menyadarkan kita bahwa kita tidak pernah sendirian.
Injil hari ini memberikan kebenaran indah tentang Tuhan kita. Yesus sendiri mengakui bahwa jiwa-Nya dalam kecemasan. Dalam menghadapi bahaya kematian, Ia memperlihatkan diri-Nya sebagai benar-benar pribadi manusia; seorang pria yang menghadapi kesulitan, sedih dan bingung. Ia mengalami apa yang kita alami. Dia menderita apa yang kita derita. Terbawa oleh kesedihan-Nya, Dia juga menangis. Dan Dia adalah Allah kita.
Iman kita mungkin tidak memberi kita penjelasan yang memuaskan tentang penderitaan yang kita alami, atau membawa solusi pasti untuk permasalahan yang kita hadapi sekarang. Namun, satu hal yang pasti: iman kita mengatakan bahwa Tuhan ada bersama-sama kita dalam saat-saat paling gelap kehidupan. Dia berbagi rasa sakit, Dia memikul beban kita dan Dia menanggung kesedihan kita. Dan Dia adalah Allah Kita.
Salah satu peristiwa yang paling mengharukan saat Paus Fransiskus berkunjung ke Filipina adalah Misa kudus di Tacloban City. Daerah ini praktis luluh lantah oleh Topan Yolanda pada tahun 2013. Bapa Suci memutuskan untuk melanjutkan Ekaristi kudus meskipun angin kencang dan hujan cukup deras. Dalam jas hujan kuning, Paus Fransiskus mengatakan kepada umatnya yang telah kehilangan banyak hal termasuk orang yang mereka cintai, “Ketika saya melihat dari Roma bencana itu, saya harus berada di sini. Dan pada hari-hari itu juga, saya memutuskan untuk datang ke sini. Saya di sini bersama kalian - sedikit terlambat, tapi saya di sini. Saya datang untuk memberitahu kalian bahwa Yesus adalah Tuhan. Bapak Paus datang tidak untuk memecahkan masalah di sana, tapi kehadirannya memungkinkan masyarakat kota Tacloban merasa bahwa mereka benar-benar memiliki Allah yang setia dan mengasih.
Mungkin, mengapa masalah kita sangat berat adalah karena kita hanya fokus pada diri kita sendiri. Kita tidak mau melihat Tuhan yang sesungguhnya begitu dekat, yang menyentuh kita melalui orang-orang baik di sekitar kita. Seorang frater yang bekerja membantu orang miskin, pernah mengatakan kepada saya bahwa dia merasa putus asa bahwa ia tidak bisa berbuat banyak bagi orang-orang miskin ini. Hal terbaik yang dapat dia lakukan adalah mendengarkan cerita mereka. Saya mengingatkannya bahwa mendengarkan adalah sebuah tindakan kasih dan Allah telah menyentuh mereka melaluinya.
Seorang penyair sufi dari abad keempat belas, bernam Hafiz pernah menulis, “Even after all this time, the Sun never says, ‘You owe me.’ Look what happens with a love like that. It lights the whole sky.”  Kadang-kadang, kita hanya perlu melihat keluar dan mencari sinar matahari dan untuk melihat orang-orang baik di sekitar kita. Mereka mungkin tidak memecahkan masalah kita, tapi pasti, karena mereka hidup kita menjadi lebih terang.

Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

No comments:

Post a Comment