Saturday, May 9, 2015

Kasih yang Berbuah Kasih



Minggu Paskah Keenam
10 Mei 2015
Yohanes 15: 9-17

Inilah perintah-Ku, yaitu supaya kamu saling mengasihi, seperti Aku telah mengasihi kamu. (Jh 15:12)”

Sehari sebelum laga melawan Floyd Mayweather Jr, Manny "Pacman" Pacquiao, petinju legandaris Filipina, mengatakan kepada dunia, “Allah itu ada. Dia adalah Allah yang dapat mengangkat seseorang dari nol menjadi besar. Dia adalah Yesus. Semua pujian dan kemuliaan adalah milik-Nya!” Sungguh, Pacquiao mengatakan sebuah kebenaran. Namun, sayangnya, dia kalah dalam laga tersebut. Dan hal ini mengingatkan kita pada kebenaran yang lebih mendasar bahwa Allah memang membawa kita dari nol menjadi besar, tetapi Dia juga membawa kita turun dari kemegahan menjadi bukan apa-apa, dan sungguh, baik dalam ketiadaan maupun dalam keberhasilan, segala kemuliaan dan pujian adalah milik-Nya. Seperti halnya Maria berkidung, Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; (Luk 1: 51-52).”
Ada saat-saat dalam kehidupan kita, kita merasa berprestasi, berhasil, dan juara. Kita memenangkan penghargaan, kita mendapatkan ketenaran, kita terus naik ke dalam tangga karier. Tapi, kita tidak boleh lupa bahwa sekali waktu kita juga pernah berada dalam ketiadaan. Sebelum kita dilahirkan, kita benar-benar tidak ada, dan bahkan setelah kita dilahirkan, kita membawa bersama kita kehampaan ini. Beberapa dari kita berjuang melawan kemiskinan dan kesulitan finansial, beberapa dari kita berhadapan dengan masalah di keluarga, dan banyak dari kita menghadapi permasalahan dalam relasi kita dengan sesama. Melihat  semua ini, kita menyadari bahwa kita bukanlah apa-apa.
Namun beberapa orang datang ke dalam hidup kita untuk menkasihi kita, membuat perubahan dan menciptakan perbedaan. Mereka adalah orang tua kita yang memutuskan untuk melahirkan kita dan melakukan banyak pengorbanan untuk membawa kita ke tempat yang lebih baik. Mereka adalah keluarga dan kerabat yang berbagi waktu dan hasil kerja keras mereka sehingga kita mungkin dapat mencapai puncak  kehidupan ini. Mereka adalah teman-teman kita yang memperlihatkan kita bahwa persahabatan sejati  bukanlah sesuatu yang mustahil. Mereka adalah orang-orang yang namanya kita bahkan tidak ingat, tetapi mereka telah memberikan kontribusi berharga bagi siapa kita sekarang ini.
Saat kita berjalan dengan piala, piagam dan monumen kita, janganlah kita lupa bahwa kita juga pernah berada di titik rendah kehidupan. Saatnya akan tiba dimana semua medali, kehormatan dan kebanggaan kita akan memudar. Dan dalam menghadapi ini, kita akan jatuh berlutut dan sekali lagi mengakui ketidakberdayaan kita. Namun, hanya ketika kita berlutut dalam doa, kita menjadi rendah hati. Dan, dalam kerendahan hati, kita diingatkan apa yang benar-benar penting dalam hidup kita bahwa ada orang-orang yang sungguh mengasihi kita walaupun kita bukanlah apa-apa, dan bahwa melalui mereka Tuhan sungguh mengasihi kita.
Ini adalah kasih dalam bentuk yang paling sederhana: untuk menkasihi seperti Yesus telah mengasihi kita. Kita dikasihi dan kasih ini membentuk kita menjadi besar dan ketika giliran kita datang, kita dipanggil juga untuk membagikan kemegahan kita dalam kasih. Kita dipanggil untuk mengasihi orang lain sehingga merekapun dapat diberdayakan untuk mengasihi. Ini adalah kasih Yesus: kasih yang melahirkan kasih.
Semua pujian dan kemuliaan adalah milik Tuhan!

Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

No comments:

Post a Comment