Saturday, June 13, 2015

Belajar dari Sebuah Benih yang Kecil



Hari Minggu Biasa ke-11
14 Juni 2015
Markus 4:26-34

“Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah (Mrk 4:26).”

Bahkan sebuah benih yang kecil dapat memberikan kita sebuah pelajaran penting dalam hidup. Di saat kita memasuki kembali Masa Biasa liturgi Gereja, Yesus mengingatkan kita bahwa bahkan sebuah tanaman yang sangat biasa menyembunyikan kebijaksanaan besar dari Kerajaan Allah. Sungguh, dalam banyak perumpamaan-Nya, Yesus mengungkapkan kebijaksanaan dan keindahan alam ciptaan dan kegiatan manusia yang tampaknya biasa saja. Kita ingat bahwa Tuhan menciptakan kita dan dunia berdasarkan kebijaksanaan-Nya. Dengan demikian, pada setiap ciptaan, bahkan yang paling kecil pun, melekat tanda kebijaksanaan-Nya. Ini adalah tujuan dari Masa Biasa liturgi Gereja: untuk menemukan keindahan dan makna dari kesahajaan dan kesederhanaan kita.
Sayangnya, kita sering lupa akan hal ini. Di bawah pengaruh berat mentalitas post-modern, kita hanya menginginkan yang luar biasa dan untuk menjadi seseorang yang luar biasa. Banyak berita dipenuhi dengan laporan sensasional dari para pemimpin negara atau gosip-gosip panas dari para selebriti. Cerita seorang guru sederhana  sangat jarang menjadi bahan berita, kecuali ia memenangkan penghargaan nasional sebagai pendidik yang sukses. Buku yang paling laris dan seminar paling banyak dihadiri tidak lain adalah tentang bagaimana mencapai kesuksesan, kekayaan dan prestasi. Orang tidak akan berpikir dua kali untuk menonton film yang menampilkan superstar dari Hollywood, tapi pasti akan ragu jika kita harus menghadiri ceramah agama di paroki. Bahkan, tidak sedikit pengkhotbah Katolik, baik kaum tertahbis dan awam, juga mempromosikan budaya sukses ini. Kebahagiaan adalah extraordinariness.
Namun, jika kita mencoba untuk jujur, siapa di antara kita telah berhasil menjadi bintang film atau menjadi CEO perusahaan raksasa? Mungkin tidak ada. Hanya sebagian kecil masyarakat yang dapat mencapai puncak dunia ini, tetapi mayoritas umat manusia pada dasarnya hidup dalam kesederhanaan. Walaupun faktanya demikian, kita tidak bergeming dan terus ingin untuk menjadi seorang bintang. Seorang psikolog dan pemenang Nobel, Daniel Kahneman, menunjukkan dalam penelitiannya bahwa kita cenderung tidak proporsional dalam memberikan perhatian kita pada peristiwa yang tidak signifikan namun spektakuler dalam hidup kita. Sebagai contoh, setelah sebuah insiden kecelakaan pesawat, kita takut untuk bepergian dengan pesawat. Namun, statistik jelas menunjukkan bahwa lebih banyak orang meninggal karena kecelakaan di jalan, tapi kita mengabaikan hal ini dan terus berkendaraan di jalan. Kahneman pada dasarnya telah memberikan kita wawasan psikologis tentang mengapa kita ingin memberikan perhatian yang tidak semestinya untuk yang luar biasa dan mengabaikan begitu saja hal-hal biasa di dalam hidup kita. Tentunya, menjadi sukses dan bekerja keras untuk mencapai impian adalah baik, tetapi jika kita kemudian menjadi tidak bahagia dan bahkan lupa akan yang paling penting dalam hidup ini, kita perlu berhenti sejenak dan mendengarkan Yesus.
Melalui perumpamaan-Nya, Yesus mencoba membangunkan kita. Bahkan dalam kesahajaan hidup, keindahan, kebijaksanaan dan kebahagiaan dapat kita temui. Jika pertumbuhan yang tidak kentara dari sebuah benih kecil dapat mewakili Kerajaan Allah, hidup kita yang sederhana dan tanpa tanda jasa juga dapat melambangkan kekuatan Allah yang dasyat. Kerja keras kita sehari-hari dapat membuahkan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak kita. Kemauan kita untuk membawa anak-anak kita ke sekolah setiap hari dapat menyelamatkan mereka dari banyak masalah saat mereka menjadi dewasa. Seorang imam yang setia merayakan misa harian dan mempersiapkan kotbahnya, mungkin telah menyelamatkan banyak jiwa-jiwa. Dan ketika kita berhenti sejenak, dan merefleksikan hal-hal biasa dalam hidup, kita sekarang menyadari bahwa memang mereka menyimpan keindahan karena Tuhan ada di sana. Dan, selalu mempunyai alasan untuk bahagia.

Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

No comments:

Post a Comment