Wednesday, August 5, 2015

Dominikus: Pemerintahan, Spiritualitas, dan Kebebasan




(Komentar Master of The Order of Preachers tentang Tema tahun 2015 dalam rangka persiapan 800 tahun Ordo Pengkhotbah)

Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.”(Yohanes 8: 31-32); Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. (Gal 5: 1)

Kebenaran akan membebaskanmu! Mengemakan janji Yesus ini, gambaran yang tersirat pada pikiran saya adalah sekelompok orang yang berjalan dengan Yesus, mewartakan kerajaan Allah dari kota ke kota. Masing-masing dengan cara yang unik telah dibebaskan. Dibebaskan dari beban kesalahan mereka, kebuntuan muncul dari kebohongan mereka, sejarah masa lalu yang kelam, dari perbedaan yang memecah belah... terdorong oleh hasrat sang Guru dan Tuhan untuk pergi, bahkan ke kota-kota yang lain, mereka menemani-Nya, penuh percaya diri karena bersama dengan Dia, dalam Nafas yang membuat mereka hari demi hari lebih bebas untuk menjadi diri mereka sendiri, bebas untuk menerima persahabatan yang ditawarkan oleh Allah dan Putra-Nya, bebas untuk juga untuk diutus. Bebas untuk menjadi murid Kristus dan pada gilirannya untuk mengundang sesama untuk bergabung dengan mereka. Ini adalah Nafas dari Pewartaan Yesus yang membuat mereka bebas, meskipun mereka mungkin tidak benar-benar mengerti apa yang mereka telah libatkan dalam dengan menanggapi panggilan untuk mengikuti-Nya, ataupun dengan mengikuti-Nya atas inisiatif pribadi mereka sendiri, mereka mencoba mengapresiasi belas kasihan yang adalah anugerah-Nya bagi mereka. Dengan tetap setia di sisi-Nya dalam pewartaan Kerajaan Allah, mereka menemukan bahwa mereka menjadi lebih bebas daripada yang pernah mereka harapkan. Bebas karena Sabda dari sang Sahabat dan Tuhan. Jika kamu tetap ada di dalam Sabda-Ku, kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran akan membebaskanmu. Dibebaskan oleh Sabda kebenaran!

Saya percaya bahwa pada kebebasan para pengkhotbah inilah, tema tahun ini dalam rangka perayaan Yubelium Ordo mengacu. Dominikus: pemerintahan, spiritualitas dan kebebasan. Dalam pemikiran kami, ada beberapa teks penting yang telah ditulis bagi kita semua selama beberapa dekade terakhir tentang topik-topik ini (pemerintahan di dalam Ordo, ketaatan, kebebasan dan tanggung jawab ...), dan yang kami akan dengan senang membacanya kembali. Kesan saya pribadi sepertinya tema tahun ini mengajak kita, dalam perspektif yang terbuka oleh teks-teks ini, untuk memusatkan perhatian kita pada apa yang mungkin adalah jantung dari spiritualitas Ordo: untuk menerima keberanian dari kebebasan sang pengkhotbah dalam belajar untuk menjadi murid-murid-Nya. Dan seperti inilah cakrawala pemerintahan Ordo Pengkhotbah.

Kita selalu menekankan peran penting dan unik pada ketaatan di dalam pengucapan kaul yang membentuk kita menjadi seorang pengkhotbah: “Saya berjanji ketaatan, kepada Allah ... Para sejarawan mengingatkan kita bahwa Dominikus meminta saudara-saudara pertamanya untuk berjanji padanya sebuah ketaatan dan kehidupan bersama. Ada dua cara untuk menjadi seorang murid: mendengarkan Sabda dan mengikuti teladan-Nya di dalam hidup dengan sesama, mengikuti dia sebagai komunitas pertama para sahabat yang pergi dengan Yesus dari kota ke kota untuk belajar dari Dia bagaimana menjadi seorang pengkhotbah. Mendengarkan dan hidup bersama adalah yang membuat mengikuti Sang Sabda menjadi sumber kebulatan suara kita.

Dikuduskan untuk berkhotbah: Diutus untuk memberitakan Injil

Tahun ini didedikasikan bagi tahun hidup bakti, dan tampaknya kita diajak untuk menyerap lagi dan secara terus-menerus sumber dari kehidupan kita: dikhususkan untuk misi evangelisazi Sabda Allah, dikuduskan bagi pewartakaan Sabda, tetap tinggal dalam Sabda-Ku. Jika kamu tetap tinggal dalam Sabda-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku. Pemerintahan bagi Dominikus bertujuan untuk mendukung hasrat ini – baik dari individu dan komunitas - menjadi benar-benar murid-Nya’. Ini berarti menjadi penjaga tetap tinggal di dalam Sabda. Dan juga, ini adalah kriteria misi yang tegas dan lugas. Sungguh, apakah Sabda’ yang dimaksud ini? Kita belajar apa artinya Sabda ini bermula dari percakapan Sang Putra dengan Bapa-Nya dalam napas Roh Kudus: mereka yang telah Kamu berikan ...’, ‘bahwa dimanapun saya berada, mereka mungkin juga bersamaku... “ Sebuah Keintiman di mana misi sudah menjadi daging: seperti halnya Engkau mengirim Aku, Aku juga akan mengirim mereka .... Untuk tinggal di dalam Sabda tidak berarti ‘imobilitas kontemplatif yang egois'. Juga tidak berarti ketaatan moral’ yang akan membangun (atau mencari) suatu ‘kondisi kesempurnaan akhir. Untuk tinggal di dalam Sabda, bagi Dominikus, lebih berarti untuk masuk ke dalam pergerakan Sabda yang datang untuk umat manusia dan membuat tempat tinggal-Nya di antara kita, dan untuk membuat kita bebas oleh kuasa Roh-Nya. Hal ini adalah membuat kita menjadi bagian dari Nafas misi sang Putra. Hal ini bagi kita adalah untuk menjadi murid, dan komunitas murid, proporsional dengan kedekatan persahabatan dan persaudaraan kita dengan sang Putra. Dalam kata-kata Thomas Aquinas ketika ia berbicara tentang 'verbum spirans amorem', seseorang dapat berpikir bahwa untuk tetap tinggal di dalam Sabda adalah untuk tetap tinggal di dalam Sabda ini yang ‘mentransmisikan’ kasih, yaitu membangun persahabatan, persaudaraan dan persekutuan, dalam diri kita dan di antara kita. Roh, Sabda, kebenaran dan kebebasan.

Salah satu keputusan pertama Dominikus, dan dianggap di dalam sejarah Ordo sebagai salah satu yang paling penting, adalah untuk menyebar dan mengutus saudara-saudaranya dari Saint-Romain, sehingga gandum tidak akan menumpuk. Dengan cara ini, ia menunjukkan bahwa pemerintahan Ordo terutama tertuju pada pewartaan. Dengan demikian, pemerintahan melibatkan kehidupan spiritual yang dinamis, yang berusaha untuk mempromosikan dan untuk melayani kebebasan kita masing-masing dan yang juga bersumber pada Sabda Tuhan. Seperti Yesus sendiri melakukan hal ini terhadap para murid, Dominikus mengutus saudara-saudaranya berdua-dua ke berbagai penjuru untuk berkhotbah. Pada kenyataannya dia mengutus mereka baik untuk belajar maupun untuk berkhotbah, dan adalah berkat tekad untuk mengutus para saudaranya, Ordo bisa berkembang, berdiri, menciptakan, dan menyambut panggilan baru. Perutusan dan penyebaran ini menjadikan pengembaraan sebagai metode untuk ‘menjadi murid’, mengundang pengkhotbah untuk memungkinkan kehidupan mereka untuk ditandai dengan perjumpaan-perjumpaan yang mereka akan hadapai saat pergi keluar ke dunia sebagai ‘seorang saudara’. Hal ini juga akan menuntun mereka untuk pergi ke belajar di universitas-universitas pertama di Eropa dan sehingga dapat mengakarkan pencarian kebenaran Sabda dalam percakapan dengan pengetahuan dan perkembangan ilmu pada zaman mereka, mengakarkan rasa hormat mereka bagi kapasitas manusia untuk memiliki pengetahuan dalam studi tentang misteri pewahyuan Allah Pencipta dan Juruselamat. Untuk tinggal dalam Sabda-Nya berarti untuk berdiri lebih dekat dengan percakapan Allah dengan manusia, yang dibuat kasat mata bagi semua oleh Yesus, sang Tuan pertama dan satu-satunya dari pewartaan Kerajaan.

‘Tuhan menampakan kelembutan dan kemanusiaan Putra-Nya di dalam sahabat-Nya, Dominikus, semoga Dia mengubah rupa Anda dalam rupa...’. Doa berkat dalam perayaan St. Dominikus ini menggemakan pilihan Paus St. Yohanes Paulus II, untuk menempatkan refleksinya pada ‘Vita consacrata’ dalam terang misteri Transfigurasi (VC 14). Dalam perspektif ini, dan karena memiliki tugas untuk memanggil, memimpin dan membantu dalam perjalanan 'menjadi murid' sehingga menjadi pengkhotbah, pemerintahan Dominikan terus berupaya untuk mempromosikan kondisi 'perekonomian transfigurasi' ini. Pewartaan Kerajaan adalah cara yang Ordo tawarkan bagi para saudara dan saudari, bagi mereka untuk menjadi serupa dengan Kristus oleh Roh. Merenungkan ikon Transfigurasi mengungkapkan dimensi penting dari petualangan ini. Di jantung perjalanan pewartaan-Nya, Yesus memilih tiga murid-Nya untuk menjadi saksi transfigurasi nya: kontemplasi misteri sang Putra adalah jantung dari misi seorang pengkhotbah. Dari ini, pengkhotbah menerima misinya: realitas sang Putra Allah bersama dengan ekonomi pewahyuan misteri keselamatan. Mari kita ingat episode Transfigurasi: ‘mari kita membuat tiga tenda, satu untuk Engkau, satu untuk Musa, satu untuk Elia ... Dan Yesus tidak butuh waktu lama untuk menjawab: tenda memang akan dibangun, tetapi tenda ini akan berada di Golgota di Yerusalem. Juga akan ada dua sahabat, tetapi mereka adalah perampok yang diusir dengan Dia dari masyarakat dan dihukum mati. Cahaya bersinar dari gunung transfigurasi adalah petir yang akan merobek langit, seolah-olah untuk mengkonfirmasi terlebih dahulu pemenuhan akan turun-Nya ke tempat tinggal orang-orang mati dari mana sang Putra akan dibangkitkan, hidup, mengalahkan selama-lamanya kegelapan kematian, dan membawa dengan Dia di hadapan Bapa, mereka yang dari titik ini akan hidup dengan Dia selamanya. Di Gunung Transfigurasi, para murid akhirnya menerima misi yang akan menjadi sukacita mereka: pergi dengan Yesus, sejauh Yerusalem, di mana Sabda kebenaran akan terungkap dalam kepenuhan. Disana dimana kehidupan Kristus yang curahkan bagi semua adalah sumber kebebasan kita.

Berada di bawah tanda Transfigurasi, adalah untuk mengambil jalan dimana keinginan kita untuk menjadi murid dapat tumbuh, untuk tinggal di dalam Sabda-Nya, membiarkannya mengajarkan kita ketaatan dan kasih sang Putra yang terungkap di Golgota dan pada Minggu Paskah pagi, menerima dari Nafas-Nya misi seperti pada hari Pentakosta.

Tinggallah di dalam Sabda-Ku

Dalam surat apostolik kepada para biarawan-biarawati, Paus Fransiskus mengajak kita untuk 'membangunkan dunia, dengan mengetahui cara mengembangkan logika berkat evangelikal, persaudaraan, keberagaman, dan kasih di tempat-tempat lain.’ Tempat-tempat ini ‘harus semakin menjadi ragi bagi masyarakat yang terinspirasi oleh Injil, kota di puncak bukit yang menyatakan kebenaran dan kuasa kata-kata Yesus.’ Tempat-tempat ini adalah komunitas kita, di mana kita bisa berjanji untuk belajar dan untuk menjadi 'ahli dalam persekutuan' yang Paus bicarakan dalam surat apostolik tersebut.

Signifikan dan penting adalah bahwa, dalam Ordo, fungsi pimpinan terletak tepat di persimpangan antara dua cakrawala dari janji kita: ketaatan dan kehidupan bersama. Dominikus ingin ketaatan apostolik’ untuk membentuk pengkhotbah untuk menjadi saudara bagi mereka dimana ia dikirim di dalam pengembaraan yang miskin, dan membiarkan diri mereka diubah dan dibentuk menjadi  bagian dari persaudaraan dengan menjalani hidup berkomunitas. Persaudaraan apostolik ini yang kepadanya, kita membuat sumpah ketaatan adalah jalan yang diusulkan oleh Dominikus untuk sepenuhnya menerima kebebasan kita. Ketaatan dan kehidupan bersama: dua cara untuk mengarahkan perhatian terhadap persekutuan eskatologis yang telah dijanjikan bagi dunia yang telah dibuat 'mampu', seperti yang kita katakan bahwa dunia diciptakan ‘dengan kemampuan untuk menuju Allah’. Dua cara untuk terlibat, 'usque ad mortem', kebebasan kita dalam segala kepenuhannya. Sekali lagi, ini adalah bagi pimpinan untuk memanggil kita untuk mengambil rute yang ditempatkan di bawah otoritas Sabda, menjadi hamba percakapan ini antara Allah dan manusia, bahwa Sabda datang untuk menggenapi manusia dengan hidup di antara manusia. Ketaatan dan kehidupan bersama, sehingga pewartaan yang berakar baik dalam komunitas murid yang mendengar Sabda hidup, dan komunitas yang berharap pada persekutuan eskatologis ini yang diwartakan oleh sang nabi dan diterakan oleh sang Putra dengan hidup-Nya sendiri.

Apa yang bisa menjadi 'pohon pewartaan', buah janji kehidupan evangelis dan apostolik, berakar dalam tiga cara yang tradisi Ordo tawarkan kepada kita untuk 'tinggal di dalam Sabda-Nya': persekutuan persaudaraan, perayaan Sabda dan doa , studi. Ini adalah tugas yang spesifik pemerintahan Ordo - dan ini mungkin tanggung jawab utamanya - untuk mempromosikan di antara para saudara, dan di antara saudari dan juga kaum awam; ketiga landasan ini yang menjamin dan mempromosikan kebebasan apostolik.

Persekutuan persaudaraan adalah tempat di mana saudara-saudara dapat menguji kemampuan kata-kata manusia untuk melayani pencarian kebenaran yang akan membebaskan mereka. Melalui kehidupan komunitas, kita bisa tiba di dalam kebebasan kita dengan berkontribusi terhadap persekutuan. Untuk alasan ini, 'kehidupan religius kapitular' kita sangat penting di dalam spiritualitas kita: setiap anggota komunitas memiliki suaranya sendiri, terlibat dalam pencarian bersama untuk kebaikan semua yang disesuaikan dengan misi menjadi hamba sang Sabda, ia berpartisipasi penuh dalam pemerintahan Ordo. Ini demokrasi, bukan karena bertumpu pada kekuatan mayoritas, tapi pada  pencarian demokrasi untuk kebulatan suara. Pelaksanaan kehidupan berkomunitas memiliki banyak tuntutan, kita tahu ini, karena hal ini memanggil kita masing-masing untuk tidak pernah menghindari dalam berpartisipasi dalam dialog pencarian ini. Hal ini juga sulit, karena untul mencapai kebenaran yang sepenuhnya, ekspresi dari posisi yang berbeda dan argumentasi pun dibutuhkan di sini, bahkan juga untuk mencari perbedaan pendapat diantara para saudara secara objektif, tetapi semua ini di dalam keyakinan bahwa tidak akan ada saudara yang akan direndahkan menjadi sekedar pendapat atau posisi, karena ia akan selalu pertama dan utama diterima dan dicintai sebagai saudara. Hal ini sangat sulit, lebih jauh lagi, karena memerlukan semua anggota komunitas, setelah pencarian yang penuh kesabaran, ke titik yang paling dekat untuk kebulatan suara, untuk mengambil bagian dengan tekad kuat dalam mewujudkan keputusan yang dibuat oleh semua. Hal ini sangat berharga karena setiap saudara kemudian tetap disambut, diakui dan didukung oleh semua dalam momentum kemurahan hati dan kreativitas apostolik. Mungkin karena kesulitan dalam pelaksanaannya, terlalu sering kita meninggalkan dimensi di dalam hidup berkomunitas ini, dimana kita tetap tinggal di dalam Sabda.

Doa adalah metode kedua untuk mengakarkan pohon pewartaan di dalam Sabda. Doa pribadi dan komunitas tidak dapat sekedar dianggap sebagai kegiatan yang harus dipenuhi agar konsisten dengan komitmen untuk hidup bakti kita. Ini adalah cara di mana kita membuat pilihan, secara individu dan komunitas, untuk menandakan waktu dan sejarah manusia kita melalui meditasi pada misteri sejarah Allah dengan dunia. Dengan demikian, hal ini adalah untuk ‘memiliki’ sejarah pewahyuan, dalam menanggapi Allah yang datang dalam Putra-Nya untuk 'memiliki' setiap dari kita. Doa adalah tentang memungkinkan Roh untuk berhembus kemanapun Ia inginkan. Dengan cara ini, doa datang dari mendengarkan Sabda dan mengarahkan kembali ke sana, menjadikan pusat gravitasi dari kehidupan pribadi kita dan kehidupan komunitas kita dalam perenungan misteri pewahyuan yang Alkitab telah sampaikan. Perayaan Sabda dalam liturgi, kontemplasi dalam meditasi misteri Rosario, doa dengan penuh kesabaran, membantu kita untuk menemukan konsekrasi kehidupan kita untuk memberitakan antara kontemplasi dan belajar, dua cara untuk mencari kebenaran Sabda-Nya yang kita ingin sampaikan kepada mereka yang kita layani. ‘Jika kamu tinggal di dalam Sabda-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku’. Untuk tinggal menjadi kesempatan bagi kita, seperti yang terjadi pada para sahabat pertama Yesus sang Pewarta, untuk menemukan diri kita bebas karena dibesarkan oleh panggilan-Nya, diperkuat dengan kasih dan belas kasihan-Nya, didorong dan diutus oleh kasih karunia-Nya untuk mewartakan Sabda-Nya kebenaran. Tinggal di dalam Sabda kemudian memimpin kita dan membawa kita ke dalam keheningan untuk mendengarkan dan menunggu mereka yang kita layani, yang mengandalkan doa kita, yang diberikan kepada kita oleh Allah sehingga, secara misterius, kita menerima bahwa Dia mengikat hidup mereka dengan kita dalam kasih karunia keselamatan yang sama. Di wilayah ini, pemerintahan Ordo adalah penjaga: memastikan bahwa kebebasan individu dan komunitas benar-benar berakar dalam perenungan misteri ini di mana sang Putra sendiri, dalam kemanusiaan, memberi keselamatan kepada dunia dengan menyesuaikan kebebasan-Nya itu dengan kehendak Bapa-Nya.

Doa menempatkan kita di sekolah Maria Bunda para pengkhotbah. Bersama Maria, pengkhotbah dapat menemukan dan terus-menerus kagum dengan kapasitas kehidupan manusia untuk dapat menjadi 'kehidupan bagi Allah'. Bersama Maria, menyanyikan Mazmur dari sang Pemazmur yang menuliskan renungan mereka di dalam sejarah pewahyuan, kata-kata manusia dari pengkhotbah berakar pada pemahaman percakapan bersahabat dimana Allah menawarkan manusia untuk diadopsi menjadi anak-anak-Nya. Bersama Maria, lagi-lagi, Ordo menetapkan di jantung pewartaannya sebuah tanda kenabian dari pertobatan kembali pada persekutuan persaudaraan, pewartaan yang penuh keyakinan akan realisasi penuh dari janji persekutuan di dalam Dia yang adalah kebenaran. Di sekolah Maria Bunda para pengkhotbah, spiritualitas ketaatan dalam kehidupan bersama menyatukan Ordo dengan misteri Gereja secara erat, oleh kasih terhadap Kristus, oleh semangat adopsi dalam Nafas hidup-Nya, oleh rahmat bagi dunia.

Studi adalah metode ketiga untuk mengakarkan pewartaan padatinggal di dalam Sabda-Nya.’ Ini adalah tempat pencaharian dan kontemplasi kebenaran, dan untuk alasan ini, studi sangat khusus dalam tradisi kita. Dalam kemapanan dalam mendengarkan Kitab Suci, dan dalam kesetiaan kepada doktrin dan ajaran Gereja, studi di dalam Ordo adalah cara yang lebih dipilih untuk menjaga percakapan kita dengan Allah, yang mengarah juga pada dialog persahabatan dan persaudaraan dengan banyak sistem pemikiran yang membentuk dunia ini dan yang mencari cara mereka sendiri mencapai kebenaran. Dengan studi, Ordo mengajak kita untuk tumbuh terus-menerus dalam kebebasan, tidak dengan meningkatkan tingkat pengetahuan yang diperoleh dengan cara duniawi, melainkan dengan mengajak kita untuk bergerak maju di jalan kerendahan hati dari kebenaran. Untuk melibatkan kemampuan intelektual manusia dalam petualangan penuh keberanian untuk mencoba dengan kata-kata dan konsep manusia yang terbatas, membuat misteri dimengerti, adalah pertama, untuk bersyukur kepada Tuhan Pencipta yang meninginkan akal manusia, sebagaimanapun terbatas, menjadi mampu akan Allah’, dan kedua, untuk memungkinkan untuk melebihi akal budi kita dengan harapan dari sebuah kesempurnaan bahwa tidak ada konsep yang benar-benar dapat dipahami. Munculnya sebuah harapan mengungkapkan sejauh mana sebenarnya dari kebebasan kita. Pemerintahan dalam Ordo memiliki tanggung jawab untuk menghentikan kita jika kita mulai meninggalkan bidang studi ini, dan untuk merangsang kreativitas kita untuk mencari terus cara yang paling kompatibel untuk mengajak sesama dalam petualangan akan evangelisasi akal budi ini.

Pemerintahan dan spiritualitas?

Perspektif ini diberikan kepada spiritualitas Ordo – untuk tinggal di dalam Sabda, untuk mengetahui kebenaran yang membebaskan - memungkinkan kita untuk mengidentifikasi prinsip-prinsip penting dalam pemerintahan Ordo. Kita telah melihat pemerintahan yang pada dasarnya diarahkan untuk misi pewartaan dan berusaha untuk mempromosikan gaya hidup yang khas untuk tradisi Dominikan yang menyediakan para saudara dengan kondisi untuk mengakarkan pewartaan mereka dalam Sabda.

Prinsip pertama adalah untuk mendorong secara konstan perayaan pada kapitel untuk membangun saudara-saudara di dalam tanggung jawab kerasulan bersama. Dalam surat apostoliknya yang terbaru, Paus Fransiskus mengungkapkan keinginannya bahwa orang-orang yang disucikan harus bertanya pada diri sendiri apa yang Tuhan dan sesama minta dari mereka. Dalam tradisi kita, kita menggarisbawahi pentingnya membaharui komitmen kita pada realitas kapitel kita. Tentu saja kapitel – entah itu tingkat biara, provinsi dan Ordo - memiliki tanggung jawab untuk membuat keputusan yang tepat tentang organisasi dan hukum-hukum dasar untuk hidup dan misi kita. Dan, seperti yang kita telah garisbawahi, kapitel adalah sebuah momen istimewa untuk menempatkan diri kita secara rendah hati di sekolah kebenaran yang dicari bersama-sama dalam persaudaraan. Refleksi yang berharga dari para pendahulu saya telah membantu kita memahami bagaimana demokrasi di Ordo bukanlah metode untuk pelaksanaan kekuasaan oleh mayoritas, melainkan mencari kemungkinan kebulatan suara terbesar. Jika dialog dan perdebatan antara saudara-saudara sangat penting dalam tradisi kita, sehingga setiap orang dapat berpartisipasi secara bebas dan percaya diri dalam artikulasi bersama tentang kebaikan dan kita masing-masing akan berkomitmen untuk berkontribusi untuk mencapainya. Percakapan dalam persaudaraan menjadi mungkin sejauh ada rasa hormat dalam persaudaraan, dan kita menunjukkan di antara kita sendiri keterbukaan dan kebebasan untuk mengekspresikan pikiran kita.

Salah satu topik penting dari perdebatan ini harusnya adalah perhatian terhadap tanda-tanda zaman kita, dan memahami kebutuhan dan panggilan yang terbentuk bagi karisma yang tepat bagi Ordo: untuk membawa pada jantung Gereja memori pewartaan evangelikal. Dalam surat yang akan saya tulis, saya akan membahas - dalam menanggapi permintaan Kapitel General di Trogir – tema tentang proyek komunitas yang elaborasinya tampak bagi saya, menjadi titik fokus dari pemerintah dalam Ordo. Hanya sebatas jika semua telah berpartisipasi dalam pengembangan proyek ini, kita benar-benar dapat menilai dan mengarahkan layanan kita pada Gereja dan dunia dengan pewartaan. Persekutuan persaudaraan dibangun mulai dari perhatian bersama untuk misi, yang tidak hanya penentuan apa yang kita ingin 'lakukan’, tetapi juga berbagi 'belaskasih kita bagi dunia'  dari mana kita ingin berbagi rahmat pembebasan oleh sang Sabda kebenaran.

Atas dasar tanggung jawab apostolik bersama ini, dan karena tugas pemerintahan di dalam Ordo adalah untuk memastikan keberakaran ini dalam kebenaran Sabda, prinsip kedua pemerintahan adalah untuk mengutus untuk mewartakan. Dominikus ingin menanggapi misi pengembaraan dan kemiskinan agar tugas pewartaan dari Ordo akan memperluas ekonomi Sabda, yang di dalamnya Yesus telah datang ke dunia sebagai sahabat dan sebagai saudara, memohon keramahan mereka yang Ia ingin undang untuk mengambil bagian dalam percakapan dengan Bapa-Nya. ‘Tugas-tugas yang diberikan oleh atasan harus selalu ditujukan pada cakrawala pengembaraan dan kemiskinan untuk misi. Dia berbicara, secara khusus, tentang pengembaraan apostolik, dan tentang 'non-installation' (mengatakan tidak terhadap penempatan yang permanen) sebagai cara untuk menjadi seorang murid. “Saya akan mengikuti ke manapun Engkau pergi ...” kata salah satu murid, dan Yesus menjawab, 'rubah memiliki lubang, dan burung memiliki sarang. Namun, Anak Manusia tidak memiliki tempat untuk meletakkan kepalanya ...” Dominikus ingin menanggapi secara serius pernyataan ini, dengan cara ini, ia memberikan saudara-saudaranya kesempatan untuk bertanya lagi pertanyaan dari murid-murid Yohanes Pembaptis, Tuhan, di mana Anda tinggal?’Datang dan kamu akan melihat ...

Inilah yang seharusnya membantu kita untuk memahami pelaksanaan pemerintahan di dalam Ordo. Untuk memahami, dan mendengarkan di dalam pusat kehidupan kita, pelayanan dan tanggung jawab yang tepat bagi kita masing-masing: kita mungkin berada pada posisi atau realitas yang paling mapan, mungkin mencapai keberhasilan atau ‘karir’ yang brilian, menjalankan fungsi yang paling penting, dan sebuah panggilan menggaung dan meminta kita untuk meninggalkan semua ini, sehingga kita bisa bergabung kembali dan lebih bebas memasuki dimensi lain dari misi bersama Ordo bagi Gereja. Pemindahan tugas ini – yang terkadang menyakitkan, tapi begitu sering juga membuat lebih produktif - memiliki karakteristik yang bermula pada kehidupan Dominikus: belas kasih, perbatasan antara hidup dan mati, antara manusia dan tidak manusiawi, tantangan keadilan dan perdamaian, perlunya dialog antar agama dan budaya - sebanyak realitas yang mengema dalambatas-batas eksistensial’ yang Paus Fransiskus bicarakan di dalam suratnya. Belas kasih tertuju bagi orang-orang berdosa, dan bukan keterikatan pada dosa-dosa kita sendiri yang membuat kita berpusat pada diri sendiri. Pelayanan bagi persekutuan Gereja dan perkembangannya, jauh lebih penting daripada sekedar mementingkan identitas pribadi yang membanggakan diri kita sendiri tetapi sebenarnya membatasi diri kita untuk misi. Untuk tetap tinggal dalam Sabda, adalah untuk berdiri di tengah hembusan Nafas misi sang Sabda, yang kita ingin menjadi murid-Nya. Jadi, pengembaraan pewartaan adalah cara kita mencapai kebebasan untuk menjadi bebas.’

Hal ini karena pelaksanaan pemerintahan di Ordo diarahkan pada perutusan ini, bahwa perhatian khusus harus diberikan kepada setiap individu, untuk karunianya, kreativitasnya, sehingga kebebasan masing-masing individu di dalam pelayanan terhadap kebaikan bersama dan misi akan dikerahkan yang terbaik. Di pusat perhatian ini, atas nama pencarian bersama untuk kebenaran Sabda, atasan harus memiliki hati yang berbelas kasih tetapi juga adil. Belas Kasih, sangat berharga dalam tradisi kita, harus memberikan bentuk pertama bagi orang-orang yang kita layani. Dengan cara inilah hubungan persaudaraan yang interpersonal, seperti hubungan dalam komunitas, harus selalu menjadi titik fokus yang memungkinkan kita untuk saling mengingatkan satu dengan yang lainnya, bahwa saudara kita tidak bisa direduksi menjadi sekedar sebuah kekurangan dan kegagalannya saja.  Persaudaraan benar-benar terbentuk ketika semua menemukan, terutama melalui panggilan yang terus memberikan untuk membiarkan diri kita pada kebebasan untuk bebas, martabat yang total yang berasal dari belas kasih Kristus. Tetapi juga, martabat ini harus selalu dikenal dalam kapasitasnya untuk memenuhi tanggung jawab. Di dalam perspektif Sabda kebenaran yang membebaskan, tidak ada kebebasan individu yang membenarkan kita menjadi sebuah pulau sendiri yang terpisah, atau menjadi pusat gravitasi dari kehidupan semua orang lain. Persaudaraan, yang diwujudkan oleh Kristus, mengajarkan kita bagaimana tepatnya untuk menerima kebebasan yang benar dalam keterbukaan bagi reciprositas di mana yang lain selalu menjadi lebih dari diriku sendiri. Inilah sebabnya mengapa pemerintahan memiliki tanggung jawab besar untuk menjaga keuntuhan antara kepedulian dalam belas kasih dan tugas melaksanaan keadilan. Referensi yang tepat dan obyektif kepada Konstitusi, untuk kebaikan bersama, untuk keputusan kapitel kita, memungkinkan kita untuk melindungi kepentingan bersama dari semua klaim yang sewenang-wenang dari kebebasan individu. Tugas ini kadang-kadang tampaknya kering dan terkesan angkuh, tetapi ini adalah harga yang harus dibayar untuk sebuah keseimbangan, yakni di satu sisi, kita mencoba menghindari referensi instan pada belaskasih yang tidaklah lebih dari sekedar tindakan pengecut, tidak bertanggung jawab, atau ketidakpedulian, dan di sisi lain, setiap orang akan dapat menerima belas kasih yang ia terima saat dia datang menjadi bagian dari Ordo: dipanggil untuk membiarkan dirimu untuk dibebaskan oleh Sabda kebenaran.

Dalam menyimpulkan komentar pada tema tahun Yubelium ini, saya ingin menyebutkan satu prinsip spiritual terakhir pemerintah di Ordo, yakni kesatuan dan persekutuan. Di sini sekali lagi, adalah dengan kriteria misi, kita dapat bergerak maju. Hal ini sejauh yang kita mengunakan dengan sabar cara musyawarah bersama yang mengarahkan pelayanan pewartaan agar individu, komunitas, provinsi dan semua entitas dari keluarga Dominikan, masuk ke dalam dinamika integrasi dalam satu kesatuan. Masing-masing dari kita tentu saja diundang, dipanggil, untuk membawa identitas pribadi, budaya, gerejawi kita bagi kebaikan bersama. Tetapi karena referensi bersama untuk antusiasme awal yang telah memanggil kita semua, hasrat kita adalah untuk merespon bersama untuk perutusan ini. Atau lebih menantang, kita meminta Roh Kudus yang membuat kita mewartakan persekutuan. Kita membuat permintaan ini bersama dengan doa yang tanpa henti, berharap bahwa Roh persekutuan akan membuka di dunia ini cakrawala keselamatan, membangun di dalam hati kita dengan harapan ciptaan baru. Di atas pintu utama Basilika Santa Sabina, yang disumbangkan kepada St. Dominikus oleh Paus Honorius III, ada sebuah mosaik yang mewakili Gereja orang Yahudi dan Gereja bangsa-bangsa lain dan ini mengingatkan kita sebuah cakrawala pertama dari pewartaan Ordo: Sabda kebenaran mewajibkan kita untuk melayani, melalui khotbah dan melalui kesaksian, persekutuan yang telah dijanjikan. Inilah sebabnya mengapa kita diutus. Dan di pintu basilika yang sama, seperti yang kita tahu, representasi penyaliban meingatkan kita bahwa pewartaan ini akan membawa kita untuk menjadi murid-Nya yang bebas memberikan hidupnya sehingga semua bisa berkumpul bersama-sama dalam kesatuan.
Kebenaran akan membebaskanmu!

Father Bruno Cadore, O.P.
Master of the Order

Diterjemahkan oleh Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP
Manila. July 2015

No comments:

Post a Comment