Saturday, September 19, 2015

Bersaing untuk Melayani



Minggu Biasa ke-25
20 September 2015
Markus 9:30-37

“Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya (Mar 9:35).”


Kita dilahirkan sebagai pesaing. Di pelajaran Biologi, kita mengetahui bahwa jutaan sel sperma berlomba untuk mencapai sel telur, dan hanya satu yang akhirnya berhasil. Kompetisi berlanjut di dalam keluarga, terutama saat kakak-adik berjuang untuk mendapatkan perhatian orang tua. Sistem sekolah kita melatih kita untuk bersaing dan menjadi nomor satu dalam berbagai aspek: matematika, olahraga, bahasa, musik, bahkan kehadiran di kelas. Ketika kita memasuki dunia profesional, kompetisi bergerak dalam intensitas yang tak terbayangkan. Semuanya dihalalkan untuk mencapai posisi tertinggi, keuntungan terbesar, dan menjadi pribadi yang paling berpengaruh.
Ketika murid-murid Yesus bertengkar mengenai siapa yang terhebat, kita dapat menduga bahwa argumentasi ini bukan pertama kalinya terjadi. Sama seperti kita, mereka juga kompetitif, dan mungkin ambisius. Mungkin, Petrus mengaku bahwa ia adalah pemimpin sejati karena ia baru saja menerima kunci Kerajaan Allah. Andreas mengaku bahwa ia adalah yang pertama di antara murid-murid yang dipanggil oleh Yesus. Yohanes pasti menekankan identitasnya sebagai favorit Yesus. Yudas bahkan bisa membanggakan dirinya sebagai seorang bendahara yang jeli. Persaingan bisa terus berlarut, dan bisa saja korosif dan mematikan, Yesus pun akhirnya campur tangan.
Yesus sungguh tahu karakter manusia. Kecenderungan kita untuk bersaing tidaklah buruk, dan pada kenyataannya, telah mendorong kita menjadi makhluk keunggulan dan memberi kita kemajuan yang tak terhitung dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Kita mengorbit bumi, kita mendarat di Bulan, dan kita berkomunikasi seolah-olah ada penghalang lagi di antara ruang dan waktu. Kita menghasilkan puisi-puisi indah dan membahas gagasan-gagasan luhur. Tentunya, Yesus tidak berniat untuk menghapus fitur dasar manusia yang baik ini. Namun, Dia mengakui bahwa afinitas kita untuk bersaing tetap memiliki masalah fundamental.
Dengan kebijaksaan-Nya, Dia meminta para murid untuk tidak benar-benar berhenti bersaing, tetapi untuk memurnikan niat mereka dan mengganti tujuan duniawi mereka dengan nilai-nilai Injil. Yesus berkata, “Jika seseorang ingin menjadi yang terdahulu, hendaklah ia menjadi yang terakhir dari semuanya dan pelayan dari semuanya.” Daripada berlomba-lomba untuk posisi pemimpin tertinggi, mengapa kita tidak berlomba-lomba untuk melayani sesama? Daripada menjatuhkan orang lain, mengapa kita tidak membantu sesama untuk tumbuh dan menjadi pribadi yang dewasa? Tujuan dari daya saing kita tidak lagi mementingkan diri sendiri, tetapi untuk menjangkau sesama dan memberdayakan mereka dan diri kita sendiri, baik untuk menciptakan masyarakat dan dunia yang lebih baik. Kata Yesus bergema dalam surat Santo Petrus, “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari kasih karunia Allah. (1 Pet 4:10). "
Banyak ilmuwan yang bekerja untuk kemajuan umat manusia, menyembuhkan penyakit mematikan, dan menemukan cara-cara yang lebih aman untuk hidup. Banyak pengusaha bekerja untuk memberdayakan karyawan mereka. Para Guru mengunakan jam tambahan untuk memungkinkan siswa mereka untuk belajar lebih baik, meskipun kenyataannya gajih mereka rendah. Orang tua berkorban banyak hal agar anak-anak mereka bisa memiliki pendidikan terbaik. Memang benar bahwa hanya satu dari jutaan sel sperma dapat masuk ke dalam sel telur, tetapi kita dapat dilihat bahwa mereka tidak benar-benar sedang berlomba, tetapi saling mendukung satu sama lain, bahkan mengorbankan diri mereka sendiri, sehingga mereka mencapai tujuan bersama mereka. Kita dilahirkan sebagai pesaing, tapi kita bersaing untuk pertumbuhan kita, pemberdayaan sesama dan kemuliaan Allah.

Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP


No comments:

Post a Comment