Saturday, October 24, 2015

Kisah Seorang Pengemis Buta



Minggu Biasa ke-30
25 Oktober 2015
Markus 10: 46-52

“Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?(Mrk 10:51)

Kisah Bartimeus adalah salah satu kisah yang paling indah di dalam Injil Markus. Kisah ini sungguh menawan karena mencerminkan perjalanan iman dari Bartimeaus dan juga perjalanan iman kita. Bartimeus adalah seorang pengemis buta dan meskipun ia bekerja keras setiap hari, ia tetap menjadi seorang pengemis. Kadang-kadang, kita seperti Bartimeus, kita juga pengemis buta. Mungkin bukan pengemis makanan atau uang, tapi kita mencari sesuatu yang lebih dalam dan bermakna dalam hidup kita, namun kita tidak tahu di mana kita bisa menemukannya.
Kita mencoba sebaik mungkin untuk memuaskan kerinduan ini. Beberapa dari kita bekerja keras dan mendapatkan banyak uang. Kemudian, kita bisa menghabiskan uang ini untuk pakaian yang mahal dan modis, untuk gadget canggih dan terbaru, untuk arloji, mainan, dan banyak hal. Tapi, tidak peduli seberapa keras kita bekerja, dan seberapa besar kita dapatkan, jauh di dalam hati, kita merasa ada yang kurang. Beberapa mungkin mencari hobi yang memberi kesenangan, ada yang sehat, tetapi beberapa juga tidak sehat dan mengarah pada kecanduan, seperti minum, judi dan seks. Namun, terlepas dari semua kesenangan yang kita dapatkan, kita menyadari bahwa semua ini tidak sempurna. Kemudian, kita menyadari bahwa kita tetaplah seorang pengemis buta.
Namun, ketika Bartimeus mendengar bahwa Yesus datang ke kota, ia tahu saat itu apa yang ia benar-benar inginkan dalam hidupnya. Lalu, dia melakukan semua upaya untuk mencapai Yesus, untuk menyentuh Dia dan untuk berkomunikasi dengan-Nya. Seperti Bartimeus, Yesus datang pada hidup kita di waktu dan cara yang tak terduga, tetapi kehadiran-Nya membawa kita kegembiraan dan jiwa kita tahu apa yang kita benar-benar cari. Sekarang, terserah kepada kita untuk mengambil kesempatan dan bergerak lebih dekat kepada Yesus. Beberapa belas tahun lalu, saya masuk seminari dengan tujuan terselubung. Ada tujuan lain yakni untuk mendapat pendidikan yang terbaik. Namun, saat saya mulai menghidupi formasi di seminari, saya perlahan-lahan menemukan bahwa Yesus datang mendekati saya. Saya menemukan sukacita sederhana namun mendalam dalam melayani orang lain tanpa mengharapkan balasan; ketenangan dalam doa dan Ekaristi; inspirasi yang bermakna saat membaca dan merenungkan Alkitab. Mungkin, keterlibatan awal kita di Gereja, dengan organisasi-organisasi amal atau pelayanan bukanlah rencana awal kita; ini berasal mungkin dari undangan dari seorang teman, tantangan dari rekan kerja atau tradisi orang tua kita. Tapi, saat kita menghidupi dan menjadi bagian dari pelayanan ini, tanpa terduga, kita menemukan Yesus.
Kemudian Yesus menyodorkan kepada Bartimeus pertanyaan yang paling penting dalam hidupnya, “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Bartimeus pun memberi respon yang tepat, “Rabuni, supaya aku dapat melihat!” Tentunya, ketika ia membuka matanya untuk pertama kali, orang pertama ia lihat adalah Yesus. Seperti Bartimeus, kita juga pengemis buta dengan begitu banyak hal dalam hidup, seperti masalah, kecanduan, kemarahan, dan kebencian. Jadi, ketika Yesus datang kepada kita dan menyodorkan pertanyaan ini, akankah kita memberikan jawaban yang tepat kita kepada-Nya? Apakah kita bersedia untuk memungkinkan Yesus untuk membuka mata kita untuk melihat-Nya? Pada akhir masa formasi di seminari menengah Mertoyudan, saya bertemu titik kritis dalam hidup saya: apakah untuk meminta Yesus untuk membuka mata dan melihat-Nya, atau tetap menjadi pengemis yang buta? Mungkin pertanyaan ini juga berlaku dengan kita semua yang mulai melayani Gereja dan juga berlaku bagi kita yang telah melakukan bertahun-tahun.
Apakah kita akan menjadi pengemis untuk seluruh hidup kita? Apakah kita mengakui kehadiran Yesus dalam hidup kita? Apakah kita bersedia untuk membuat semua upaya untuk mendekati-Nya? Ketika Yesus bertanya apa yang Anda apa, apakah kita siap untuk menjawab, "Saya ingin melihat Anda, Tuhan."?

Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

No comments:

Post a Comment