Saturday, April 4, 2015

Kubur yang Kosong



Minggu Paskah
5 April 2015
Yohanes 20: 1-9

“…sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya (Yoh 20:8).”


Minggu Paskah adalah hari Yesus bangkit dari kematian. Ini adalah puncak dari liturgi Gereja dan juga fondasi dan sumber iman kita. St. Paulus sendiri mengatakan, Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu (1 Kor 15:17).” Jadi, itu tidak mengherankan jika Uskup Theodoro Bacani, DD, dosen saya di University of Santo Tomas, Manila, memulai kuliah Kristologi-nya dengan tema kebangkitan. Sang Uskup membuktikan bahwa empat penginjil setuju bahwa kebangkitan adalah klimaks dari Injil mereka. Para penulis kudus ini mungkin memiliki rincian yang sedikit berbeda tentang Hari Paskah, tetapi mereka memiliki satu kesamaan yang mencolok: kubur yang kosong.
Mengapa harus kosong? Dimana Yesus? Kenapa Dia tidak menunggu di sana dan menampak diri-Nya kepada sang perempuan dan para murid? Paus Fransiskus pernah menberkata dalam kotbahnya bahwa Kristus yang telah bangkit tidak perlu untuk membuka pintu makam untuk keluar dari sana, tapi Dia mengulingkan batu penghalang agar kita bisa masuk ke dalamnya. Namun, ketika mereka berada di dalam, Maria Magdalena menangis, dan Petrus, pemimpin dari para rasul, tidak memahami dan akhirnya pulang. Hanya satu yang benar-benar bisa memahami: murid yang dikasihi Yesus. Sungguh, hanya kasih yang dapat memahami kasih. Yesus telah bangkit kembali dan kubur yang kosong adalah tanda yang indah akan kemenangan-Nya atas kegelapan dan kematian.
Jika kita kembali ke kisah kelahiran Yesus di Bethlehem, alasan mengapa Yesus lahir di kandang adalah bahwa tidak ada ruang yang tersedia untuk Yusuf dan Maria. Seringkali, kita begitu penuh akan diri kita sendiri dan kitapun tidak lagi bisa menerima Tuhan dalam hidup kita. Kita dipenuhi oleh ambisi , prestasi, dan kesombongan. Kita disibukkan oleh kesuksesan, karier, dan ketenaran. Kadang-kadang, kita juga ditaklukkan oleh kebencian, kemarahan dan iri hati bagi orang lain. Kita tidak bisa lagi melihat berkat yang paling indah yang mengetuk pintu hati kita dengan perlahan.
Kebangkitan telah menghancurkan orientasi degil dan egois terhadap diri kita sendiri. Makam yang kosong adalah sebuah simbol dari Yesus yang mengosongkan diri-Nya secara radikal, memberi diri-Nya seutuhnya bagi kita, dan mengasihi kita sampai akhir. Dengan kekosongan ini, Yesus sekarang dapat menyambut semua orang yang mencari-Nya karena ada ruang bagi semua orang. Tindakan kasih sejati pasti menghadirkan rasa sakit, bukan karena kasih memiliki kecenderungan masokis, tetapi karena menyerah hal yang paling berharga dan memberikan ruang bagi orang lain praktis adalah mengatakan tidak untuk mendapatkan kesenangan kita sendiri.
Namun, ketika kita bisa membuat ruang bagi orang lain dan terutama Yesus dalam hati kita, kita belajar untuk melihat bahwa hidup ini lebih indah bila dibagikan. Kita menemukan makna yang lebih dalam saat orang lain menemukan kasih dan kenyamanan dalam ruang hati kecil kita. Kita menerima sukacita saat orang yang kita kasihi belajar juga untuk mengasihi dan ini adalah sukacita dari Hari Paskah.

Selamat Paskah!
Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

No comments:

Post a Comment