Saturday, April 11, 2015

Perjumpaan dengan Tuhan yang bangkit



Kedua Minggu Paskah
April 12, 2015
Yohanes 20: 19-31

"Murid-murid bersukacita ketika mereka melihat Tuhan (Yoh 20:20)."

Mengapa Tuhan yang bangkit hanya menampakan diri kepada beberapa murid? Mengapa tidak kepada penguasa Romawi dan Yahudi? Mengapa tidak ke seluruh dunia? Penampakan secara publik mungkin akan menghapus semua keraguan pada kebangkitan-Nya, namun ini bukan rencana-Nya. Mengapa?
Kehadirannya di antara para murid itu tidak hanya untuk membuktikan kekuatan-Nya yang dasyat, tetapi untuk sesuatu yang jauh lebih bermakna. Kita harus ingat bahwa kelompok kecil yang berada di ruang atas terdiri dari teman-temen dekat Yesus yang berbagi kisah-kisah pribadi dengan-Nya. Mereka telah dipanggil dan dipilih. Mereka telah mendengarkan ajaran-Nya. Mereka telah menyaksikan mukjizat-Nya. Mereka yakin bahwa Yesus adalah Mesias yang ditunggu. Namun, Yesus ditangkap, menjadi bahan cemoohan dan akhirnya dibunuh secara brutal. Mereka mengkhianati-Nya, menyangkal Dia, dan lari dari-Nya. Harapan mereka hancur, kelompok mereka bubar, dan kisah mereka berakhir dengan tragedi yang menyakitkan. Merekapun kehilangan makna hidup mereka.
Dalam latar belakang yang sedih dan penuh trauma ini, Yesus hadir. Dia hadir di sana untuk memberikan kedamaian Roh Kudus yang menghilangkan semua rasa takut. Yesus menyembuhkan luka mereka dan mengajarkan mereka juga untuk menyembuhkan orang lain melalui kuasa pengampunan. Ia memperlihatkan tubuh-Nya yang mulia yang masih menyimpan luka penyaliban. Namun, luka tersebut tidak lagi dilihat sebagai tanda kekerasan dan kekalahan, namun tanda cinta kasih dan kemenangan. Dia menunjukkan mereka bagaimana untuk benar-benar mencintai secara radikal, bagaimana pengorbanan itu  berbuah kebahagiaan sejati. Ketika segala sesuatu tampak hilang dan tidak masuk akal, Yesus datang untuk memberi terang. Kisah mereka yang gelap dan tidak lengkap mulai masuk akal dan menjadi utuh di hadapan Jesus. Dia mengungkapkan bahwa Dia adalah makna dari seluruh drama penebusan ini, dan ketika murid-murid melihat ini, mereka menemukan kebahagian sejati.
Hidup kita seperti halnya para murid. Kadang-kadang, kita menghadapi kekosongan makna. Kita kehilangan anggota keluarga kita, teman kita yang sakit parah, atau kita tersedak dengan permasalahan keuangan. Kadang-kadang, kegiatan menggereja menjadi hambar, kehidupan pernikahan kita terguncang dengan bermasalah, dan karya-karya kita terasa tidak berbuah dan sia-sia. Ini bisa sangat menyedihkan dan kita tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Masalah sebenarnya adalah bahwa kita seperti Thomas: kita hanya fokus pada luka Kristus. Namun, seperti halnya Yesus yang mengundang Thomas, Ia juga meminta kita untuk melihat seluruh tubuh-Nya yang mulia. Luka tidak akan masuk akal tanpa totalitas Tuhan yang bangkit. Kita diminta untuk memperluas perhatian kita dari masalah kita kepada Kristus. Seringkali, kita terlalu asyik dengan masalah-masalah kita, dan mengenyampingkan kebangkitan-kebangkitan kecil yang terjadi di sekitar kita. Paskah pada dasarnya adalah tentang perjumpaan dengan Tuhan yang bangkit dan kita tahu hidup kita menemukan makna yang paling penuh di dalam Dia. Menggemakan pesan Kardinal Luis Antonio Tagle, uskup Manila, kita tidak hanya orang-orang Jumat Agung, tapi kita adalah orang-orang Minggu Paskah!

Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

No comments:

Post a Comment