Saturday, April 25, 2015

Yesus: Sang Pemilik Domba yang Baik



Minggu Paskah ke-4
26 April 2015
Yohanes 10: 11-18

“Akulah gembala yang baik dan Aku mengenal domba-domba-Ku dan domba-domba-Ku mengenal Aku (Yoh 10:14).”

Salah satu gelar yang paling indah yang Yesus pilih untuk menggambarkan diri-Nya adalah gembala. Tidak hanya sekedar gembala biasa, Dia adalah gembala yang baik. Namun, ada kebenaran yang kita sering abaikan, bahwa Yesus adalah juga pemilik seluruh penggembalaan. Oleh karena itu, lebih dari gembala biasa atau pekerja bayaran, sebagai pemilik, Dia memegang tanggung jawab terbesar bagi kehidupan setiap domba-Nya. Setiap domba-Nya sangat berharga karena mereka penting bagi-Nya. Kemudian, kita mungkin bertanya apa alasan Yesus menyebut diri-Nya sebagai gembala yang baik dan kita, sebagai domba-Nya?’
Injil hari ini tidak menyebutkan alasan tersebut, tetapi jika kita mencoba untuk kembali pada zamannya Yesus, kita dapat menemukan realitas yang lebih mendalam tentang gembala dan domba-dombanya. Saat Yesus berkunjung ke Yerusalem, Dia bisa melihat ada beberapa kelompok penggembala tidak jauh dari kota, mengurus domba dalam sejumlah besar. Mereka pada dasarnya orang-orang yang memasok kebutuhan anak domba untuk upacara kurban di Bait Allah Yerusalem. Permintaan untuk domba mencapai puncaknya terutama saat Perayaan Paskah Yahudi, ketika banyak keluarga Yahudi pergi ke Yerusalem, mempersembahkan kurban di Bait Allah dan juga membutuhkan domba panggang sebagai bagian penting dari ritual perjamuan Paskah. Penggembalaan domba memang menjadi salah satu bisnis yang menguntungkan di Israel abad pertama.
Sekarang, jika kita mengenal bahwa Yesus adalah Gembala dan  juga sang pemilik pengembalaan, kita dapat menemukan alasan mengapa Yesus memanggil kita sebagai domba-domba-Nya. Hal ini karena Ia mempersiapkan kita, domba-domba-Nya, untuk menjadi korban tak bercacat bagi Allah. Tentu saja, Yesus tidak memiliki motif komersial, namun tujuan tunggal-Nya adalah untuk membawa anak domba yang sehat sebagai persembahan yang layak di hadapan Tuhan. Oleh karena ini, tidak aneh jika Dia sungguh mempertaruhkan hidup-Nya demi domba-domba-Nya, menghadapi semua bahaya dan menjaga mereka siang dan malam. Dengan mempertaruhkan hidup-Nya, Dia akan memastikan bahwa kita, domba-domba-Nya, siap untuk menghadapi Allah di Bait-Nya. Sekarang, kita tahu bahwa mengapa hidup kita sangat berharga di mata-Nya.
Ketika kita menyebut Yesus sebagai Gembala yang baik dan percaya kita adalah domba-domba-Nya, ini berarti bahwa Dia memberikan diri-Nya bagi kita, supaya kita dimampukan untuk menyerahkan hidup kita bagi Allah dan bagi sesama. Kisah Gembala yang baik ini tidaklah hanya tentang Kristus, tetapi pada dasarnya ini adalah tentang kita, domba-domba-Nya sebagai korban bakaran yang baik. Dengan demikian, hidup kita harus sesuai dengan panggilan terdalam kita sebagai kurban bakaran yang sempurna. Untuk menjadi domba-domba Kristus berarti kita siap menyerahkan hidup kita bagi keluarga kita, menjadi pasangan yang setia sampai akhir, dan melakukan pengorbanan untuk membesarkan anak-anak kita. Untuk menjadi domba Yesus berarti kita sepenuhnya berkomitmen untuk melayani umat Allah, untuk bekerja bagi keadilan dan perdamaian di antara kita tanpa lelah. Ketika kita setia sampai akhir, kitapun terbakar seluruhnya oleh api cinta dan menjadi persembahan yang sempurna di mata Allah.
Tentunya, untuk menjadi persembahan yang total adalah sulit karena ini bertentangan dengan kecenderungan egois kita, kesukaan kita untuk mencari keuntungan pribadi, dan keengganan kita untuk menghadapi rasa sakit dan kesulitan. Dan sering kali, kitapun melarikan diri dari-Nya dan menjadi domba yang hilang. Namun, kita tidak boleh kehilangan harapan karena kita memiliki Kristus sebagai gembala kita. Ketika kita hilang, kita yakin bahwa Ia akan mencari kita, menaruh kita pada bahu-Nya dan membawa kita pulang. Kita terus berdoa bahwa Kristus terus merawat kita dan mempersiapkan kita untuk menjadi anak-anak domba yang paling menyenangkan bagi Allah kita.

Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

No comments:

Post a Comment