Saturday, April 18, 2015

Tubuh-Nya dan Tubuh Kita



Ketiga Minggu Paskah
April 19, 2015
Lukas 24: 35-48

“Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, lihatlah ... (Luk 24:39)”

Tubuh kita adalah bagian penting dan integral dari iman kita. Hal pertama yang Yesus lakukan ketika Ia hadir di tengah para murid-murid-Nya adalah membuktikan bahwa Dia memiliki tubuh yang hidup. Dia bukan roh tanpa tubuh yang mengambang, atau hantu. Ia membiarkan para murid untuk menyentuh tubuh-Nya yang hangat  dan menunjukkan kepada mereka bahwa Ia bisa makan seperti makhluk hidup lainnya lakukan. Dia ada di sana untuk membuktikan bahwa Ia telah bangkit, tetapi juga untuk menunjukkan sentralitas tubuh kita dalam rencana Allah.
Jika kita kembali ke kisah penciptaan dalam Kitab Kejadian, Allah sungguh sang pencipta dari semua hal, baik dalam dunia jasmaniah maupun alam rohaniah. Lebih penting lagi, Allah melihat kembali pada semua citpaan-Nya dan menyatakan bahwa mereka adalah baik adanya. Oleh karena itu, sangat tepat bagi Yesus untuk bangkit dari kematian dengan tubuh-Nya, karena tubuh-Nya menjadi penegasan akan karya kreatif Bapa-Nya saat penciptaan.
St. Dominikus de Guzman membela keutuhan ciptaan saat ia berani melawan ajaran sesat Albigentian di Perancis Selatan. Secara sederhana, doktrin utama Albigentian adalah bahwa ada dua jenis tuhan: tuhan yang baik sebagai penguasa dunia roh dan tuhan yang jahat sebagai bos dari dunia jasmani. Tubuh kita adalah jahat dan harus dimusnahkan. St. Dominikus mengecam ajaran sesat ini karena kita hanya memiliki satu Tuhan dan Dia menciptakan alam baik spiritual dan jasmani sesuai dengan Penyelenggaraan-Nya yang baik. Tubuh kita adalah baik adanya.
Namun, kita juga mengakui bahwa tubuh kita lemah, tunduk pada godaan, penderitaan dan kematian. Kita juga sering berbuat dosa melalui tubuh kita. Dengan mulut kita, kita bisa bergosip. Dengan tangan kita, kita terlibat dalam kekerasan dalam rumah tangga. Banyak dosa terhadap seksualitas kita, juga dilakukan melalui tubuh kita. Dalam ritus lama Sakramen Pengurapan Orang Sakit, imam akan mengurapi minyak suci pada semua panca indera: mata, hidung, telinga, mulut dan tangan, karena kita telah berdosa menggunakan semua indra tersebut.
Tapi, jauh lebih signifikan daripada sebuah tempat dosa, tubuh kita adalah sangat baik karena tubuh kita merupakan instrumen kasih karunia dan keselamatan kita. Kita berbuat baik juga melalui tubuh kita. Dalam sakramen pernikahan, inti dari sakramen ini adalah pemberian tubuh secara total terhadap satu sama lain, antara suami dan istri. Itulah sebabnya ketika sakramen ini adalah ratum’ dan consumatum’, tidak ada kekuatan manusia dapat memisahkan kesatuan antara suami dan istri ini. Suami dan istri bersama-sama mencapai keselamatan mereka melalui tubuh mereka, dalam tindakan persetubuhan yang kudus, dalam menyediakan kebutuhan pasangannya, dalam melahirkan anak-anak mereka, dan membawa satu sama lain lebih dekat kepada Tuhan. Untuk para imam dan religius, kita memang tidak mengemban tanggung jawab dalam hidup berkeluarga dan rumah tangga, tapi kita juga menyerahkan totalitas tubuh kita kepada Allah dan Gereja-Nya dalam doa dan pelayanan. Dengan demikian, baik orang yang telah menikah maupun mereka yang hidup selibat dipanggil untuk memberikan tubuh kita sampai akhir, sampai kita mecapai kematian, karena hanya dalam kematian, tubuh kita berhenti menjadi organisme hidup, dan menjadi lebih dari sekedar jenasah.
Kita berterima kasih kepada Tuhan atas karunia tubuh kita ini. Mari kita juga meniru tindakan-Nya kasih yang agung sebagaimana Dia memberikan tubuh-Nya yang mulia sebagai keselamatan kita dalam Ekaristi Kudus.

Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

No comments:

Post a Comment