Saturday, November 7, 2015

Arti dari Sebuah Kemurahan Hati

Minggu Biasa ke-32
8 November 2015
Markus 12: 38-44

Janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh hidupnya (Mrk 12:44)."

Kisah seorang janda miskin di Bait Allah Yerusalem adalah salah satu kisah paling indah dalam Alkitab. Melalui sang wanita miskin ini, Yesus mengajar kepada kita arti kemurahan hati yang sebenarnya. Sebagai seorang yang kurang mampu, apa yang janda miliki adalah hal-hal yang hanya esensial untuk menopang hidupnya. Dengan kata lain, satu-satunya hal yang ia miliki adalah hidupnya. Namun, ini tidak berarti bahwa kemiskinan mencegah dia menjadi dermawan. Bahkan, dalam hal-hal kecil yang dia bagikan, dia membuat pengorbanan yang sangat besar. Dengan demikian, kemurahan hati yang sesungguhnya bukan sekedar memberi barang-barang material yang dapat dengan mudah kita berikan, tetapi pada dasarnya adalah berbagi kehidupan kita.

Salah satu pengalaman yang selalu menyentuh hati saya adalah ketika saya memberi makanan ke salah satu personel keamanan di biara beberapa tahun yang lalu. Saya baru saja pulang dari sebuah pertemuan orang-orang Indonesia di Manila, dan saya membawa pulang beberapa makanan sisa yang tentunya lezat. Awalnya saya berniat untuk memberikannya kepada para frater di komunitas, tetapi saya berubah pikiran, dan saya memutuskan untuk berbagi dengan karyawan di biara terutama anggota keamanan. Setelah menerima makanan, dia berkata kepada saya, Bolehkah saya berbagi makanan ini dengan beberapa anak-anak miskin di luar Gereja?” Pertanyaannya mengejutkan saya tetapi juga menyentuh hati. Menjadi satuan pengamanan di Metro Manila, adalah pekerjaan yang berbahaya dengan penghasilan yang kecil, namun kemiskinannya tidak mencegah dia untuk berbagi sedikit berkat yang dia terima.

Salah satu kegiatan di paroki kita, Redemptor Mundi, di Surabaya, Indonesia adalah pemberian bingkisan bahan pokok seperti beras, gula, minyak goreng dan lain-lain  untuk keluarga miskin pada masa Natal dan Paskah. Romo Andre Kurniawan, OP, sang pastor paroki, mendorong setiap orang untuk menyumbang, terlepas dari situasi keuangan mereka. Sungguh mengejutkan, orang-orang yang kurang mampu pun, yang seharusnya menjadi penerimaan, berkontribusi juga hal-hal kecil yang mereka miliki untuk program tersebut. Melihat ini, orang-orang yang memiliki lebih, terdorong untuk berbagi lebih banyak lagi. Hasilnya adalah luar biasa dan juga mendidik semua orang untuk menjadi murah hati.

Tentunya, kita juga tidak buta terhadap kenyataan yang menyedihkan bahwa beberapa yang miskin, didorong oleh keegoisan mereka, mengeksploitasi belas kasih orang lain yang mau menolong mereka. Beberapa orang kaya juga tidak luput dari keserakahan. Meskipun kekayaan yang mereka miliki sangat besar, mereka tetap saja mencuri bahkan dari orang miskin melalui berbagai praktik korupsi dan penipuan. Hidup di tengah-tengah masyarakat Yahudi dengan struktur yang tidak adil, Yesus mepahami dengan baik hal-hal ini dan ia mengajar murid-murid-Nya kemurahan hati yang sesungguhnya. Kemurahan hati tidak terletak pada berapa banyak atau apa yang kita berikan, tapi ‘siapa’ kita bagikan. Janda miskin di dalam Injil tidak benar-benar menyumbangkan uang ke Bait Allah, tapi mempersembahan hidupnya sendiri kepada Tuhan.

Saya sangat kagum dengan mereka, entah kaya atau miskin, yang berkomitmen dalam berbagai pelayanan di Gereja. Mereka tahu bahwa mereka tidak akan menerima kompensasi material, dan juga mereka masih perlu bekerja untuk menghidupi keluarga mereka, namun mereka dengan murah hati mendedikasikan bakat dan waktu mereka yang berharga untuk Tuhan dan Gereja. Saya juga mengagumi mereka yang mengabdikan diri sebagai orang tua yang setia. Saya menyaksikan sendiri bagaimana kehidupan dua teman saya yang baru saja memiliki bayi kecil praktis berubah drastis. Malam tanpa tidur, jadwal yang berantakan, kelelahan, pengeluaran besar adalah hal-hal yang mereka harus tanggung, namun mereka menanggung semua ini dengan penuh sukacita bagi sang bayi. Sungguh, mereka memberikan hidup mereka agar sang bayi dapat memiliki hidup. Mengikuti ajaran Yesus dan juga telandan sang janda miskin, menjadi murah hati tidak hanya tentang apa atau berapa banyak yang kita berikan, tapi ‘siapa’ yang kita bagikan.

Frater Valentinus Bayuhadi Ruseno, OP

No comments:

Post a Comment